Dongeng Nyata

7.3K 559 9
                                    

Semoga ada pencerahan😏

***

Setelah mengantarkan Hani ke kantor agensi, Kang Ri terus mengomel tidak jelas karena ia merasa semua cerita yang dikisahkan Lisa seperti dongeng anak kecil, tidak masuk akal dan terlalu mengada-ada. Namun, Lisa masih tetap ngotot jika semua ucapannya memang benar, tanpa ada unsur pembodohan publik, seperti yang dikatakan Kang Ri tiap membalas ceritanya.

"Kau tahu, sebenarnya aku sangat bingung dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba aku melihat wajahmu berubah, hilang ingatan, mengaku-ngaku sebagai permaisuri negeri dongeng, kehilangan semua bakat dan job, lalu kini kau kembali menjadi Lisa yang semula. Hah, aku benar-bebar merasa seperti sedang syuting drama tanpa sutradara, tanpa naskah. Ini benar-benar gila! Tuhan, ada apa dengan dunia ini?" keluh Kang Ri sesampainya di apartemen Lisa.

Dibantingnya tubuh letih itu ke atas spring bad berukuran king size, membuatnya memantul beberapa kali karena efek busa dan per. Membaringkan diri dengan posisi paling nyaman, sambil menatap Lisa yang berjalan mendekat. Gadis itu juga langsung mendaratkan tubuhnya di samping Kang Ri.

"Kau pikir aku tidak bingung? Aku juga sama bingungnya denganmu. Seharusnya, aku sudah mati, tapi tiba-tiba saja aku juga bangun sebagai permaisuri cantik. Kupikir aku sudah di surga saat itu karena melihat dunia yang berbeda dengan ini. Tapi, sepertinya aku salah. Bukannya surga, aku seperti diazab. "

Kang Ri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Alih-alih merasa paham, pria itu justru makin dibuat pusing dengan apa yang dikatakan Lisa.

"Tadi, kau bilang Hani yang mati, kenapa kau jadi ikut-ikutan mati?"

"Aku depresi, bodoh!" sahut Lisa ketus. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Kang Ri yang telentang. "Kesibukan menjadi artis papan atas yang sangat profesional dan jam padat sangat membuatku lelah. Aku bahkan mengalami insomnia. Meski sudah minum banyak obat tidur, aku tetap sulit. Aku ingin istirahat, tapi tidak bisa, karena waktu terus mengejar dan memeras tenagaku.

"Baiklah, sekarang, jelaskan padaku apa saja yang kau ketahui. Aku benar-benar pusing. Antara kau yang memang punya kepribadian ganda, atau kau yang mulai gila karena tidak bisa menerima kenyataan, bahwa Oh Hye Mi jauh lebih unggul daripada dirimu."

Seketika dadanya bergemuruh panas. Lisa menghela napas panjang, membalikkan badan, memposisikan tubuhnya terlungkup. Dilipatnya kedua tangannya di atas kasur, lalu mendaratkan dagunya di sana. Terdiam sejenak, ingatannya kembali pada masa di mana ia mendapatkan tekanan psikis terberatnya, yaitu kematian Song Hani.

"Semua terjadi tahun 2020. Waktu itu, Song Hani meninggal bunuh diri karena depresi atas skandalnya dengan salah satu pejabat."

"Apa? Hani meninggal? Kau tidak sedang bercanda, 'kan? Dia sehat-sehat saja, tidak terlihat seperti ada masalah." Kedua mata Kang Ri membulat. Lagi, gadis di depannya mulai membual.

"Ck! Kau ini bagaimana?! Aku 'kan sudah bilang, tahun 2020! Berarti bukan sekarang! Ini masih tahun 2018!" Bibir Lisa merengut, mengingat wajah Hani di restoran tadi, rasa sedih dan bahagia campur aduk jadi satu. "Makanya, aku tadi sangat terharu saat melihatnya."

"Kau tahu, aku rasa kita sudah mulai gila."

"Kau saja sendiri! Aku, sih sehat-sehat saja."

Kang Ri mendengkus. Jika berbicara dengan wanita, sejak dulu rumusnya akan selalu sama, tidak pernah berubah. "Iya-iya, wanita selalu benar. Lanjutkan lagi ceritamu!"

"Manager-nim tidak mengizinkanku untuk melihat jasad Hani, karena segala kesibukanku. Aku depresi, dan kau juga malah memperburuk keadaan."

"Apa? Aku?" Kang Ri menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk. Awalnya, ia merasa tak terima, tetapi begitu pandangannya berserobok dengan sepasang manik berkabut milik Lisa, seketika ada rasa nyeri yang seolah meremas dadanya. Bibir yang sebelumnya membuka, hampir bersuara itu kembali mengantup rapat. Menahan diri, menyesuaikan dengan keadaan.

"Kau melarangku melakukan segala hal seperti manager-nim! Kau pergi ke pemakaman Hani, tapi kau tidak mengizinkanku ikut. Kau bisa berdiri di samping jasad Hani, tapi aku malah berdiri di atas panggung, sibuk menari dan menyanyi dengan senyum lebar seolah penuh kebahagian untuk menghibur dan memasok uang, sedangkan aku tahu, dibtempat lain sahabatku terbujur kaku." Tenggorokan Lisa tercekat. Air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan, akhirnya luruh juga menjadi aliran sungai di pipi mulusnya. Rasa sesak dan kesedihan itu datang lagi, menyiksa dengan goresan-goresan luka tak kasat mata.

Dengan bibir bergetar, Lisa melanjutkan ucapannya. "Orang-orang itu terus memeras tenagaku, tanpa mempertimbangkan perasaanku. Bagaimana jika kau menjadi aku? Temanmu mati, tapi kau malah menari-nari di hari kematiannya. Bagaimana Kang Ri? Jawab pertanyaanku, bagaimana? Bagaimana? Aku menari di atas jasad sahabatku, bagaimana, Kang Ri ...?"

Makin terisak sampai tubuhnya bergetar hebat. Kedua telapak tangan Lisa bergerak menutup wajahnya yang dipenuhi air mata. Luka itu kembali menganga, bahkan rasanya seperti tergores luka baru yang masih basah, lalu ditaburi dengan garam di atasnya, perih.

"Argh ...!" erang Lisa memukul dadanya berkali-kali dengan keras. "Aku jahat. Aku bodoh! Memang seharusnya aku mati karena aku tidak berguna. Mereka semua cuma memanfaatkanku demi uang. Mereka jahat, Kang Ri! Kau juga jahat!"

Melihat Lisa makin terisak parah, Kang Ri pun berinisiatif untuk membawa gadis lemah itu ke dalam dekapannya. Memeluknya erat, mengalirkan kekuatan untuk tiap sendi kehidupan yang terlanjur patah.

Tak tinggal diam, tangan Lisa mengepal, lalu memukul dada bidang Kang Ri, meluapkan amarah dan kesedihan yang lama ia simpan pada sosok pria yang selalu memberikan bahunya untuk sandarannya. Lisa tahu, dalam kehidupan Kang Ri, mungkin ia adalah parasit. Namun, satu hal buruk yang terjadi, Kang Ri terlanjur menjadi inang bagi Lisa. Sejak kecil, ia selalu bergantung pada Kang Ri. Masalah apa pun itu. Hingga sampai detik ini, di saat dunianya di ambang kehancuran, selalu Kang Ri yang menjadi pelabuhan untuk seorang gadis kaca yang terlanjur pecah.

Memejamkan mata, diusapnya rambut lurus sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang, sekaligus menenangkan. Kang Ri mengecup pucuk kepala Lisa, yang malah membuat gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dalam ceruk leher jenjang milik pria beriris cokelat itu. Perlahan, tangan mungil Lisa bergerak, melingkarkan lengan pada leher sahabatnya.

"Kau tahu Lisa?" Salah satu tangan Kang Ri bergerak mengelus punggung Lisa. "Kupikir, ini adalah kesempatan dari Tuhan untuk memperbaiki semuanya. Mungkin, karirmu hancur, itu karena Tuhan ingin mengembalikan Hani pada kita. Kau tahu maksudku, 'kan?"

Perlahan, dirasakannya gadis itu mengangguk. Sudah Lisa bilang, Kang Ri adalah inang baginya. Setidaknya, mendengar kata-kata penghiburnya tadi, membuat Lisa menyadari satu hal. Pria itu benar, keajaiban ini adalah kesempatan baginya. Waktu kembali berputar, dengan turut membawa Hani untuknya.

"Uhm ... sudah malam, tidurlah! Aku akan menjagamu."





***
Gimana? Ada pencerahan?


Luluk Layalie

The Queen Of Fantasia (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang