Pertemuan Keluarga Ter-akward

11.5K 964 20
                                    

Vote!
.
.
.
Tengyu😘

***

"Kata Jenderal Wu, Yang Mulia Kaisar sedang berlatih pedang di kandang kuda--"

"Lapangan kuda, Yang Mulia." Dayang Im membenarkan.

"Hanya salah sedikit."

Lisa terdiam sejenak dari kegiatannya mengingat letak di mana tempat itu berada. Melirik ke arah Dayang Im yang berjalan di belakangnya seraya memberinya interuksi dari belakang ke mana ia harus pergi selanjutnya.

"Kenapa, bukan Anda saja yang di depan, Dayang Im? Aku kesulitan menghafal tempatnya!" keluh Lisa memghentikan langkah.

Sebenarnya, sejak tadi Lisa sudah menyuruh wanita tua itu untuk berjalan di depannya agar lebih muda, sekaligus menjadi petunjuk arah. Namun, Dayang Im terus bersikukuh kalau Lisalah yang harus berjalan lebih dulu karena alasan norma kerajaan.

"Itu adalah sebuah hal yang tidak sopan, Yang Mulia," jawab Dayang Im yang lantas membuat Lisa cemberut seketika.

"Huh ... apakah masih jauh? Aku sudah capai berjalan," keluh Lisa sambil mengusap peluh di dahinya dengan lengan baju kebesarannya.

Melihat apa yang dilakukan Permaisuri Aerin, Dayang Im pun segera mencegah lengan gadis itu sebelum menyentuh dahi. Spontan, Lisa menatap Dayang Im dengan tatapan bingung.

"Pakailah sapu tangan, Yang Mulia. Tidak baik kalau Anda mengusap keringat dengan baju." Sambil menyodorkan sapu tangan berwarna putih polos. "Lapangan kuda sudah tidak jauh dari sini. Jadi, bersabarlah!"

Tanpa menyahut, Lisa langsung menerimanya dan terus berjalan dengan langkah cepat.

"Yang Mulia!"

Namun, belum sampai sepuluh langkah, Dayang Im kembali menginterupsi gerakannya hingga membuat Lisa kembali berhenti dengan kesal. Lisa membalikkan tubuh setengah jengkel. Tentu, bagaimana dia tidak? Pertama, jarak lapangan kuda dan istana lumayan jauh dan harus ditempuh perjalanan dengan jalan kaki. Itu sangat melelahkan, terlebih dilakukan saat matahari sudah mulai naik ke atas kepala. Ke dua, Dayang Im terus menginterupsi semua tingkahnya dengan dalil-dalil konyol berupa larangan, perintah dan norma kerajaan.

Jika tidak mengingat sedang berhadapan dengan orang tua, niscaya Lisa sudah meledakkan emosinya sejak tadi lalu mengajak Dayang Im bergulat di tempat.

Tidak di sini, tidak di abad dua puluh, yang namanya orang tua selalu saja cerewet. Tidak ada Manager-nim, ada Dayang Im, ish ..., batinnya dongkol.

"Apa, lagi?" sungut Lisa. Kini wajahnya sempurna ditekuk.

"Anda salah jalan, Yang Mulia."

Kan! Kedua pipi Lisa menggembung menahan kesal. Dengan langkah sengaja dihentak-hentakkan gadis itu berjalan kembali ke arah wanita tua yang kini tengah tersenyum ramah tak berdosa.

"Dayang Im yang cantik ... kenapa, BUKAN ANDA SAJA YANG BERJALAN DI DEPAN?"

......

"Wah ... wah ... bukankah itu pemandangan yang ...."

Glek!

Sungguh, nikmat Tuhan yang mana lagi yang pantas didustakan? Dua orang pria bertelanjang dada tengah asik beradu pedang di tengah lapangan. Hingga tampaklah dada bidang dan pola perut kotak-kotak yang melekak-lekuk sangat indah bak binaragawan yang sering Lisa lihat sekalian cuci mata di tempat gym yang rutin ia datangi.

Lihatlah! Betapa menawan bentuk proposional tiap guratan dan pahatan tubuh yang nyaris sempurna itu. Otot-otot kekar nan gagah itu pula menjadi pelengkap kewibawaan pemimpin tertinggi kerajaan Fantasia Timur yang digadang-gadang menjadi pemimpin terkuat di seluruh kerajaan Fantasia.

The Queen Of Fantasia (Revisi)Место, где живут истории. Откройте их для себя