Epilog : Akhir Yang Sesungguhnya

3K 161 44
                                    

Udah siap baca?

Bismillah dulu, aku tunggu.

Udah? Oke, selamat baca.

***

Tuhan mampu membolak-balikan hati tanpa mengenal itu siapa, tanpa mengenal waktu itu kapan. Semua rencananya sudah tersusun rapih dan tidak dapat di ubah.

Sekeras apapun kita menolaknya, itu yang harus kita terima sebagai jalan akhir. Kepahitan itu adalah sumber kedewasaan dan pembelajaran, jika kita bisa melewatinya dengan setulus hati, pasti akan dapat balasan yang benar-benar membuat hati menjadi tenang.

Shani, dari hari pertama aku melihat tulisanmu sampai bertemu kamu untuk pertama kali, kamu adalah orang pertama yang membuat hatiku menjadi tenang. Entah maksud dari rencana Tuhan itu apa terhadapku, sehingga aku tidak bisa menolak semua rencananya untuk bisa membahagiakanmu. Sampai pada akhirnya aku sendiri yang mengakhiri dan berpisah sama kamu waktu itu.

Ge, meski kamu bukan orang pertama yang pernah singgah di hati tapi aku bersyukur pernah bertemu kamu. Meski dulu aku menyebutmu manusia paling menyebalkan di dunia, tapi kamu juga merangkap sebagai manusia penuh kejutan yang bisa membuat aku menjadi senang dan orang paling beruntung di dunia.

Matahari yang menerangi siang hari ini begitu cerah, langit biru yang tertutup sedikit awan menambah kesan sempurna saat menatapnya. Di tambah angin yang mengayunkan daun-daunan di sekitar pepohonan yang membuat daunnya jatuh berguguran.

Orang-orang yang berlalu-lalang karena aktivitas dan kegiatannya masing-masing di sebuah kampus ternama ibukota ini, yang meskipun acara wisuda angkatan tahun ini sudah selesai tapi sebagian mahasiswa dan mahasiswi masih banyak yang berkeliaran di sekitaran kampus.

Dilain sisi, beberapa orang tengah menatap dua orang yang masih saja diam mematung menghadap satu sama lain. Seorang perempuan yang bernama chika, memundurkan langkahnya. Ia meninggalkan gracio yang masih saja diam melihat shani yang masih terduduk sambil menangis, chika menempatkan dirinya di samping teman-teman shani dan juga gracio.

Seakan tersadar dari lamunannya, akhirnya dengan langkah pasti gracio berjalan mendekat kembali ke arah shani, memejamkan mata terlebih dahulu dan mengatur nafas. Gracio mensejajarkan dirinya dengan shani.

Gracio menaikan dagu shani agar tidak menunduk dan bisa menatap gracio, mereka saling tatap. Setelahnya gracio tersenyum dan menghapus air mata yang membasahi pipi shani. Ia membantu shani agar dapat berdiri. Setelah shani berdiri dan berhadapan dengan gracio, gracio semakin mendekatkan dirinya terhadap shani seperti tidak ada jarak diantara mereka.

"Maaf."

"Kamu harus datang ya?."

"Shani kamu harus datang ke acara itu, aku mau, kamu ada diantara yang hadir."

Gracio yang masih menunggu jawaban Shani begitu harap-harap cemas, karena shani tak kunjung membalas ucapannya.

"Shan, jawab. Kamu mau kan?." Tanya gracio kembali bersuara.

"Ini benarkan ge? Aku ga salah?." Tanya shani yang akhirnya bersuara.

"Ini benar, kamu ga salah."

"Geee." Ujar shani memeluk gracio sangat erat, ia kembali menangis.

Gracio mengelus rambut shani dengan begitu lembut. "Jangan nangis."

Shani yang mendengar gracio berbicara seperti itu bukannya menghentikan tangisnya malah membuat Shani semakin menangis.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku shani." Ujar gracio melepaskan pelukannya.

Shani tersenyum meski ia masih menangis. "Iya, aku mau."

Nous [END]Where stories live. Discover now