4.Seperti Ini

1.1K 91 0
                                    

Gracio pov.

.
.
.

Gracio tengah bersiap untuk berangkat ke kampus, dia memakai celana joger beserta hoodie yang menampilkan kesan sederhana tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya. Dia berniat untuk menjemput shani di rumahnya karena dia menghubungi shani dan shani mengiyakannya, perihal pernyataannya semalam sejujurnya gracio spontan dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari shani. Bagi gracio iya atau tidaknya jawaban shani ia akan terima,jika tidak gracio terus akan berusaha agar hati shani luluh kepadanya, tidak perlu memaksa kehendak yang memang tak bisa di paksakan, jalan saja terus nanti juga akan menemukan jalannya bukan?.

Tidak terasa mengenal shani udah berjalan beberapa bulan ini, shani semakin tidak canggung terhadapnya, sudah mau bercanda meski shani belum berani bercerita lebih jauh tentang kehidupannya, gpp pikir gracio ikuti saja alurnya.

.
.

"Pagi mah, pah." Sapa gracio dengan semangat kepada orang tuanya.

"Di liat-liat ada yang seneng nih, apa udah punya pacar?. " Tanya papah gracio.

"Wooooo, yaaaa jelas belum lah." Ujar gracio sambil mengambil roti.

"Udah mau lulus S1 kok belum punya pacar sih, padahal kamu lumayan cakep kalo diliat." Sindir mamah gracio sambil terkekeh.

"Tenang, otw lagi dijalan soalnya berasal dari surga." Canda gracio.

"Kamu ada-ada aja, kalo udah ada nanti kenalin ke mamah ya."

"Jelas itu mah, kalo dia udah jadi sama cio cio pasti bawa kesini mamah pasti seneng deh, dia kaya bidadari."

"Yang bener kamu?." Tanya mamah gracio antusias.

"100000000% bener."

"Udah udah dilanjut nanti, sekarang cepatan sarapan nanti kamu telat lagi." Ujar papah gracio.

Kegiatan makan mereka berlanjut, sesekali diringi ngobrol ringan dan sedikit candaan.

"Mah, pah gracio berangkat dulu ya." Pamit gracio yang telah menyelesaikan makannya.

"Kok buru-buru banget?." Tanya mamah gracio.

"Iya mau jemput bidadari." Ujar gracio berlalu meninggalkan orang tuanya cepat agar tidak ditanya.

Pov end.

Gracio mengendarai vespa maticnya menuju rumah shani dengan kecepatan sedang, sambil menikmati pemandangan kota yang mulai ramai karena aktivitas rutin manusia untuk bekerja maupun pendidikan. Gracio lebih suka menaiki sepeda motor ini daripada mobil, padahal mobil gracio di rumahnya ada beberapa. Menurut gracio mengendarai motor bukan hanya agar terhindar dari kemacetan tapi juga sesekali bisa menikmati pemandangan.

Sesampainya di rumah shani gracio langsung memarkirkan motornya, terlihat ada seorang setengah paruh baya sedang membersihkan halaman.

"Selamat pagi bu." Ujar gracio ramah.

"Selamat pagi, mau cari siapa ya?."

"Mau cari shani, saya gracio temennya shani." Gracio sambil menyalami ibu tersebut.

"Eh den gausah salam, saya panggilin neng shaninya dulu ya. Panggilnya jangan ibu, bibi saja." Ujarnya dan memasuki rumah untuk memanggil shani.

Gracio duduk di kursi teras rumah shani sesekali menghirup udara sejuk di pagi hari, jarang-jarang jakarta mempunyai udara sejuk ini. Selang beberapa menit art shani keluar "den gracio? Kata neng shani masuk dulu aja ke dalam, neng shaninya lagi siap-siap. Mari den."

Nous [END]Where stories live. Discover now