Keributan

13.7K 1.1K 93
                                    

Vomen, please ⭐
.
.
.
.
.
÷÷÷÷

"Yang Mulia ... apakah Anda yakin? Kita bisa kembali ke istana mumpung ini masih belum jauh dari ..."

"Astaga, Dayang Im. Tidak bisakah Anda diam? Setidaknya kita sudah tahu di mana perkiraan Dayang Nara berada. Lagipula, aku sudah menyuruh beberapa prajurit untuk mengawasi kita untuk berjaga-jaga kalau ada pemberontak." Lisa tetap berjalan menyusuri jalanan pasar rakyat yang sangat ramai.

Di belakangnya, Dayang Im terus menerus dibayang-bayangi ketakutan kalau sampai Permaisuri Aerin diserang lagi. Apalagi setelah pemberontakan yang seharusnya mustahil terjadi di dalam istana permaisuri itu, membuat Dayang Im yang tentu sudah berpengalaman jauh lebih banyak membuatnya sangat waspada karena bisa saja pemberontak itu berasal dari orang yang malah amat dekat.

Namun melihat tekat Permaisuri Aerin yang tidak terbantahkan. Ia tak mampu lagi mencegah. Sejujurnya, Dayang Im cukup terpukau dengan langkah yang diambil Permaisuri Aerin untuk menyelamatkan dayang kepercayaannya, sekaligus meruntuki tindakan penuh resiko yang diambilnya.

"Yang Mulia, mohon ampuni hamba jika lancang." Dayang Im menunduk hormat.

Seketika Lisa membalikkan badan. "Apakah aku berbicara terlalu kasar?"

"Ah ... tidak, Yang Mulia. Hamba hanya sangat khawatir dengan keadaan anda."

Lisa mengangguk dan tetap berjalan mencari gudang yang keberadaannya paling pojok dari pasar rakyat ini. Ia tidak membawa banyak orang, selain Dayang Im dan dua pelayan yang sejujurnya sudah ia lupakan namanya. Maklum, ingatannya lumayan buruk untuk mengingat nama dan wajah orang. Oh, ya ... dan juga tiga prajurit yang berjalan agak jauh di belakangnya.

Di sini, Lisa mewajibkan penyamaran. Anggap saja ia sedang menjadi James Bon versi wanita Asia. Kalau ia bisa menyelamatkan Nara, itu berarti Lisa sukses menjadi detektif pemula yang handal.

Di bagian belakang, saat tengah mengikuti Permaisuri Aerin dan pelayannya, tiba-tiba seorang prajurit yang datang paling belakang dibekap oleh sosok pria berpakaian rakyat biasa. Belum sempat memeberontak, tubuh prajurit itu sudah lemas. Karena kondisi pasar yang amat ramai dan padat. Tak ada orang yang menyadarinya sehingga sengan mudah beberapa orang lagi datang untuk membantu mengangkat tubuh prajurit yang sudah tak sadarkan diri itu untuk disembunyikan.

Menyadari satu orang temannya tidak ada, satu prajurit lagi menengok ke kanan dan ke kiri, hingga tiba-tiba ...

Jleb!

"Argh ...," pekiknya begitu keras ketika sebilah pedang menghujam telak ke jantungnya.

Mendengar keributan itu satu orang prajurit yang berbalik langsung terkejut. Ia hendak melawan, tapi gerakannya langsung terhenti karena sebilah pedang tengah bertengger di lehernya.

Orang-orang yang menyaksikan itu pun mulai berteriak dan melarikan diri. Kerusuhan pun mulai terjadi. Namun, Permaisuri Aerin belum menyadarinya.

Justru, di saat kerusuhan itu berlangsung, ia malah membuat kerusuhan baru yang membuat keadaan pasar makin kacau.

"Hei! Kau pencuri! Jangan lari, kau!" teriak Lisa saat matanya menangkap basah seorang gadis remaja yang usianya kisaran lima belas tahuanan itu mengambil beberapa tanaman herbal dan menyembunyikannya ke dalam jubahnya.

Merasa tertangkap basah, spontan saja gadis itu berlari kencang karena takut akan menjadi bahan hajar seluruh pasar.

Melihat si pencuri pergi, mata Lisa langsung membulat. Ia memekik dengan keras. "Hei! Jangan lari! Aku akan mengejarmu!"

The Queen Of Fantasia (Revisi)Where stories live. Discover now