22 | Ada apa?

500K 30.2K 4.2K
                                    

"It's hard for me to say, I'm jealous of the way."

-Jealous-Labrinth-

***

"Ra lo sakit apaan? Butuh gue hajar si Reyta cabe itu?" tanya Gaisa penuh emosi sambil menaikan lengan seragamnya.

"Kalo perlu gue siram dia pake amer, mabok-mabok deh nggak peduli gue!" Caca pun tak kalah emosinya dengan Gaisa, bagaimana bisa sahabatnya ini dibuat seperti tikus yang bau cicuan piring.

"Udah gue nggak papa," ucap Anara malas.

"Tapi ya Ra ini tuh tindakan pembulian, hukuman skors satu minggu nggak cukup buat dia," kata Gaisa masih berapi-api.

Anara menggenggam tangan Gaisa dan Caca lalu tersenyum. "I'm oke."

"Kita ada buat lo Ra, jangan pendem masalah lo sendirian, ya? Kita ada untuk saling rangkul, bukan untuk pura-pura tegar padahal ada banyak luka yang di sembunyiin." Caca menatap Anara lekat penuh ketulusan, kalau saja dia bisa bercerita apa yang terjadi mungkin beban yang ia pikul tidak akan seberat ini. Tapi masalah ini sepertinya tidak bisa diceritakan.

"Pasti gue cerita, anything." Anara memalingkan mukanya, menyembunyikan air matanya yang akan keluar.

"Kita siap denger cerita lo, seburuk apapun itu," ujar Gaisa.

***

"Bolos! Membangkang! Malak! Merusak fasilitas sekolah! Merokok! Apa hanya itu yang kalian bisa, hah?!" Suara lengkingan itu menggema di ruangan BK, Bu Yani selalu guru BK sedang memarahi anak Gloues, mereka katahuan membolos kelas dan merokok di gudang belakang.

"Kamu kan yang coret-coret tembok wc guru! Di kira absenan asrama putri!" Mata Bu Yani beralih pada Jay, lelaki itu menulis semua gadis di SMA Kencana yang pernah dia dekati dan bahkan sudah dipacarinya.

Mata Bu Yani menatap Ringgo dan Aji jengah. "Saya sudah bilang kalo nggak punya uang jangan malak, kalian nggak kasian apa sama adik kelas yang kalian palak!" padahal mah pada tajir-tajir...

"Ini lagi main tabrak gerbang sekolah, gak kasian apa orangtua kamu keluar uang banyak!" Kali ini Bu Yani memarahi Galang, sedari kemarin dia sudah geram ingin memarahi lelaki ini namun karena kemarin Galang bolos ia tidak bisa.

"Zigo, Samuel, simpan handphone kalian atau ibu sita!" Kedua lelaki itu malah sibuk dengan game onlinenya, tanpa mendengarkan Bu Yani sepatah kata pun.

"SIMPAN HPNYA!" teriak Bu Yani kencang, sampai-sampai kedua lelaki yang sedang di teriaki itu melompat kaget.

"Kenapa pada diam? Biasanya kalian suka melawan bila ibu sedang bicara?" tanya Bu Yani sambil menatap satu persatu lelaki itu.

"Ibu ngomong aja sampe berbusa kita dengerin, kalo cape kan ibu berenti sendiri. Percuma ngelawan juga, pemikiran kita beda, Bu. Hidup ibu lurus gak ada beloknya, sedangkan hidup saya dan teman-teman saya ya naik, belok, lurus, turun." Cetus Galang yang semakin membuat Bu Yani geram.

"Galang!"

"Kayak kalo di kasarin nih Bu, ibu itu udah 'maaf' tua, sedangkan kita masih muda, gitu Bu." Zigo tersenyum penuh kebanggaan.

"Berikan rokok kalian?" pinta Bu Yani.

"Ibu mau ngudud juga? Ih tadi giring kita ke sini gara-gara ketauan ngudud," sungut Jay, dia sengaja mempermainkan Bu Yani.

"Dih ibu malakin kita, gak boleh." Tegur Aji.

"DIAM KALIAN, BICARA YANG SOPAN!" Bu Yani memang sudah benar-benar tak bisa mengurus keenam lelaki ini yang entah otaknya di mana.

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now