27. Menahan Rasa Sakit

1K 80 42
                                    

Setelah kejadian itu gracio seperti tidak semangat untuk melakukan apapun. Seperti sekarang ini, ia sedang melamun di kantin fakultasnya dengan sepasang airpods di kedua telinganya. Seakan ia tak ingin mendengarkan apapun yang di disekitarnya, ia hanya ingin mendengarkan apapun alunan yang terdengar pada airpodsnya saja.

Sampai ia tak menyadari bahwa ada seorang perempuan datang dan duduk di depannya sambil membawa segelas es jeruk yang ia tau itu merupakan minuman kesukaan gracio.

"Ekhmmm." Dehamnya untuk memberi tau gracio bahwa ada seseorang disini.

"Cio." Ujarnya kembali.

Tapi tetap saja tak ada respon dari lelaki yang masih sibuk dengan dunianya sendiri, masih tak sadar dari bawah lamunannya. Entah apa yang ia pikirkan sampai tak menyadarinya.

"Samuel gracio!." Kembali perempuan tersebut memanggilnya.

"Samuel gracio harlan!." Ujarnya kembali mencoba peruntungan, tetapi tetap saja tak ada respon.

Dengan geram, perempuan tersebut menarik paksa sepasang airpods tersebut dari telinga gracio. Yang membuat lelaki tersebut terkaget dan kembali sadar.

"Sejak kapan lo disini?." Tanya gracio.

"Lo terlalu mementingkan dunia lo sendiri sampai ga sadar ada yang datang?."

"Gue tanya anin, sejak kapan lo disini?."

"Sejak lo berubah bukan menjadi diri lo sendiri."

"Maksud lo?."

Bukannya menjawab pertanyaan gracio, anin malah menyodorkan segelas es jeruk yang tadi ia beli.

"Minum."

"Gue ga haus."

"Patah hati juga butuh tenaga, mana tau lo butuh asupan kalo melihat hal yang tidak mengenakan."

Gracio menerima minuman tersebut, bukannya meminum ia malah mengamati es jeruk yang berkeringat itu dengan tetesan yang jatuh ke bawah.

"Jangan diliatin aja."

"Nin?."

"Apa?."

"Lo tau ga? Dengan lo ngasih minuman ini bikin gue tambah sakit rasanya."

"Kenapa bisa gitu?."

"Karna dengan es jeruk ini gue jadi inget shani lagi, pertama kali gue cobain minuman buatan dia, ya ini es jeruk. Makanya sekarang jadi minuman kesukaan gue sampai kapanpun." Ujarnya sedikit bercerita, raut wajahnya menunjukan kesedihan.

"Sesayang itukah lo sama dia cio?."

"Tentu, pertama kali liat tulisan dia waktu gue sama zee, gue penasaran sama dia. Sampai akhirnya keesokan harinya gue ketemu dia, dia beda nin beda. Bagaimana sikap tak ramahnya sama gue, sampai gue harus bujuk dia mati-matian agar gue bisa jadi temen dia."

Gracio mengela nafas sebentar, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Di saat orang lain ngejar gue, tapi dia malah engga, seakan acuh sama gue di saat semua orang memuji gue. Sampai lambat laun gue mulai paham sama hati dan pikiran dia, terbuka dan membuat gue senang. Dan akhirnya gue kehilangan. Meskipun gitu gue bakal tetep cinta dan sayang sama dia, meski faktanya sekarang dia udah di pelukan orang lain."

Gracio tersenyum sedih.

"Gue tau jadi lelaki itu harus kuat apalagi soal cinta, gue juga tau masih banyak perempuan di luar sana yang mau dan bahkan lebih baik dari shani. Tapi sayangnya, gue gamau orang lain nin, cukup shani aja. Udah bisa buat gue bahagia. Lebay mungkin, tapi nyatanya memang begitu. Perasaan dan hati gabisa di bohongi atau di langgar hanya untuk moveon. Yang ada itu hanya menyiksa diri dan menyakiti orang lain."

Nous [END]Where stories live. Discover now