9. kekhawatiran

1K 86 0
                                    

Pagi ini gracio sudah tiba di kampus karena ada kelas mendadak yaitu studio perancangan arsitektur 5.sebagai salah satu mahasiswa arsitektur kelas internasional gracio benar-benar harus fokus untuk mencapai targetnya. Ia harus sesegera mungkin menyelesaikan studinya dan melanjutkan ke jenjang S2.

Gracio sibuk berkutat dengan laptopnya yang sedang mendesain rancangan kota dan sesekali mendengar dosen yang sedang menerangkan materi-materi yang sedang di bahas dan karena gracio yakin setelah ini akan ada tugas yang harus ia kerjakan tentang materi ini karena gracio sudah tau watak dari dosennya ini, jadi sebelum di suruh gracio terlebih dahulu mengerjakan rancangannya.

Setelah mendesain dasar, gracio memainkan handphonenya dan mengirim pesan kepada shani untuk mengajaknya makan siang dengannya setelah kelasnya selesai.

Kelas gracio akan berakhir 45 menit lagi, gracio melirik handphonenya tapi pesan yang ia kirimkan tak kunjung di balas oleh shani. Akhirnya gracio coba menghubungi shani, tapi ternyata tak bisa tersambung,gracio terus menghubunginya beberapa kali tetap saja tidak bisa.

Gracio mulai panik, pikirannya sudah kemana-mana.akhirnya ia berdiri dari tempat ia duduk, membuat seisi kelas dan dosen melihat ke arahnya bertanya-tanya kenapa gracio berdiri padahal kelas belum selesai. Akhrinya gracio menghampiri dosen, semua mata tertuju pada gracio yang sedang menghampiri dosen.

"Pak maaf, sepertinya saya harus keluar sebentar ada urusan sangat penting." Tanpa menunggu jawaban dari dosen gracio sudah terlebih dahulu keluar dari kelasnya.

Gracio berlari dengan terburu-buru menuju fakultas ilmu komunikasi. Menyusuri lorong, ia beberapa kali menabrak orang tapi ia tak pedulikan. Sampai akhirnya ia tepat di depan kelas shani, tanpa mengetuk pintu ia langsung membuka pintu tersebut.

"SHANI?."

Teriakan gracio membuat seisi kelas kaget, terutama dosen killer yang sedang menatap tajam ke arah gracio. Tapi seakan tak peduli, gracio mengedarkan pandangannya, tak ada tanda-tanda shani di dalam kelas. Gracio melihat ke arah zee, ia menggelengkan kepalanya, sebagai jawaban bahwa shani tidak masuk hari ini.

Seakan tau jawaban dari zee akhirnya gracio membanting pintu membuat semua orang terkejut kembali. Gracio menuju parkiran dan menjalankan vespa maticnya keluar dari kampus.

--

Akhrinya gracio tiba di depan rumah shani, ia membuka gerbang dan berjalan menuju depan pintu. Sebelum mengetuk pintu gracio berdoa dulu agar shani baik-baik saja. Gracio mengetuk pintu, pada ketukan kedua baru ada yang membukakan pintu, ternyata bi iah yang membukakan pintu.

"Shani ada bi?." Tanya gracio to the point, yang membuat bi iah kaget.

"Ada cio, neng shani tadi pagi tiba-tiba demam."

Tanpa menunggu lama lagi gracio tiba-tiba masuk ke dalam rumah, tetapi sesampainya di ruang tamu gracio terdiam, kan dia tidak tau kamar shani dimana?.
Bi iah yang menyusul masuk ke dalam, mendapatkan gracio yang terdiam. Seakan tau kebingungan gracio akhirnya bi iah menghampiri gracio.

"Kamar neng shani ada di atas sebelah kiri gracio, makanya jangan panik dulu. Sok samperin bibi mau ke dapur buatin bubur buat neng shani."

"Hehe, ya maaf bi. Habisnya dia buat saya khawatir dari tadi."

Gracio menaiki tangga, ia mengetuk pintu pelan tidak seperti tadi yang rusuh seperti sedang di kejar dekopeltor. Ia mengetuk pintu sampai 5x tapi tak ada jawaban, akhirnya gracio membuka pintu,ia membuka pintu dan mengintip terlebih dahulu, ternyata shani sedang tidur. Gracio melangkah menghampiri shani dan berjongkok di samping kiri shani.

Nous [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang