14 | Siapa mereka?

543K 31.5K 7.5K
                                    

Setelah kamu pergi dan meninggalkan sejuta luka. Namun akhirnya kamu kembali dengan segala penyasalan?

***

Sepertinya sudah kebiasaan rutin bagi lelaki tinggi ini, untuk mengunjungi rumah di kawasan perkampungan kumuh. Tangannya tak kosong, dia menjingjing dua keresek berisikan belanjaan.

Senyumnya simpul saat melihat gadis berbaju putih itu membuka pintu, tentunya dengan bantuan tongkat jalan.

"Hai," Gadis itu memberikan seulas senyum untuk lelaki itu, seseorang yang beberapa hari ini tak kunjung datang ke rumahnya.

"Masuk, Lang." Gadis itu berjalan menuju kursi kayu setengah rotan itu, dia perlahan mendudukan pantatnya ke kursi.

Lelaki bernama Galang itu duduk di bangku yang terpisah sambil menyimpan belajaannya di meja.

"Mau minum gak?" tanya Risya.

Galang menggeleng, dia tidak mau merepotkan gadis itu, terlebih kakinya masih sakit. "Nggak usah."

"Tuh kan lo bawa makanan lagi, Galang jangan buang duit lo buat ini." Omel Risya, setiap lelaki itu berkunjung tangannya tak pernah kosong.

"Udah jangan bawel duit gue banyak." Jawab Galang, bukan sombong.

"Lo kemana aja Lang kemarin-kemarin? Udah jarang main ke sini." Ucap Risya dengan sorot mata kecewa, setiap saat dia selalu menunggu Galang di depan pintu, tapi lelaki itu tak kunjung datang.

"Gue banyak urusan, tapi sekarang udah nggak sih."

"Gue bosen diem di rumah, apalagi sendiri," Risya bergumam tapi Galang mendengarnya. Galang tau dari cerita Risya bahwa dia gadis itu sebatang kara, orangtua-nya meninggal kecelakaan pesawat tiga tahun yang lalu. Dan semua kekayaan yang orangtua-nya tinggalkan dirampas habis oleh teman Ayahnya sendiri, semenyedihkan itu hidup Risya.

"Lo mau jalan-jalan?" tanya Galang, dia hanya berbasa-basi berucap seperti itu. Tapi respond Risya berbeda dengan yang Galang pikirkan, gadis itu mau.

"Tapi gue pake motor, gimana?" Senyum Risya memudar begitu mendengar pengutaraan Galang.

Galang tidak boleh membuat gadis itu kecewa.

"Sebentar lo tunggu di sini," Galang berlari keluar entah akan kemana.

Sepuluh menit kemudian Galang kembali, lalu dia membantu Risya untuk berdiri. Walaupun otaknya tidak pintar dia bisa menemukan cara agar gadis itu bisa jalan-jalan.

"Lo dapet dari mana?" tanya Risya saat melihat ada becak di depan rumahnya.

"Gue nyolong. Ya, gue sewa lah."

"Hilih."

"Lo yang goes? Emang kuat?" tanya Risya dia takut Galang mengejek tubuhnya berat, padahal Risya tergolong cewek body goals.

"Emang badan lo segede gaban apa? Otot gue masih kuat kali." Risya hanya tersenyum lalu duduk di becak itu dengan bantuan tongkat jalannya.

"Siap?" Galang mengintruksi dari belakang, gadis itu mengacungkan ibu jarinya.

"Jalan Bang!"

Galang mengayuh becak itu keluar gang rumah Risya, lelaki itu mengayuhnya di trotoar jalan karena dia tidak mau mengambil resiko bila mengayuh di jalan raya takut mobil atau motor menyerempetnya.

"Sya, lo udah makan belum?" tanya Galang.

Risya menggeleng. "Belum."

"Oke," Galang membelokan becaknya ke tempat makan di pinggir jalan.

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now