Seberapa Banyak Yang Kau Tahu, Nona?

6K 227 34
                                    

Sungguh, punggung Lisa terasa hampir patah karena kelamaan menunggang kuda. Tubuhnya pun mati rasa tak mampu merasakan apa-apa lagi. Bahkan, persendiannya terasa kaku karena saking dinginnya udara pagi di pegunungan.

"Yang Mulia, apakah Anda hendak beristirahat sejenak? Sepertinya Anda kedinginan, biarkan saya buatkan api unggun untuk menghangatkan tubuh Anda."

Hanya untuk mengangguk saja Lisa dibuat kesulitan. Gadis itu menggigil di atas kudanya yang dituntun seorang prajurit pengantar ke dekat pohon untuk mengikat tali kuda agar tidak terlepas. Tak enak hati, Lisa harus digendong untuk turun dari kudanya. Untung saja, prajurit itu segera membuatkan api unggun untuk Lisa. Lega, akhirnya ia bisa kembali merasakan persendiannya yang mati rasa.

"Apakah ini masih jauh?" Lisa memastikan. Ia menatap sosok prajurit yang berdiri tegak tak jauh darinya.

"Mungkin sekitar nanti siang, kita sampai."

Lisa mengembuskan napasnya yang berasap. "Maaf, ya. ... aku menyusahkanmu."

Prajurit itu membungkuk hormat. "Dengan senang hati, Yang Mulia."

Setelah melewati tengah hutan yang lebat, akhirnya Lisa sampai di sebuah lapangan luas dengan bangunan kuil bertingkat di ujungnya. Perasaan lega langsung dirasakannya ketika melihat tempat yang akan mengantarkannya kembali pulang ke tempat asalnya. Meski hari sudah siang, tetapi terik matahari tak mampu menembus kabut dan rindangnya pepohonan di sekitarnya. Membuat tempat itu sedikit terkesan gelap.

Usai mengikat kuda mereka, Lisa berjalan mendekati bangunan yang tampak kosong itu. Benar saja, bangunan berlantai dua itu tampak kotor dipenuhi debu dan lumut di sana sini. Beberapa atapnya pun terang-terangan sudah merosot dan bolong. Menghela napas panjang, Lisa berharap jalan yang ia tempuh ini sudah benar. Semoga ini bukan jebakan.

Setelah menunggu setengah hari dengan berkeliling bangunan tua itu, hari pun mulai gelap. Prajurit Feng langsung menyalakan lilin-lilin ke sekeliling ruangan sebagai pencahayaan.

Mulai jenuh setelah berkeliling dan tak kunjung mendapati tanda-tanda kehidupan. Lisa pun mendudukkan diri di tengah altar yang menghadap pada sebuah dinding dengan ukiran rumit. Entah apa maknanya, yang jelas, ia hanya bisa melihat gambar bangau di sana. Selebihnya, ia tidak paham.

Ingin melihat lebih jelas, Lisa pun berjalan lebih dekat pada dinding yang ternyata di bawahnya terdapat beberapa kotak kayu dan beberapa barang aneh, yangmenurut Lisa adalah sebagai barang- barang ritual. Untuk ritualnya kembali ke dunianya pun, Lisa tidak tahu harus membawa apa. Diamatinya benda-benda itu dengan seksama. Tak salah lihat, atensi Lisa langsung terfokus pada satu objek yang dibungkus kain merah. Entah apa isinya, tetapi Lisa menebaknya sebagai baju.

Tak mampu menahan kadar keingintahuannya, gadis itu berlutut. Melihat sekeliling, terlebih Prajurit Feng masih sibuk dengan penerangan di bagian luar, tangan Lisa bergerak membuka ikatan benda itu. Ketika benda itu terbuka, yang terpampang di hadapannya adalah hanbok putih yang kotor dengan tanah merah. Seketika bulu kuduknya meremang, was-was kalau itu adalah pakaian bekas orang mati, Lisa buru-buru mengikatnya lagi dan berjalan menjauh dari sana.

Lisa berdiri di tengah ruangan dengan jantung berdebar, jantungnya memompa darah panas yang langsung terasa seperti aliran listrik menyengat tiap urat nadinya. Napasnya menjadi tak beraturan karena selembar kain. "Aish ... tidak seharusnya aku lancang membukanya."

Setelah dirasa agak mendingan, mata Lisa pun kembali menyapu ke seluruh penjuru ruangan dengan pencahayaan temaram itu. Namun, ada hal ganjal yang ia dapati. Suasana ini amat hening. Tak ada suara sedikit pun selain suara hewan-hewan malam yang tengah mencari makan. Ia pun tidak mendapati keberadaan Prajurit Feng di sekitar ruangan.

"Prajurit Feng, apakah Anda di luar?"

Tak ada sahutan. Mendadak suasana hening itu berubah mencekam. Tubuh Lisa menegang seketika, memastikan pisau di balik baju hanboknya, mata bulatnya bersiaga. Melangkahkan kaki seringan mungkin, ia mengintip sekilas dari pintu. Begitu melihat sosok tubuh terbaring bersimbah darah di lantai. Seperti refleks kebanyakan wanita, ia langsung memekik keras.

"Prajurit Feng!" teriaknya langsung menggoncang tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

Jantung dan napas Lisa mendadak terpompa tak beraturan, dadanya kembang-kempis panik. Saat ia hendak bangkit menuju kuda, tiba-tiba sebuah benda dingin menempel di lehernya. Menahan napas, Lisa melirik ke bawah lehernya. Ia memejamkan matanya pasrah ketika sebuah mata pedang telah hinggap di lehernya.

Apakah semua ini jebakan lagi?

Lisa terkekeh, tak menyangka jika ia telah melakukan sebuah kebodohan lagi, sehingga menimbulkan korban jiwa. Bahkan, sekarang nyawanya sendiri berada di ujung tanduk. "Siapa kalian? Apakah pria bermata merah itu yang menyuruh?"

"Kami hanya diperintah mengantar Anda ke neraka."

Orang berpakaian bak ninja seperti pemberontak yang dulu pernah hampir membunuhnya itu mengangkat pedang tinggi-tinggi, siap mrnyabet leher Lisa. Gadis itu pun hanya menutup matanya pasrah.

Jleb!

"Argh...!"

Cairan hangat berwarna merah itu mengenai wajah Lisa. Sontak saja, kedua matanya membulat seketika melihat pria berpakaian serba hitam itu amruk di hadapannya. Syok, tetapi ada satu hal lagi yang lebih mengejutkannya begitu kepalanya mendongak.

"Kaisar Lee?"

Tenggorokan Lisa tercekat. Desiran-desiran hangat mengaliri tiap pembuluh darahnya. Sejujurnya, dia tidak tahu mengapa Kaisar Lee bisa datang kemari. Tangan Lisa mengepal erat, apakah semua ini adalah rencana Kaisar?

"Apa yang Anda cari di sini, Ratu?" tanya Kaisar Lee dengan rahang mengeras.

Terdiam, Lisa tak tahu harus menjawab bagaimana. Tentu, alasannya kemari adalah untuk pulang. Namun, sepertinya rencana itu gagal.sepertinya, dia hanya ditipu. Kenyataannya, pria bermata merah itu tidak muncul.

"Aku ingin pulang," pinta Lisa lirih. Sedetik kemudian, wanita itu terisak.

Kaisar Lee berlutut, mengapit dagu runcing milik permaisurinya, mengangkatnya agar wanita itu membalas tatapannya.

"Sudah berapa banyak yang Anda ketahui, Nona Lisa?"

***

Halo! Long time no see! Hampir 3 tahun lamanya hoho .... Aku usahain untuk menamatkan cerita ini. Semoga kalian tidak keberatan menunggu. Dan terima kasih banyak atas semua dukungannya. 🙏☺️

Publish pada 16 Januari 2023

The Queen Of Fantasia (Revisi)Where stories live. Discover now