Bagian 4

12.9K 1.2K 1
                                    

Setelah membereskan barang-barang pribadi miliknya dan merapikan meja kerjanya yang tadi cukup berantakan, Clara beranjak dari tempat duduknya. Mengetuk pintu ruangan atasannya yang sejak selesai istirahat makan siang tadi belum juga keluar ruangan.

Clara bukan tipe sekretaris yang terlalu setia kepada atasannya. Clara akan istirahat dan pulang pada waktu yang sudah ditentukan perusahaan. Dia tidak akan menunggui atasannya itu terlebih dulu meninggalkan ruangannya kecuali jika keduanya memang lembur bersama.

Hanya saja sebelum pergi, Clara tetap mengingatkan atasannya yang mungkin saja lupa waktu karena terlalu larut dengan pekerjaannya di dalam sana atau memang hanya sekedar ingin pamit.

Dan lagi pula tadi pagi atasannya itu pergi ke kantor bersamanya. Siapa tau laki-laki itu membutuhkan tebengan lagi untuk pulang ke rumah sore ini.

“Sudah waktunya pulang, Pak. Apa Bapak butuh tebengan saya lagi?”

Revino yang sedang membaca beberapa berkas yang ada diatas meja kerjanya mengangkat kepala. Matanya melirik jam di dinding yang memang menunjukkan sudah beberapa menit jam pulang terlewati.

“Masih ada beberapa berkas yang harus saya periksa. Apa kamu keberatan untuk menunggu saya sebentar lagi?”

Clara menghela nafas. “Sebenarnya saya harus pulang cepat, Pak. Ada sesuatu yang harus saya lakukan di rumah.” Dia menatap atasannya itu dengan tatapan menyesal.

Revino segera berdiri, membereskan barang-barang pribadinya dan memasukkannya ke dalam tas kerja miliknya. “Kalau begitu saya pulang dengan kamu sekarang. Ini bisa saya periksa di rumah saja nanti.”

Clara menganggukkan kepala. Dengan segera dia keluar ruangan atasannya dan beranjak kembali ke meja kerjanya. Tangannya mengambil tasnya sambil menunggu hingga atasannya itu keluar ruangan.

Tak butuh bermenit-menit lamanya, Clara sudah berakhir di dalam mobil miliknya dengan Revino yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu kembali membuka berkas-berkas yang rencananya akan di baca di rumah itu. Clara hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat laki-laki gila kerja satu ini.

“Kamu mau kemana? Kenapa jalannya ke sini? Kamu mau menculik saya?”

Pertanyaan Revino yang tiba-tiba serta bertubi-tubi itu membuat Clara tergelak. Hampir saja dia tertawa keras jika tidak mengingat laki-laki di sebelahnya ini adalah atasannya.

“Untuk apa coba saya menculik Bapak? Kalau misalnya yang saya culik itu Bunga, baru terlihat sangat wajar. Dia masih kecil belum bisa jaga diri, sementara Bapak?”

Clara tau Revino hanya ingin mencairkan suasana atau mungkin saja memang heran karena Clara membawa laki-laki itu melalui jalan pintas. Jika tidak menyangkut pekerjaan, atasannya ini memang lumayan santai. Karena itu lah Clara kadang tidak segan untuk bercanda dengannya juga.

Revino mengangkat bahu. “Ya, siapa tau?” gumam laki-laki itu dengan mata yang memandangi jalanan asing yang saat ini mereka lewati.

“Kalau jalan yang biasa di lewati pasti macet sekarang, Pak. Bapak tenang saja, kita tidak akan salah arah karena saya sering melewati jalan ini. Kita juga bisa sampai lebih cepat juga,” ucap Clara meyakinkan.

“Saya percaya sama kamu Clara. Memangnya kenapa kamu buru-buru pulang?” tanya Revino. Dia mencoba menahan diri agar rasa penasarannya tidak terlihat terlalu berlebihan, walau terasa sangat sulit.

Clara melirik Revino sekilas sebelum memperhatikan jalan di depannya lagi. “Jaga anak di rumah, Pak.”

“Kamu punya anak? Bukannya belum menikah?” tanya Revino tak percaya. Karena setahunya Clara masih belum menikah. Apa ternyata Clara sudah menikah? Tapi sejak kapan?

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now