Menghabisi Dua Wanita Kerajaan

7.9K 699 14
                                    


"Yang Mulia, hamba punya firasat tidak baik. Tidakkah Anda berpikiran untuk membatalkan niat Anda? Tidak ingatkah Anda, bagaimana kita diburu pemberontak beberapa saat yang lalu ketika kita mencari Dayang Nara?"

Lisa yang tengah merapikan baju yang akan dibawanya langsung terdiam. Ia teringat wanita cantik yang pertama kali ia temui dan berkorban untuknya. Bagaimana Lisa bisa lupa?

"Astaga, Dayang Im! Bagaimana aku bisa melupakannya?" pekik Lisa menatap Dayang Im serius.

Sedangkan wanita tua itu lantas tersenyum, merasa kalau bujukannya akan membatalkan niat Permaisuri Aerin.

"Jadi, apakah Anda akan tetap di istana?"

Sebuah kerutan tampak jelas di dahi Lisa. "Apakah Anda bercanda? Tentu saja aku jadi pergi! Sekalian, aku akan mencoba mencari Dayang Nara. Wah, Anda memang jenius, nanti aku akan tanya kabar terakhir pada salah satu prajurit penyelidik."

Lisa kembali fokus pada barang bawaannya. Sedangkan, Dayang Im tampak lemas seketika.

"Yang Mulia ...," keluh Dayang Im.

Namun, Lisa malah memandangnya tegas seraya menggelengkan kepalanya. "Tidak, Dayang Im. Aku benar-benar suntuk di sini. Rasanya kepalaku mau pecah karena masalah kemarin. Aku ingin menghirup udara bebas."

"Yang Mulia, tapi kita tidak tahu apa yang direncanakan pemberontak."

"Dayang Im, Anda juga tidak tahu apa yang aku rasakan!" pekik Lisa keras, memandang penuh luka pada Dayang Im. Bersamaan dengan itu, tanpa sadar air matanya menetes.

Sejujurnya, Lisa merasa amat tertekan sekarang. Apa lagi, atas peristiwa tempo hari. Hatinya dilanda rasa bersalah yang teramat, terus menyalahkan dirinya atas sesuatu yang menimpa Pangeran Lee Sung. Terlebih, saat ia mendengar kabar terbaru, bahwa Pangeran Lee Sung mengalami sedikit trauma karena insiden itu.

Rasa tertekan ini seolah membanting Lisa ke dalam masa lalu, saat di mana ia merasa kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, yaitu sahabatnya. Ia tertekan karena tidak bisa pergi ke mana-mana karena tuntutan managemen yang ketat, ditambah lagi fans-fans fanatik yang seolah menjadi raja atas segala kehidupan Lisa dulu.

Dalam dunia ini, meskipun ia sempat dihantui kecemasan akan nyawanya, setidaknya kebanyakan orang di sini tidak menuntutnya apa-apa. Tugas kerajaan yang seharusnya ia cekal pun diambil alih oleh Selir Yu sejak Permaisuri Aerin pingsan karena tercebur ke dalam sungai kematian. Tentu, hal itu sangat mempermudah Lisa, terlebih ia tidak tahu apa itu tugas kerajaan.

"Aku ... aku hanya ingin menjalani kehidupanku, Dayang Im. Aku—"

Lisa terisak, tubuhnya merosot ke atas lantai. Kedua telapak tangannya bergerak menutupi wajahnya yang mulai berlinang air mata. Sebenarnya, ia sadar kalau tingkahnya ini amat kekanakan dan berlebihan. Entah mengapa, belakangan ini ia jadi emosional terhadap segala hal. Khususnya, masalah kebebasan.

"Yang Mulia, maafkan hamba. Bukan maksud hamba memerintah Anda. Wanita tua ini amat mengkhawatirkan keselamatan Anda," ucap Dayang Im turut sedih.

Dengan ragu, wanita tua itu menyentuh kedua pundak Lisa yang bergetar. "Yang Mulia, maafkan saya. Saya tidak bermaksud."

Lisa mengangguk ringan, lalu menatap sendu manik mata berkaca milik Dayang Im. "Jadi, aku boleh pergi, ya?"

Meski dengan berat hati, Dayang Im mengangguk pelan.

"Hore!" pekik Lisa langsung berjingkrak, tak menyadari keterkejutan Dayang Im yang sampai dibuat melongo dengan tingkahnya.

Tangan Lisa segera meraup barang-barang yang hendak ia bawa, menatap Dayang Im penuh binar, meski ada sisa air mata di sana.

"Terima kasih, Dayang Im. Anda baik sekali!"

Setelah berucap demikian, Lisa langsung berlari ke luar. Sontak saja, perbuatannya itu langsung mendapat pekikan dari Dayang Im.

Sejujurnya, Lisa teramat bersemangat. Dalam hidupnya, ia menghabiskan waktu sejak kecil untuk belajar dan mengejar cita-citanya menjadi artis. Karena kegigihannya itulah ia sering melewatkan acara tour sekolah dan selalu melakukan tamasya dari panggung ke panggung. Lisa kecil berpikir ia bisa melakukan segalanya ketika ia sukses dan terkenal. Ternyata semua salah, justru karena ketenarannya itu malah membuatnya kian terjebak dalam penjara eksploitasi. Tenaga dan waktunya terkuras hanya untuk pekerjaan, hingga ia sadar, sebanyak apa won yang ia kumpulkan, rasanya lembaran-lembaran itu tak lagi berguna karena ia tidak bisa menukar kebahagian dan waktu yang telah banyak ia lewatkan.

Lisa lelah, tetapi dunia terus berputar, terprogram dalam rumus palli-palli yang entah sejak kapan sudah menjadi rutinitas, bahkan kebutuhan pokok orang Korea sendiri. Masa remajanya telah hilang bersama keringat perjuangan, yang bagusnya, kian mengantarkan Lisa ke dalam lubang kesibukan yang makin mengikis kehidupan normalnya.

"Selir Yu!" pekik Lisa girang begitu ia membuka pintu telah hadir sosok wanita anggun beserta pengikutnya.

Selir Yu membungkuk hormat, diikuti para pengikutnya.

"Hormat hamba, Yang Mulia."

Tak menggubris, Lisa langsung berlari dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. Tentu, ketika Selir Yu mengangkat kepala, ia terkejut saat mendapati Permaisuri Aerin sudah tersenyum lebar di depan mata.

"Yang Mulia, Anda mengejutkan saya." Terkikik geli.

"Ayo, Selir Yu! Aku sudah tidak sabar jalan-jalan ke luar istana."

Keterkejutan Selir Yu tak sampai di situ, karena tiba-tiba saja Permaisuri Aerin menggandeng lengannya. Wanita nomor satu kerajaan Fantasia Timur itu tampak sangat ceria, sehingga membuat Selir Yu tak mampu menyembunyikan senyum bahagianya.

"Baiklah, mari kita pergi, Yang Mulia!"

***

"Mereka benar-benar pergi." Selir Yuki tersenyum miring.

Langkah anggunnya disusul dua sosok wanita yang tak kalah anggun darinya, berjalan bersamaan di kedua sisinya.

"Anda memang sangat cerdas, Selir Yura."

"Saya hanya mencontoh Anda, Yang Mulia." Selir Yura menunduk hormat.

Sedangkan Selir Yuna, ia hanya bisa terdiam. Bukan iri atau apa, tetapi ia memiliki firasat buruk yang bisa ia ceritakan di sini. Apa yang ia dengar semalam, hanyalah samar-samar. Ia hanya takut kalau menyampaikan berita salah. Memang, menggosip adalah hobinya, tetapi kalau berurusan dengan Selir Yuki, ia tidak bisa main-main.

"Yang Mulia, sebentar lagi kedua wanita tidak berguna itu akan segera lenyap dari muka bumi."

Ucapan Selir Yura itu sontak membuat bulu kuduk Selir Yuna merinding.

***

Yo selamat ngabuburit 😳🤸✌️🌚

The Queen Of Fantasia (Revisi)Where stories live. Discover now