26. Sesuatu Yang Tak Diharapkan

1K 90 40
                                    

Satu tahun kemudian.

Mendengarkan perkataan gracio membuat shani menyandarkan kepalanya di atas kepala gracio.

Cause you're the reason I breathe easily
You should know by now
That I feel so good somehow inside

I'm in heaven

Aku sayang kamu ge.

Masih teringat jelas semua tindakan dan perkataan shani kala itu yang membuat gracio tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya, setidaknya semua perlakuan gracio terhadap shani dapat membuahkan hasil bukan?.

Dari semenjak hari itu hingga detik ini shani selalu ada dalam jangkauannya, selalu di dekatnya tak pernah jauh. Semakin hari hubungan ini seperti sudah terikat dengan sendirinya, bolehkah gracio semakin berharap bahwa hati dan cinta shani sudah memilihnya?.

Kini gracio ingin kembali berencana untuk menyatakan perasaannya kepada shani dan sekaligus ingin melamar shani, sudah cukup nyali kali ini gracio akan di terima.

Betapa bahagianya gracio kini sedang duduk di tepi ranjang kasurnya sambil tersenyum melihat cincin yang jika nanti di sematkan di jari shani akan begitu tambah indah, ia sudah merencanakan ini dengan beberapa teman kuliahnya dan juga teman kuliah shani. Semua akan terlihat, gracio begitu mempersiapkannya dengan matang.

Ge, jangan tinggalin aku ya. Aku gamau jauh dari kamu.

Aku gatau perasaan apa ini, yang jelas aku nyaman kalau dekat kamu.

Itu omongan shani seminggu yang lalu, dimana gracio semakin yakin kalau ia tidak akan pernah ragu lagi, jika shani menerima perasaan gracio, Gracio sudah bertekad akan melanjutkan S2nya di sini, tak akan pernah meninggalkan Indonesia apalagi shani.

Drrtt... Drrtt

Handphone gracio berbunyi, ia langsung melihat siapa yang menghubunginya. Ternyata zee.

"Halo." Ujar gracio terlebih dahulu.

"Halo cio, ini acaranya beneran di kampus?." Tanya zee tak percaya.

"Ya benerlah, masa gue bohong."

"Lo kan orang kaya, kenapa ga sewa caffe aja sih?."

"Pertama, gue kenal shani pertama kali di kampus. Kedua, hemat dong boss. Lagian tempatnya juga di danau kampus, sejuk juga. Ketiga, harus tau kondisi mumpung kampus lagi sepi."

"Serah lo anjay."

"Siapin dulu sama yang lain, nanti gue kesana bentar lagi."

"Jangan lupa bayarannya."

"Mata duitan lo!."

Tutt...

Gracio langsung menutup sambungan telepon secara sepihak.

Ia langsung saja keluar dari kamarnya, tak lupa berdoa sebelum melangkahkan kakinya. Raut wajah yang sangat berseri menambah kesan begitu tampannya ia hari ini.

Langsung saja ia mengendarai motor vespa matic kesayangannya itu, sambil melihat tatanan kota yang begitu rapih namun begitu panas. Tak jarang ia melamun, memikirkan semua kejadian di atas motor ini bersama shani.

"Shani, kalau aku punya anak 2,kamu punya anak 2 . Jadinya punya berapa anak?." Tanya gracio yang sangat random.

Shani berpikir sebentar. "Eumm, 4 mungkin."

Nous [END]Where stories live. Discover now