Bendera Perang Selir Yuki

7.9K 686 18
                                    

"Ayah!"

Kedua mata Pangeran Lee Sung mengantup rapat. Pedang kayu yang berada dalam genggaman mungilnya jatuh seketika.

"Yang Mulia!" pekik semua orang yang berada di tempat bersamaan.

Jleb!

Keheningan langsung menyelimuti semua orang. Lisa yang menatap kejadian itu langsung menangis keras dan berlari ke arah Pangeran Lee Sung, meskipun dengan langkah tertatih karena kakinya terkilir.

"Yang Mulia! Anda tidak apa-apa?"

Lisa langsung jatuh berlutut di hadapan si mungil yang menutup matanya dengan telapak tangan, ketakutan. Direngkuhnya anak itu ke dalam pelukannya, berusaha menenangkan. Dirasakannya tubuh Pangeran Lee Sung bergetar hebat, Lisa paham, anak ini pasti sangat syok dengan apa yang terjadi barusan. Diusapnya rambut dan punggung balita itu lembut.

Tak hanya Pangeran Lee Sung, Lisa pun amat terkejut ketika pedang di tangannya terlepas dan melayang ke arah anak kecil itu. Jikalau benda tajam ini sampai menyentuh permukaan kulit lembut Pangeran Lee Sung sedikit pun, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Semua orang langsung berlari mendekat, memutari sosok Pangeran Lee Sung yang larut dalam pelukan Permaisuri, memastikan keadaan pangeran mungil kerajaan mereka. Beberapa pelayan sudah pergi mencari tabib karena takut terjadi sesuatu dengan Pangeran Lee Sung.

Sedangkan, Kaisar Lee hanya menatap datar pemandangan manis pasangan yang bisa dibilang ibu-anak itu. Tak ada raut kesedihan atau pun terkejut dari pria nomor satu kerajaan Fantasia Timur itu. Bahkan, saat pria itu menyadari ada pedang yang mengancam Pangeran Lee Sung, dia hanya berdiri tegak, seolah menanti pedang itu sampai ke tempatnya berlabuh.

Entah karena memang sudah ahli dalam memperkirakan, untungnya pedang itu berakhir menusuk tanah tepat beberapa senti di depan kaki Pangeran Lee Sung. Tak ada luka lecet sedikit pun karena memang mata pedang itu tidak menyentuh tubuhnya barang satu inchi pun. Di antara wajah-wajah syok itu, bisa dikatakan bagai air dan minyak dibandingkan raut wajah Kaisar Lee.

"Ibu ... aku takut," keluh Pangeran Lee sung yang perlahan, tetapi pasti membalas pelukan Lisa.

Spontan saja, Lisa langsung mengeratkan pelukannya dan membawa anak kecil itu ke dalam gendongannya, ia bangkit dengan wajah penuh air mata. Menatap pedangnya yang menancap di tanah sekilas lalu mengelus punggung sosok rapuh yang ada dalam lindungannya.

"Maafkan aku, Pangeran. Ibumu ini tidak bisa melindungimu," gumam Lisa kemudian menjatuhkan pandangannya pada Kaisar Lee. Kebetulan, pria itu juga telah memperhatikannya sejak tadi.

Lisa menjatuhkan kedua ujung bibirnya, sedih. Tak kuat, Lisa menjatuhkan pandangannya dari wajah datar Kaisar Lee.

"Ini kali terakhirku belajar pedang. Lain kali, aku tidak akan melakukannya lagi."

Setelah mengucapkannya, Lisa berbalik hendak mengantarkan Pangeran Lee Sung ke tabib agar menjalani pemeriksaan. Jujur, Lisa amat khawatir dengan anak ini, entah perasaan dari mana, yang jelas ia amat terpukul dengan kejadian barusan. Meski, bukan faktor kesengajaan, tetapi Lisa tetap merasa kalau dirinyalah tersangka utama yang paling pantas dipersalahkan.

Namun, baru saja kakinya berjalan beberapa langkah, Lisa harus memupus niatnya itu karena kedatangan Selir Yuki dan rombongannya yang berlari mendekat. Wanita cantik bersolek tebal itu menatap horor ke arah Lisa, atau lebih tepatnya pada interaksi keduanya.

Terlihat, rahang Selir Yuki mengeras dan tatapannya menajam. Tanpa permisi, direbutnya anak laki-laki yang berada dalam gendongan Lisa ke dalam gendongannya.

Karena tiba-tiba, tampaknya Pangeran Lee Sung terkejut. Namun, saat menyadari ia berganti dalam pelukan ibunya, seketika tangisnya pecah amat keras. Dengan tubuh bergetar, ia memeluk tubuh Selir Yuki amat erat. Seolah tengah mencari perlindungan teraman.

Dalam amarah yang bergemuruh, Selir Yuki menjatuhkan tatapan menuduh dan intimidasi pada sosok Permaisuri Aerin yang tak sanggup berkutip. Kedua wanita itu sama-sama terlebur dalam kebisuan yang terasa berbahaya bagi beberapa orang yang menyaksikan.

Di sisi lain, Kaisar Lee malah menguap lalu berjalan menjauh. Melihat tuannya sudah tidak di tempat, Jenderal Wu pun mengekor, berusaha menyamai langkah Kaisar Lee.

"Yang Mulia, kedua istri Anda?" tanya Jenderal Wu khawatir.

"Urus saja mereka. Itu kekanakan sekali."

Setelah berujar demikian, Jenderal Wu menghentikan langkahnya, membiarkan Kaisar Lee menjauh. Kepalanya kembali berputar ke arah di mana ia dikejutkan dengan aksi nekad Selir Yuki menampar Permaisuri Aerin. Matanya membulat, bukannya menghentikan, ia malah dikuasai keraguan lalu memilih mengejar Kaisar Lee.

"Kaisar! Aku tidak punya pengalaman tentang istri!"

***

Lisa merasakan hawa panas di pipi kirinya setelah tamparan keras dilayangkan Selir Yuki. Matanya langsung berair seketika, meskipun tidak ada niatan untuk menangis.

Dayang Im yang melihat itu, langsung bersimpuh di bawah kaki Seli Yuki yang tidak mau mengalihkan tatapan penuh amarahnya dari wajah Permaisuri Aerin.

"Yang Mulia, hamba mohon, jangan sakiti Permaisuri Aerin. Kejadian tadi adalah ketidaksengajaan."

Pandangan tajam Selir Yuki pun jatuh pada sosok tua yang tengah memohon padanya. Masih dalam keadaan berang, ia menjauhkan kakinya beberapa langkah, seolah merasa jijik.

"Dengar, Dayang Im! Saya sangat menghormati Anda atas pengabdian yang telah Anda lakukan seumur hidup Anda di kerajaan ini. Tapi, kali ini perbuatan Permaisuri Aerin sangat keterlaluan. Dia hampir membahayakan putraku! Bagi seorang yang tidak memiliki anak ...." Selir Yuki kembali menatap tajam Permaisuri Aerin yang menatapnya penuh rasa bersalah. "Tentu, dia iri melihat kehadiran putraku!"

"S―selir Yuki, sungguh, aku tidak sengaja." Lisa mengucapkannya dengan terbata. "A―aku bersungguh-sungguh tidak memiliki maksud jahat pada Pangeran Lee Sung. Aku juga menyayanginya seperti Anda menyayanginya."

"Hah?!" Selir Yuki memutar bola mata tak percaya, bersamaan dengan itu, tanpa sengaja air matanya menetes.

Sebagai seorang ibu, tentu ia amat terpukul dengan berita mengenai putranya, apalagi yang dibawa adalah berita buruk. Ibu mana yang rela anaknya hampir celaka?

Ingin rasanya menyeret wanita terhormat di hadapannya ini ke dalam sel tahanan lalu melemparkannya ke dalam kandang serigala sebagai hukuman. Namun, erangan Pangeran Lee Sung yang mengajaknya pulang, membuat pikiran Selir Yuki terpusat pada putra tunggalnya. Ia hanya ingin yang terbaik, itu saja. Yang jelas, ia akan membalas siapa pun yang telah mengusik putranya.

Tanpa sepatah kata, Selir Yuki pergi bersama rombongannya yang menatap sinis ke arah Permaisuri Aerin dan Dayang Im yang masih bersimpuh di atas tanah.

The Queen Of Fantasia (Revisi)Kde žijí příběhy. Začni objevovat