19. Jangan Hilangkan Dia

1.1K 95 15
                                    

Kini gracio dilarikan kembali ke UGD dan di tangani dengan sangat intensif. Shani sendiri masih terisak dalam pelukan veranda, hatinya begitu tak tenang kini kala gracio tak sadarkan diri, tangannya masih gemetar sejak memegang tubuh gracio yang pingsan dalam dekapannya.

"Berhenti nangisnya shan, gracio baik-baik saja, pasti itu." Ujar veranda sambil mengusap punggung shani.

"Tapi shani takut mah." Shani semakin terisak.

"Gracio anak yang kuat, percaya mamah."

"Ge daritadi ga bangun mah, badannya juga demam tinggi, ditambah tangannya yang lagi sakit, shani takut."

Veranda melepaskan pelukannya, mengusap air mata shani. "Makanya kamu berdoa, biar gracio cepet sadar."

Shani mengangguk, kemudian ia duduk di kursi tunggu. Matanya terpejam sambil merapalkan doa.

Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, dokter andi keluar dan menghampiri shani dan veranda.

"Hai shani, apa kabar?." Sapa dokter andi ketika berdiri depan mereka.

Veranda dan shani pun bangkit dari duduknya.

"Baik kok dok, gimana keadaan ge dok?." Tanya shani cemas.

Dokter andi hanya tersenyum dan mengalihkan tatapannya pada veranda.

"Saya dokter andi, ibu pasti veranda kan?." Ujar dokter andi sambil mengulurkam tangan.

Veranda menjabat tangan dokter andi. "Iya saya veranda, bagaimana dokter bisa tau?."

"Saya tau dari gracio dan dokter bagas. Saya turut senang ibu sudah sehat kembali."

"Oh begitu, terimakasih dokter."

Dokter andi kembali menatap shani yang sedang melamun.

"Sebaiknya kamu pulang shani, tubuhmu membutuhkan istirahat." Ujar dokter andi.

"Iya yuk sayang, kita pulang dulu." Ujar veranda membenarkan perkataan dokter andi.

"Tapi mah, dok shani mau disini nemenin gracio."

"Besok lagi saja kamu kesini, gracio belum sadarkan diri."

"Tapi dia gpp kan dok?."

"Berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa."

"Bener kan shani besok boleh kesini jagain?."

"Iya boleh, kamu tinggal datang nanti saya antar ke ruang inapnya gracio.sekarang kalian pulang aja, supirnya gracio masih menunggu kalian di luar."

"Kalo gitu kami permisi ya dok." Ujar veranda pamit.

Dokter andi mengangguk. Veranda dan shani menuju parkiran tempat di mana mobil gracio menunggunya.

Begitu mereka masuk ke dalam mobil, pak budi langsung menyalakan mobilnya dan meninggalkan area rumah sakit.

"Pak budi sudah lama kerja sama keluarganya gracio?." Tanya veranda membuka obrolan.

"Wahh sudah lama bu, hampir 8 tahunan kira-kira dari setelah saya menikah."

"Betah pak?."

"Bukan lagi bu, mereka anggap saya seperti keluarga bukan supir."

"Sungguh luar biasa pak."

"Saya juga bersyukur banget bu dapet majikan kaya mereka, meski orang tuanya den gracio sibuk dan suka pergi tapi mereka tak pernah melupakan kewajibannya sebagai orang tua."

Veranda menyimak penuturan pak budi.

"Walaupun gracio udah besar seperti sekarang, mereka tetap memberikan kasih sayang mereka dan selalu ngabarin den gracio kalau pergi, dan satu lagi bu yang saya tambah betah, den gracio itu anggap saya seperti temen kadang suka bercanda bareng dan ga malu kalo makan semeja bareng saya." Sambungnya.

Nous [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora