22. 24/7

1.2K 96 12
                                    

"Gee?."

"Iya kenapa shani?."

"Kira-kira aku bisa ga ya, menyayangimu?." Tanya Shani tiba-tiba.

Gracio yang mendengar pertanyaan Shani akhirnya menoleh.

"Bisa kalau kamu berani."

"Maksud kamu?."

"Iya berani mengikhlaskan masa lalu yang sebenarnya memang tak pernah bersahabat denganmu."

Shani diam, tak menjawab.

"Aku tidak menyuruhmu untuk melupakan, karna memang sampai kapanpun kamu pasti mengingatnya. Yang jelas kamu harus berani melangkah." Ujarnya kembali.

"Tapi sepertinya aku masih butuh waktu ge,gpp? " Ujar Shani begitu pelan.

"Kan sudah kubilang apapun akan aku berikan, aku selalu menunggumu Shani, selalu."

"Sejak kapan kamu menyukaiku ge?."

"Sejak pertama kali aku menatapmu."

Gracio mengacak rambut Shani, menyalurkan rasa sayangnya.

"Hari ini mau kemana?." Tanya gracio.

"Jalan-jalan?." Ujar Shani seperti bertanya.

"Yuk ikut aku, kita naik bis umum ya?."

"Tapi tanganmu masih sakit ge."

"Gpp, ayo."

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan menuju halte, tangan gracio menggenggam erat tangan Shani.

Hati Shani begitu berdegup kencang kala gracio menggenggam erat tangannya, tak seperti biasanya. Kini entah mengapa rasanya berbeda, seperti ia di lindungi dan akan baik-baik saja.

Saat mereka berdua sampai di halte ternyata banyak sekali yang sedang menunggu bis, terutama banyak laki-laki remaja seusia dirinya.

Beberapa pasang mata laki-laki yang sedang ada di halte tersebut melihat ke arah Shani seperti takjub melihat wajah Shani yang begitu cantik. Shani yang di lihat seperti itu risih sendiri, tapi ia tak tau harus bagaimana untuk menegurnya, tak cukup nyali shani.

Gracio yang melihat gestur tubuh Shani seperti tak nyaman akhirnya melihat apa yang terjadi, ia mengedarkan pandangan. ia melihat segerombolan laki-laki yang sedang menatap Shani dengan tatapan seperti ingin menerkam.

Tak suka dengan tatapan mereka akhirnya gracio melepaskan genggaman tangan Shani, ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Shani dan menariknya agar lebih dekat. Setelah itu ia melihat ke arah gerombolan itu lagi, sorot mata mereka menatap tajam.

Akhirnya bis datang, Shani masuk terlebih dahulu dan di susul oleh gracio. Sebelum naik ke dalam bis gracio menatap segerombolan laki-laki tadi dengan senyum smirk.

Di dalam bis ternyata penuh, tinggal tersisa satu bangku kosong, yang akhirnya Shani yang duduk dan gracio berdiri tepat di depan shani. Gracio sedikit kesusahan karna tangannya yang satu belum sembuh, tapi untung saja ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Ge?."

Gracio melihat ke arah shani.

"Kamu aja yang duduk ya?pasti kesusahan."

"Kamu aja shani, aku bisa kok. Ini aku pegangannya erat."

"Tapi aku takut ge."

"Gausah takut ih, aku gpp."

Shani sesekali melihat ke arah gracio, ia cemas takut saja ada yang menyenggol tangannya dan membuat gracio kesakitan.

Tak lama shani ikut berdiri, ia berada di samping tangan kanan gracio, ia menutupi tangan gracio tersebut agar tak tersenggol orang. Gracio yang melihat itu hanya tersenyum kala shani mau menemaninya berdiri terlebih melindungi tangannya.

Nous [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt