Eps. 28

72 22 40
                                    

Cakrawala tampak ramai dengan gemintang dan bulan, mereka semakin lengkap dengan kedatangan seseorang yang muncul dari balik para penghuni langit

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Cakrawala tampak ramai dengan gemintang dan bulan, mereka semakin lengkap dengan kedatangan seseorang yang muncul dari balik para penghuni langit. Tubuhnya yang terlihat ringan tiba-tiba keluar dari sana, seolah menembus atmosfer dan menabrak awan-awan hitam. Jeritan pun terus terdengar kala tubuh gadis itu meluncur sempurna layaknya akan melakukan pendaratan.

"Arghhh!"

Emely terus memekik keras. Tangan dan kakinya tak berhenti bergerak untuk menciptakan keseimbangan. Entah bagaimana dirinya bisa terhempas kencang dan langsung keluar dari balik langit di atas sana. Seperti sebuah portal yang menariknya dengan sekejap mata.

Semakin dekat ia meluncur menuju permukaan, di saat itulah tubuhnya berhadapan dengan ranting pepohonan yang dipenuhi rimbun dedaunan. Ia tak sengaja melewatinya dan berakhir terhentak ke tanah dengan keras.

"Aw! Sakit sekali," lirihnya seraya meregangkan tubuh. Beberapa goresan luka tercipta di lengannya. Posisi gadis itu masih terbaring, ia sama sekali belum menyadari tempat yang sudah ia datangi.

Tepat saat netranya sudah terbuka sempurna, ia langsung menatap jeli keadaan di sekelilingnya. "Di mana aku?" Emely berusaha bangkit dengan menahan sakit. "Apa aku sudah berada di dunia mimpi? Tapi kalau iya, kenapa sakit di tubuhku dapat terasa? Bukannya jika sedang bermimpi semua tidak terasa sakit karena itu tidak nyata?"

Otak gadis itu belum bisa berpikir jernih, kepalanya semakin pusing kala sebuah benda terjatuh begitu saja menimpuk pusat pertumbuhan rambutnya.

"Aduh!"

Di saat ia hendak mengumpat, buku XVIII tiba-tiba terlihat. Ternyata buku itulah yang jatuh dari atas sana, sama seperti dirinya yang juga terlempar dari langit. Mungkin karena Emely tertidur dengan memeluk buku tersebut, hingga buku itu juga ikut datang bersamanya. Emely segera meraih buku yang sangat berharga itu.

"Hari sudah sangat larut. Aku harus mencari tempat tidur," ucapnya pelan. Namun, suara cacing di perutnya seketika terdengar. Ia lupa kalau dari tadi sore dirinya belum makan. "Ck, malam-malam begini di mana aku harus mencari makanan?"

Hidung bangirnya tiba-tiba menghirup aroma yang memabukan. Sepertinya alam sudah menyajikan hidangan di sini untuk menyambut sang petualang. Dengan cepat indera penciuman gadis itu pun terus diperkuat, bermaskud mencari dari mana asal aroma tersebut.

Dengan keadaannya yang tidak baik, Emely memutuskan untuk menyusuri tempat itu. Tempat yang dipenuhi pohon-pohon besar dan menjulang, tapi tempat tersebut tidak seperti hutan. Pepohonan di sana terlihat memiliki cahaya yang meremang. Banyak bebatuan kecil yang membentuk jalanan, terhubung dari pohon satu ke pohon lainnya. Bunga-bunga juga hadir melengkapi setiap sisi jalanan berbahan batu itu. Bunga lavender sepertinya lebih mendominasi di sana. Kunang-kunang pun beterbangan di sekitar, menambah cahaya di tengah kegelapan malam.

Tak membutuhkan waktu lama, pencarian Emely pun berakhir sesuai harapan. Ia menemukan sumber aroma makanan tadi. Beberapa menu makanan tersaji di depan mata. Walaupun bentuk makanannya tampak asing, tetapi menurut Emely itu terlihat lezat. Apalagi, di saat keadaannya yang sedang kelaparan.

Eliminate A Curse [COMPLETE]√Onde histórias criam vida. Descubra agora