Bagian 3

15.4K 1.1K 19
                                    

Hari ini Clara pulang dari sekolah lebih awal dibandingkan jam pulang biasanya. Salah satu guru di sekolahnya, yang belum pernah sekalipun mengajar di kelas Clara meninggal dunia.

Jadi semua guru dan beberapa orang perwakilan siswa pergi untuk melayat bersama-sama. Karena itu sekolah dibubarkan lebih cepat dibandingkan biasanya.

Clara pulang bersama teman sekelasnya, Hendry. Laki-laki itu tadi menawari Clara untuk pulang bersama. Berhubung cuaca cukup panas untuk berjalan kaki, Clara tidak menolak ajakan laki-laki itu melainkan menerimanya dengan senang hati.

“Makasih ya Hen, sudah nebengin aku,” gumam Clara sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat angin yang menerpanya selama berada diatas motor.

Hendry mengangguk. “Sama-sama Ra. Lagi pula aku juga sekalian lewat depan rumah kamu juga. Ngomong-ngomong rumah kosong sudah ada yang huni ya?” tanya Hendry sambil menunjuk rumah yang ada di seberang tempat mereka berdiri saat ini.

“Sudah beberapa hari ini memang udah ada yang menghuni. Akhirnya rumah itu gak kelihatan horor lagi. Kamu mau mampir dulu? Duduk di teras sambil minum teh mungkin?” tawar Clara.

Sebab tidak mungkin dia menawari Hendry untuk masuk kedalam rumahnya karena Ayah juga sepertinya tidak ada di rumah saat ini. Mungkin Ayahnya masih berada di kampus.

“Bener, Ra. Aura rumahnya udah gak seperti biasa. Gak perlu deh Ra. Aku langsung pulang aja. Tidur siang rasanya akan menyenangkan sekali,” ucap Hendry. Laki-laki itu meluruskan tangannya sebentar sebelum kembali memegang setir motornya.

Tidur siang ya? Terdengar menyenangkan. “Sepertinya aku juga akan melakukannya. Padahal biasanya cuma bisa tidur siang ketika hari minggu. Ada waktu sekarang harus dimanfaatkan juga,” ucap Clara. Keduanya kemudian tertawa bersama, padahal tidak ada yang terdengar lucu sama sekali.

Clara mengamati Hendry yang kembali memakai helm dengan hiasan logo angka empat enam berwarna kuning keatas kepalanya. Kemudian Clara memberi senyum dan melambaikan tangannya ketika Hendry akan beranjak pergi menuju rumah laki-laki yang memang tidak dekat jaraknya.

Sebelum Clara memasuki halaman rumahnya, gadis itu sengaja menolehkan kepala. Dia sengaja menyipitkan matanya dan tidak lupa kadang berinjit serta melompat-lompat kecil ketika melihat ke rumah seberang.

Senyum terbit di bibir Clara ketika dia melihat laki-laki yang beberapa hari lalu sudah menjadi tetangganya keluar dari rumah. Kemudian laki-laki itu memanaskan mesin motor.

Clara melihat kanan dan kiri sebelum menyebrangi jalan yang sebenarnya bisa di katakan sangat sepi itu. Komplek perumahan tempatnya tinggal memang terlihat sangat sepi ketika hari kerja. Maklum saja, masing-masing orang sibuk dengan aktivitas hariannya.

Clara berdiri di depan pagar rumah yang tingginya menyamai dada Clara. “Mas tampan, masih kuliah atau sudah kerja?” tanya Clara dengan suara keras, bibirnya kemudian tak henti tersenyum.

Kata orang, kalau sering tersenyum, bagian sekitar bibir lebih cepat mengkerut. Tapi Clara sama sekali tidak peduli. Senyum itu ibadah sehingga dengan senang hati Clara akan melakukannya.

Apalagi tersenyum kepada tetangganya yang satu ini. Clara sepertinya akan sering melakukannya.

Pertanyaan Clara membuat laki-laki itu tersentak kaget. Dia tidak menyangka mendengar suara seorang gadis di saat bunyi mesin motornya yang lebih mendominasi.

Segera laki-laki itu membalikkan badan dan menemukan wajah Clara yang tersenyum lebar. Mata Clara memandangi laki-laki itu tertarik. Tertarik dalam artian lain, bukan karena masalah suka-sukaan seperti anak baru gede lainnya.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now