29 | Pengakuan

475K 30.9K 11.1K
                                    


***

Sejak awal bertemu kamu, sudah kuyakinkan untuk menyimpan hatiku padamu.

***

Dua bungkus nasi goreng sudah ada di tangannya, ini nasi goreng spesial dan terakhir karena Galang adalah pembeli terakhir sebelum nasi goreng itu habis.

Lelaki itu akan naik ke atas motornya, tapi ada telepon masuk dari ponselnya. Lelaki itu menempelkan ponselnya di telinga setelah sambungannya terhubung.

"..."

"Sekarang banget, ya?" ucap Galang.

"..."

"Yaudah tunggu. Gue ke sana."

Lelaki itu langsung memasukan ponselnya ke dalam saku celana, lalu menghidupkan motornya dan pergi. Motornya melaju memasuki Gang sempit jaraknya memang tidak jauh dari penjual nasi goreng tadi.

Galang menghentikan motornya di depan rumah minimalis, lelaki itu turun dari motor sambil mengnjinjing dua bungkus nasi goreng untuknya dan Anara. Pesanan ibu negara.

Galang mengetuk pintu yang terbuat dari kayu itu, tak lama seseorang membukanya dengan senyuman. Mata gadis itu menatap kresek berisikan nasi goreng itu, dengan cepat dia mengambilnya.

"Tau aja kalo gue laper," ucap Risya, "gue taro piring dulu, masuk Lang."

"Hah iya," ucap Galang dengan helaan nafas, nasi goreng itu untuk Anara tadinya Galang akan memberi tau kalau nasi goreng itu bukan untuknya tapi Risya sudah keburu mengambilnya.

Lelaki itu duduk di kursi kayu setangah rotan, ada perasaan bersalah pada Anara. Anara pasti kecewa.

"Nih, Lang." Risya datang dengan dua piring nasi goreng, gadis itu memberikannya pada Galang.

"Ada apa nyuruh gue kesini?" tanya Galang, Risya tak menjawab gadis itu malah sibuk memakan nasi goreng.

"Sya," panggil Galang lembut, sekasar-kasarnya Galang dia tidak bisa kasar pada perempuan kecuali pada Anara dulu, gadis itu berbeda dari perempuan lain.

"Makhan adjah dhulu," sahut Risya dengan mulut yang penuh nasi goreng.

"Kunyah dulu baru ngomong," tegur Galang.

Nasi gorengnya Risya telan terlebih dahulu. "Iya, makan Lang, jangan diliatin gitu nanti nasi gorengnya salting."

Tanpa ada nafsu makan Galang menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Seharusnya dia memakan nasi goreng itu dengan Anara.

Setengah Galang mengahabiskan nasi gorengnya, sedangkan Risya memakan habis nasi goreng itu.

"Nggak diabisin?" tanya Risya melihat piring Galang yang masih tersisa banyak.

"Gue udah kenyang, jadi ada apa lo suruh gue kesini?" Galang ingin segera pulang, dia rindu Anaranya di rumah.

Risya terlebih dahulu menggeserkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Galang, jaraknya sangat dekat sehingga membuat Galang tidak nyaman.

"Sori, bisa agak geser gak lo?" Galang berusaha mendorong Risya tapi gadis itu bebal.

"Lang, lo tau kan gue nggak punya siapa-siapa?" tanpa memperdulikan ketidaknyamanan Galang gadis itu bertanya dengan sorot mata yang menyedihkan.

Galang diam, membiarkan Risya bercerita lebih lanjut.

"Mungkin kejadian beberapa bulan lalu bukan kebetulan, itu takdir Lang. Tuhan sengaja pertemukan gue sama lo di tempat yang nggak terkira, jadi gue rasa lo hadir buat gue." Risya meraih kedua tangan Galang mengelusnya dengan ibu jari,

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now