Mencari Barang Bukti

4.2K 431 5
                                    

“Apakah ini benar, Nona Lisa?” tanya Dayang Im meragu saat mereka telah membuka banyak buku kuno dan segala gulungan parkemen, tetapi tidak kunjung mendapatkan apa yang sedang mereka cari.

Menggeledah tiap deretan rak buku menyesuaikan buku-buku sihir. Banyak buku yang telah dicari Lisa. Namun, tak ada satu pun yang menunjukkan sihir hitam.

Lisa yang juga merasa lelah setelah membongkar isi buku sana-sini, akhirnya terduduk lemas di atas salah satu kursi perpustakaan. Menghela napas panjang, Lisa mengendarkan pandangannya pada sekeliling bangunan yang dipenuhi rak-rak buku bertingkat sampai lantai tiga. Tidak terpikirkan, jika ia harus memeriksa satu persatu seluruh isi buku dalam ruangan seluas ini.

Namun, tidak ada cara lain untuk mencari petunjuk bagaimana ia harus pulang. Merasa putus asa, Lisa kembali bangkit dan memungut semua lembaran yang berceceran, lalu mengembalikannya ke tempat semula.

“Kurasa cukup untuk hari ini, Dayang Im. Kita bisa mencarinya lain kali. Lagipula, ini sudah lewat tengah malam.”

Melihat raut kesedihan di wajah ayu itu, mendadak hati dayang tua itu terenyuh. Ditepuknya lembut pundak gadis mudanya, sehingga membuat wajah sayu itu membalas tatapan tulus dari sepasang kelopak mata keriput.

Sejenak keduanya saling bertukar pandang. Pada akhirnya, tangis Lisa langsung pecah. Gadis itu berhambur ke dalam pelukan Dayang Im. Satu-satunya wanita lembut yang ia percayai di dunia asing ini. Mendekapnya erat, saling menyalurkan emosi yang terlalu lama ia pendam seorang diri.

“Bagaimana ini, Dayang Im? Aku tidak mau mati. Apa yang harus aku lakukan agar bisa keluar dari sini?” keluh Lisa makin terisak ke dalam ceruk leher wanita dewasa di hadapannya.

“Nona Lisa, tenangkanlah dirimu. Saya akan membantu Anda. Jangan khawatir, saya ada untuk Anda.”

Lisa melepaskan pelukannya, menatap Dayang Im di balik mata berairnya. “Tapi aku bukan Permaisuri Aerin.”

Dayang Im menggeleng lemah. Tangan kurusnya bergerak menghapus sisa air mata di wajah anak gadisnya penuh kasih sayang.

“Anda sudah saya anggap sebagai anak saya. Jadi, jangan merasa sendiri. Jangan menganggap saya orang asing.”

Perlahan, meski terasa kaku, kedua sudut bibir Lisa sedikit terangkat.

“Terima kasih, Dayang Im. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda.”

Setelah menata semua buku ke tempat asal, dua wanita berbeda generasi itu pun berjalan kembali menuju lorong rahasia, tubuh mereka pun hilang di balik pintu kayu yang terkunci. Keheningan menyelimuti perpustakaan megah itu.

Namun, tak lama kemudian, sosok yang sejak tadi berada di balik salah satu rak buku itu terkekeh. Keberadaannya yang tidak disadari baik Lisa maupun Dayang Im itu membuat ia leluasa mendengar segala percakapan mereka.

“Anda ingin pulang, Nona Lisa?” Salah satu sudut bibirnya terangkat. Pria itu bangkit, berjalan keluar perpustakaannya menuju kediaman pribadinya.

Di sisi lain, kehadiran Lisa rupanya telah dinantikan seseorang berpakaian serba hitam yang mungkin saja sosok yang sama dengan si pemberi buku kayu itu. Sontak saja, kedua wanita itu menatap waspada pada sosok misterius yang menghalangi jalan mereka. Terlebih, keadaan berada dalam sebuah lorong sempit nan gelap.

“Siapa Anda sebenarnya?” Lisa memberanikan diri.

Kepala pria itu menoleh, sehingga menampakkan topeng emas yang menutupi wajahya, tetapi tidak sanggup menyembunyikan sepasang mata merahnya. Tubuh Lisa dan Dayang Im dibuat tegang seketika. Was-was jika orang itulah dalang di balik semua ini.

“Kuil suci, malam purnama. Saya akan membantu Anda pulang kembali ke tempat asal Anda. Lebih dari itu, saya tidak bisa membantu.”

Kedua mata Lisa membulat terkejut. Mulutnya sudah terbuka untuk berucap, tetapi belum sempat mengeluarkan suara, sosok misterius itu telah menghilang bersama asap tipis yang juga cepat hilang. Lisa menatap Dayang Im panik.

“Apa yang harus kita lakukan, Dayang Im?”

Wanita tua itu bersikap tenang, tangan keriputnya melingkar di lengan Lisa, menariknya lembut untuk kembali berjalan.

“Kita bisa memikirkannya, Nona Lisa. Kita cari bukti dan informasi dulu. Lagipula, purnama masih lama.”

***

Sosok pria bertopeng tampak menegakkan tubuhnya ketika sosok pria yang amat familiar dengan pakaian kebesarannya menghadang jalannya.

Sepasang mata tajam itu memandangnya penuh permusuhan.

"Entah siapa dirimu. Yang jelas, jangan mencari masalah denganku," sinis Kaisar Lee.

Sang pria bertopeng perlahan lenyap dari hadapan Kaisar Lee. Tersadar 'lah pria itu akan satu hal yang ia lalaikan.

"Siapa dia?"

***

Entahlah, yang jelas aku kangen kalian.😘😘

Nah, bonus.

The Queen Of Fantasia (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang