Eps. 10

149 43 181
                                    

Beberapa menit berlalu, Emely sudah mencicipi makanan Mrs

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa menit berlalu, Emely sudah mencicipi makanan Mrs. Calisa dengan terus berbincang dengannya, membuat mereka semakin akrab. Gadis itu sadar, sejak kedatangannya ke apartemen ini, ia jarang berinteraksi dengan banyak orang. Dia hanya sesekali menyapa tetangga dan berkenalan singkat dengan Mrs. Calisa.

"Terima kasih, makanannya enak." Emely menaruh senampan makanan itu ke atas meja. "Tapi maaf, aku harus pulang."

Mrs. Calisa tersenyum lalu berucap, "Sama-sama, Nak. Jangan lupa, seringlah main ke sini."

Emely mengangguk dan segera pamit beranjak pergi. Namun, baru satu langkah ia berjalan, kepalanya yang sakit membuat Emely hampir terjatuh.

"Kau tidak apa?" Untung saja, Mrs. Calisa langsung menahan tubuh gadis itu.

Sepertinya ... pusing ini akibat aku terjatuh tadi, batin Emely menyadarinya.

"Sebentar." Mrs. Calisa tiba-tiba bangkit lalu membuka beberapa laci di ruangan itu. "Ini, minumlah," titahnya mengulurkan sebuah botol kecil pada Emely.

"Apa ini?"

"Itu obat sakit kepala. Aku sering menggunakannya," jelas Mrs. Calisa seraya memberikan sendok untuk menuangkan obat tersebut. Tanpa menunggu lama, Emely segera meminumnya.

"Sekali lagi, terima kasih banyak, Mrs. Calisa. Aku berhutang padamu." Tanpa ragu gadis cantik itu memeluk Mrs. Calisa.

Seketika benak Emely memikirkan sosok ibu. Ia mengeratkan dekapan seolah berharap itu adalah pelukan dari ibunya. Namun, nyatanya ia hanya bisa merindukan sosok itu tanpa pernah tahu wujud yang sebenarnya.

"Aku menolongmu dengan senang hati, Nak." Mrs. Calisa menatap Emely tulus.

Rasanya hati Emely jauh lebih tenang, sekarang ia tidak lagi sendirian. "Aku pamit dulu." Mrs. Calisa mengangguk seraya mengantar Emely menuju pintu.

ΦΦΦ

"Emely!"

Sosok yang akan memasuki lift menuju lantai dua pun terhenti. Terlihat dari pintu besar yang tembus pandang Alice sedang menyembulkan kepalanya dari dalam mobil. Emely kini mengubah arah langkah untuk menghampirinya di lobi.

"Alice, turunlah."

"Ah, tidak. Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan. Segeralah ganti pakaian, biar aku tunggu di mobil saja."

"Maaf, Al. Aku tidak bisa, hari ini kepalaku sedang sakit," tolak Emely tersenyum parau.

"Kau sakit? Kalau begitu, biar kuantar ke dokter saja."

Eliminate A Curse [COMPLETE]√Where stories live. Discover now