21. Adaptasi

1.2K 93 11
                                    

Pagi ini shani bangun terlebih dahulu daripada gracio, betapa terkejutnya shani ketika ia membuka mata ia sedang memeluk gracio dan tangannya melingkar sempurna diperut gracio.

Bukannya melepaskan pelukannya, shani malah menatap wajah gracio yang sedang tertidur. Melihat setiap inchi bagian wajah ciptaan tuhan ini. Hidung yang mancung dan juga alis yang tebal.

Tangan shani dengan sendirinya terulur untuk mengusap wajah gracio, senyumnya kali ini ia tunjukkan untuk gracio yang sedang tertidur. Gracio sama sekali tak terusik kala wajahnya di usap oleh shani.

Tanpa sadar shani mendekatkan dirinya lebih dekat lagi dengan gracio, hatinya berkata ingin mencium pipi gembul gracio. Semakin dekat membuat shani semakin deg-degan dan tak ada tanda-tanda dari gracio untuk terbangun padahal nafas shani mungkin sudah terasa sangat dekat dengan wajah gracio.

Kini wajah shani dan gracio hanya terpaut 5cm, semakin dekat.

Ceklek!

Mendengar suara pintu terbuka shani langsung menjauhkan badannya dari gracio, ia langsung terduduk. Sungguh malu jika ia kepergok hampir mencium pipi gracio terlebih masih pagi.

Muka shani memerah,pikirannya terbayang jika pintu tak terbuka maka bibirnya akan mendarat di pipi gembul gracio.

"Pagi shani, sudah bangun?kirain saya kalian berdua masih tidur." Ujar dokter andi mendekati tempat tidur.

"Pagi juga dok, baru bangun barusan." Ujar shani sedikit terbata karna masih gugup.

"Kamu tidur nyenyak kan semalam?."

"Iya nyenyak, banget malah dok."

"Saya kira kamu tidak nyenyak, habisnya wajah kamu kelihatan merah. Apa kegerahan?."

Blush!

Pipi shani semakin memerah ketika dokter andi mengatakan hal tersebut. Aduh, mau taro dimana muka shani. Harus memberi alasan apa kepada dokter andi?

Masa shani harus jujur? Ia hampir kepergok dirinya karna mau mencium gracio?.

Tidak tidak tidak.

Shani menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata, kembali membayangkan hal yang baru beberapa menit lalu hampir terjadi.

"Loh shani, hey kenapa kamu?." Tanya dokter andi yang melihat shani seperti itu.

Shani mendengar dokter andi berbicara kembali, kini menatap.

"Gpp kok dok."

"Beneran?."

"Iya bener, saya baik-baik aja."

"Saya kira kamu kegerahan karna mungkin AC ini kurang dingin atau apa gitu?."

"Engga dokter."

"Yaudah kalo gitu tolong kamu bangunin gracio, 30 menit lagi saya kesini sekalian mau periksa."

"Iya dok."

Shani bernafas sedikit lega kala dokter andi sudah keluar dari ruangan. Kini ia menetralkan jantungnya yang bergemuruh ini.

Shani kenapa sih ini masih pagi juga.

Rasanya begitu bodoh shani, ah tak tau lah shani juga rasanya bingung kenapa bisa mau mengambil tindakan tersebut. Masa ia terbawa suasana?

Ayolah Shani pikiranmu kenapa hey.

Tak mau beradu dengan pikirannya sendiri shani akhirnya bangkit dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi. Ia ingin membersihkan badannya terlebih dahulu sebelum membangunkan gracio.

Nous [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora