Eps. 31

69 27 36
                                    

Tatapan dari pupil abu itu tampak kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan dari pupil abu itu tampak kosong. Pikirannya terus bergulat dengan kejadian semalam. Di mana dirinya sudah tertidur nyenyak diantar dongeng legendaris itu. Namun, sesuatu yang tidak terduga malah datang. Saat dia benar-benar hendak sampai tujuan, tiba-tiba dirinya tersentak dan seketika kembali terlempar ke dunia semula dengan mata yang langsung terbuka. Seolah terdapat sesuatu yang menghalanginya untuk masuk ke dunia itu.

Emely sendiri tidak mengerti, kenapa semalam ia tidak bisa memasuki dunia mimpi. Sudah dicoba berulang kali pun hasilnya tetap sama. Dia bahkan sampai memutuskan untuk bergadang demi terus mencoba hal tersebut sampai berhasil. Akan tetapi, semuanya nihil.

Hujan lokal yang meluncur dari mata indahnya kini menjadi pelengkap di pagi hari yang cerah. Embusan angin segar juga sepertinya tidak dirasakan oleh gadis yang masih duduk termangu pada batu di bawah pohon itu. Kicauan burung yang riang terdengar saling bersahutan, tapi itu tak berhasil mengalihkan atensi gadis cantik di sana.

Emely tak bisa menyembunyikan kesedihan semenjak dirinya tahu bahwa buku XVIII tidak bisa ia dapatkan. Entah apa yang terjadi jika misi ini tidak dipandu oleh buku tersebut. Ia sudah menganggap buku itu seperti temannya sendiri, secara semua kebenaran berawal dari sana. Maka tidak mungkin ia membiarkan buku XVIII hilang begitu saja.

"Emely," panggil Chris. Mata abu dari sosok yang dipanggilnya itu mengerjap dan Emely pun tersadar dari lamunan. "Sudahlah, kau jangan menangis. Ayo, sarapan." Emely mengangguk seraya menghapus air mata.

Hanya buah-buahan yang menjadi sarapan mereka di pagi ini. Persediaan mereka semakin menipis. Ikan dan hewan hutan pun sekarang sulit untuk didapat. Walaupun begitu, mereka tetap semangat. Secepatnya Emely akan mengakhiri keadaan itu.

Suasana lengang, tidak seperti biasanya yang selalu dipenuhi perbincangan. Kedua pemuda di sana juga mengerti dengan keadaan Emely sekarang. Chris memang sudah mencoba menghibur, tapi gadis itu tetap tak menghiraukan.

"Em, kau tenang saja. Nanti kita akan mencobanya lagi." Suara Willard terdengar seperti memberi harapan.

"Kurasa ... tetap tidak akan bisa," tanggap Emely dengan lesu. "Setelah kupikirkan, mungkin semua misi hanya bisa dilakukan sekali. Termasuk pergi ke dunia mimpi."

Tatapan kedua pria itu beradu, mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu satu-satunya gadis di sana. Pikiran Chris kini sibuk berkecamuk dengan hal-hal buruk, ada sedikit rasa penyesalan dengan dirinya ikut bersama Emely. Dia pikir semua perjalanannya sia-sia, karena pada akhirnya mereka tetap akan terjebak di dunia aneh itu.

Melihat kedua pemuda di depannya yang juga terlihat khawatir, Emely pun langsung bersuara. "Sudah, kalian jangan ikut memikirkan hal ini. Aku sudah siap jika kutukan itu bersemayam abadi di dalam diriku," ujarnya tersenyum palsu.

"Kutukan?" Dahi Willard mengerut.

Emely mengangguk, cepat atau lambat Willard akan mengetahui itu. "Ya, misi yang kujalani ini untuk menghilangkan sebuah kutukan. Tapi sepertinya ... semua usahaku telah gagal di tengah jalan."

Eliminate A Curse [COMPLETE]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang