23. Bertaut

1.2K 91 14
                                    

Ada banyak hal yang seharusnya kita menyadari bahwa semua hal yang ada di dunia ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, tak mengenal itu berasal darimana ataupun tak kenal sekalipun.

Setiap detik adalah anugerah yang telah diciptakan untuk kalian nikmati dan syukuri sekalipun itu hal yang tak pernah kalian harapkan. Tidak ada yang tau detik berikutnya apa yang bakal terjadi.

Teruntuk kalian yang berada di fase kenapa dunia ini seakan tak adil bagi dirimu, ketahuilah kamu tak sendirian. Banyak di luar sana yang berada di fase sama denganmu.

Jangan lupa mengucapkan terimakasih pada dirimu sendiri, jika kamu berhasil melewati badai.

Kamu hebat, kamu kuat.

------------

Pagi menuju siang ini gracio sedang berada di rumah shani. Sejujurnya gracio tak tau harus pergi kemana selama libur kuliah, yang hasilnya ia datang saja ke rumah shani.

Gracio sedang asik bermain game di handphonenya di ruang tamu, ia sedang menunggu shani membersihkan badannya.

Lama menunggu seperti menunggu ketidakpastian akhirnya shani menghampiri gracio dan duduk di sebelahnya.

"Ngapain kesini?." Tanya shani.

"Oh gaboleh?."

"Bukan gitu, kamu gamau main sama temen-temenmu gitu?."

Gracio menggeleng.

"Gabosen sama aku terus ge?."

Gracio kembali menggeleng.

"Yaudah lanjut aja main gamenya."

"Kamu mau kemana?."

"Liatin kamu main game aja."

Mendengar itu gracio langsung menyimpan handphonenya, tak peduli ia kalah atau bahkan di bilang noob.

"Kok udahan main gamenya?." Tanya shani ketika gracio menyimpan handphonenya ke saku celana.

"Masa bidadari harus nungguin orang yang biasa aja main game sih."

"Mulaii lagiii."

"Udah kebiasaan shani."

"Jangan dibiasain."

"Iya, ku usahakan. Kalo gabisa jangan maksa untuk berhenti ngegoda kamu."

Shani yang greget terhadap gracio, seperti biasa mencubit pinggang gracio. "Dasar!."

"Ganti kek jangan nyubit terus ga kreatif, aku udah kebal."

"Terus maunya apa dong?."

"Kaya, gini....."

Ucapan gracio terhenti, gracio menggelitik perut shani yang berakibatkan shani tertawa begitu keras akibat kegelian.

"Hahahaha, udah ge udah." Ujar shani yang masih tertawa.

"Gamau, gamau." Gracio terus menggelitik shani.

Lama kemudian shani mengeluarkan air mata akibat kegelian, ia lelah akibat tertawa. Dan gracio menghentikannya.

"Hah hah hah, cape geee." Ujar shani dengan nafas yang tidak teratur.

"Masaaaaa?."

"Ngeselin bangettt."

Gracio tertawa, kemudian ia bangkit dari duduknya berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Setelah itu ia langsung menyerahkannya kepada shani.

Nous [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang