Kembali Ke Pelukan Kaisar

7.9K 603 46
                                    


Enjoy!

÷÷÷÷÷

Kaisar Lee berdiri di tepi jendela terbuka yang menampilkan pemandangan matahari terbit dari ufuk timur. Memandang penuh arti di mana matahari mulai merangkak naik, menepis kegelapan dengan siluet cahaya kekuningan, menciptakan lukisan jingga di angkasa.

Embusan angin lembut membelai pori-pori kulitnya, menciptakan sensasi menggelitik yang khas. Pagi yang cerah, disambut kicauan burung-burung hutan yang turut merasakan kebahagiaan, ketika pemilik wajah datar pria nomor satu di Kerajaan Fantasia Timur itu menyunggingkan seulas senyum tipis di wajahnya.

Manik kelam itu bergerak, melirik sosok wanita yang masih nyaman tertidur dalam hangatnya selimut. Meski wajahnya kembali datar, tetapi tidak lekas membohongi hatinya yang tengah berbunga-bunga sekarang. Pria itu berjalan mendekat, berdiri di samping ranjang besar khas bangsawan kerajaan. Membungkukkan tubuh, kini wajah Kaisar Lee amat dekat dengan si jelita yang masih menikmati mimpi indahnya.

Diamatinya keelokan paras wanitanya itu dengan seksama. Kecantikan yang selama ini ia acuhkan. Perlahan, dikecupnya kening mulus wanita itu lembut, hanya sekilas, lalu kembali menegakkan badan.

Perlahan, tampaklah pergerakan kecil dari bulu mata lentiknya, kelopak mata indah itu mengerjap sayu. Tampaklah wanita itu masih di ambang kesadaran, memilah antara mimpi dan kenyataan. Terdengar erangan kecil lolos dari bibir mungilnya, disusul tubuhnya yang menggeliat, merenggangkat otot tangan dan kakinya.

"Eungh ... Kang Ri. Kau sudah bangun, 'kan? Tolong buatkan aku kopi juga, ya. Aku mengantuk, hah ...!"

Mengerjapkan matanya beberapa kali, tetapi pandangannya masih terasa buram. Namun, wanita itu masih bisa melihat siluet sosok yang berdiri tegak di pinggir ranjang. Meski samar, ia menyadari beberapa bentuk fisik Kang Ri yang agak berbeda. Mengendikkan bahu, Lisa bergerak memiringkan tubuhnya hendak membelakangi si baju aneh. Ia masih mengantuk, jadi ingin melanjutkan acara tidurnya. Baru saja memejamkan mata, tiba-tiba kesadarannya kembali total, matanya langsung terbelalak seketika menyadari siapa sosok yang barusan ia lihat dengan samar.

"Kaisar Lee?!" Lisa langsung bangun, menatap horor sosok yang ia pikir hanya mimpi itu kini benar-benar berdiri secara nyata di depan mata. "Bagaimana Anda bisa di sini? Aku di mana?"

Lisa bergerak resah, atensinya menatap liar menyapu sekeliling ruangan. Kini, barulah tersadar, ternyata ia telah kembali ke dunia antah berantah, dan yang paling horor adalah, ada sosok Kaisar Lee yang berdiri di samping ranjang sambil menatapnya datar.

"Sejak kapan Anda di sini?" Lisa menunduk, melanjutkan ucapannya dengan gumaman. "Sejak kapan juga aku di sini?"

Di mana Kang Ri? Apa semua hanya mimpi?

Lisa memijat pelipisnya, bingung bercampur ngantuk. Memikirkan apa yang telah terjadi sebenarnya. Bukankah semalam ia tertidur di apartemennya bersama Kang Ri? Mengapa sekarang malah kembali ke dunia aneh ini lagi?

"Bergegaslah keluar, kuajari menggunakan pedang dengan benar. Dasar payah!"

Kedua mata Lisa membulat, mengerjap beberapa kali tidak terima. "Yang Anda ajari itu Pangeran Lee Sung! Bukan aku!"

"Kau juga muridku."

Bibir Lisa menipis disusul kedua matanya yang menyipit. Ia ingin kembali memprotes, tetapi ada satu hal yang melintas di kepalanya. Bagaimana dia bisa bangun di dalam kamar ini? Bukankah sebelumnya ia tenggelam di danau? Apakah dia selamat? Siapa yang menyelamatkannya?

"Hah, sayang sekali, Anda melewatkan tontonan menarik karena terlalu banyak tidur."

"Tontonan seru?" Kedua alis Lisa terangkat penuh rasa ingin tahu, melupakan kekesalannya atas ejekan Kaisar Lee sebelumnya.

Salah satu sudut bibir Kaisar Lee terangkat, menciptakan sebuah senyum miring yang terkesan licik, mencurigakan. Tiba-tiba pria itu membungkuk, sehingga wajah tampan itu berada tepat di depan mata Lisa. Refleksnya hendak mundur, tetapi sebuah tangan kekar melingkar di pinggang ramping Lisa, menahan punggungnya agar tidak bergeser menjauh. Napas gadis itu tercekat mendapati posisi intim ini, saking dekatnya jarak di antara mereka, pori-pori wajahnya sampai bisa merasakan helaan napas hangat Kaisar Lee yang mengembus lembut menyapu kulit mulusnya.

Berbeda dengan ketenangan yang ditunjukkan Kaisar Lee, napas Lisa justru kian tak beraturan, dadanya kempas-kempis bingung mencari kadar oksigen yang terasa kian menipis.

Alih-alih cepat pergi, Kaisar Lee justru makin mendekatkan wajahnya. Sontak saja, hal itu langsung membuat kedua mata Lisa memejamkan mata rapat. Beruntung, kedua telapak tangannya refleks menahan dada Kaisar Lee, sehingga membuat pria itu terdiam.

Kini, giliran napas lembut Kaisar Lee yang mengembus lembut di ceruk leher Lisa, menimbulkan sensasi menggelitik yang langsung membuat bulu kuduk gadis itu meremang.

"Aku baru saja menebas kepala para pemberontak dengan tanganku sendiri," bisik Kaisar Lee tepat di samping telinganya.

Ngeri, gadis itu hendak menghindar, tetapi lagi-lagi lengan Kaisar Lee menahan tubuhnya untuk tetap dalam jarak sedekat  ini. Ini benar-benar mengerikan, lebih horor dari film psikopat yang pernah ia tonton. Bagaimana tidak? Pria ini baru saja mengatakan dengan entengnya, bahwa dia telah memenggal kepala para pemberontak dengan tangannya sendiri. Artinya, tangan yang menyentuhnya ini adalah tangan yang sama dengan pemegang pedang, kapak, atau entah benda apa yang digunakan untuk menebas kepala-kepala pemberontak.

Mendadak perut Lisa merasa mual. Membayangkan bagaimana acara eksekusi itu berlangsung, melihat kepala-kepala penuh darah pun tanpa tubuh menggelinding ke sembarang tempat, membuat kepalanya dilanda pening seketika. Teringat pula ia dengan hukum gantung yang pernah ia lihat saat pertama kali tiba. Namun, rupanya itu tidak seberapa dibandingkan sensasi melihat acara mengerikan pria di depannya ini.

"Tapi tenang saja, aku menyisakan satu untuk Anda." Kaisar Lee menjauhkan tubuhnya, memberi jarak antara keduanya.

Seulas senyum tipis penuh misteri itu membuat Lisa bergidik ngeri. Memang, dia benci sifat dingin dan wajah datar Kaisar Lee. Namun, bukan berarti ketika ia tersenyum, Lisa akan merasa senang. Sebaliknya, gadis itu malah menggigil ketakutan karena ia punya firasat buruk dengan mimik wajah yang diperlihatkan Kaisar Lee.

"A–apa maksud Anda?"

Alih-alih menjawab, pria nomor satu di Kerajaan Fantasia Timur itu malah melebarkan senyumannya. Tanpa sepatah kata, ia berjalan ke arah meja nakas yang tak jauh dari ranjang Lisa. Memungut sebuah benda panjang yang tentu amat dikenal Lisa, sebuah pedang. Entah apa maksudnya, Kaisar Lee kembali mendekat dan mengulurkan benda itu pada Lisa.

"Kita berlatih pedang sekarang."


***

Hayo... coba tebak kelanjutannya gimana😂






Luluk Layalie

The Queen Of Fantasia (Revisi)Where stories live. Discover now