25. Heaven

1K 96 7
                                    

Masa Perkuliahan di semester baru sudah beberapa hari yang lalu di mulai, tak terasa waktu begitu cepat. Sebentar lagi tugas dan kegiatan kuliah akan semakin padat dan banyak menyita sebagian waktu. Terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi semester akhir yang akan segera lulus atau melanjutkan pendidikannya.

Dan artinya pula gracio harus secepatnya ngasih jawaban atas pertanyaan papahnya beberapa bulan yang lalu. Entah apa yang harus gracio katakan, jujur ia belum menemukan jawaban yang menurutnya itu yang terbaik. Dirinya dan shani semakin dekat dan baik, keduanya selalu bertemu jika ada waktu. Terkadang pula shani bergantian main ke rumah gracio. Itu yang membuat gracio kadang bimbang sendiri hingga dirinya tak bisa tidur.

Jujur gracio sangat ingin melanjutkan studinya di negara dan kota impiannya itu, tapi di lain sisi ia tak bisa sepenuhnya melepaskan shani sendirian disini apalagi berjauhan dengan shani dengan jarak tempuh beribu-ribu kilometer dan perbedaan waktu yang cukup jauh. Masih sama sih, Sama-sama dengan warna awan yang sama tapi dengan perbedaan waktu itu yang mungkin  saja gracio baru selesai mandi atau pulang kuliah tapi shani sudah tidur dan terlelap di alam mimpi. Itu yang tidak bisa bagi gracio.

--------

"Anin." Panggil gracio ketika ia baru saja melihat anin masuk ke dalam kelasnya.

Jujur saja, canggung bagi gracio setelah sekian lama setelah insiden dirinya dan anin berdebat mereka tak pernah bertemu lagi berbulan-bulan.

"Apa?." Tanya anin datar.

"Gue mau ngomong sama lo."

Anin yang mendengar itu hanya menghela nafas, sejujurnya di mata anin gracio itu tidak salah. Hanya saja anin terlalu menuntun gracio untuk membalas perasaan yang jelas-jelas perasaan itu tidak bisa dipaksa.

"Ngomong apa?."

"Gue mau minta maaf."

"Atas?."

"Perdebatan kita tempo waktu lalu di acara festival."

"Gue udah maafin lo kok."

"Maaf nin, gue gabisa ngerubah status kita lebih dari seorang sahabat."

Anin menatap lekat lelaki di hadapannya ini. Sungguh ia berkata dengan nada yang memohon untuk pengertiannya.

"Iya gue juga udah tau dari awal."

"Banyak lelaki diluaran sana yang bisa mencintai lo dengan tulus, tapi itu bukan gue. Gue udah sayang dan cinta shani."

"Dan gue juga udah tau soal itu."

"Jadi gue mau lo bisa bersikap biasa aja ke shani kan? Dia gasalah apa-apa nin, bahkan menjelekkan lo aja dia ga pernah."

Anin tersenyum ke arah gracio. "Iya, gue akan bersikap baik ke shani dan sedikit demi sedikit ngehapus perasaan gue ke lo."

Gracio yang mendengar jawaban anin itu sungguh lega sekarang, ia mendekat ke arah anin dan memeluk sahabatnya ini. "Thanks nin, gue gatau harus ngomong apa lagi."

Anin membalas pelukan gracio sambil mengusap punggung lelaki tersebut. "Sama-sama."

Mereka melepaskan pelukannya kala dosen masuk ke dalam kelas.

Nous [END]Where stories live. Discover now