Bagian 27

9.6K 1K 54
                                    

“Kamu minta kami semua percaya sama Kaivan. Tapi kenapa kamu yang pada akhirnya jadi menyiksa diri seperti ini, Ra?”

Perkataan Cika merupakan kalimat yang diterima Clara ketika dia kembali masuk kedalam rumah setelah tadi ikut melepas kepergian keluarga besarnya. Perempuan itu sedang duduk diatas sofa sambil menggendong Kirana.

Keluarga besar dari pihak Ibu Clara yang sudah menyempatkan untuk datang menghadiri acara lamaran, pagi ini langsung kembali ke rumah masing-masing setelah menginap dua malam. Besok mereka harus beraktivitas seperti biasanya sehingga tidak bisa menginap lama-lama.

Karena itu lah Clara memutuskan keluar kamar untuk melepas kepergian keluarga besarnya itu. Jika bukan karena hal itu, mungkin Clara masih akan tetap menyembunyikan diri didalam kamarnya sendirian.

“Aku gak menyiksa diri, Mbak,” ucap Clara protes.

“Gak bagaimana?” komentar Cika tak terima. Clara saat ini terlihat menyedihkan, sama seperti masa galau gadis itu sebelumnya. “Kamu gak ikut makan malam dan tidak mau diajak sarapan bersama tadi. Semalam sepertinya kamu juga gak tidur kan? Apa namanya kalau bukan menyiksa diri, Ra?”

Clara menjatuhkan pantatnya keatas sofa dan menyandarkan punggungnya sambil menatap langit-langit rumahnya. “Semalam aku gak bisa tidur, Mbak,” gumamnya. Tatapan gadis itu beralih kepada Ayah dan Ibunya yang berjalan berdampingan sambil berbicara. “Ayah sama Ibu mau kemana?” tanya Clara.

Ayah Clara memperbaiki letak topi yang kini sudah menutupi kepalanya dengan baik. “Ikut bantu membersihkan masjid.”

“Bukannya mulai jam delapan?”

“Lebih baik sedikit terlambat daripada tidak datang sama sekali,” ucap Brian.

Clara memperhatikan Brian yang saat ini sedang memakai topi diatas kepala laki-laki itu. “Mas juga ikutan goro?”

Brian menganggukkan kepala sebelum mendekati istri dan putri kecilnya. Laki-laki itu terlihat asyik menciumi pipi Kirana yang membuat tawa gadis mungil itu terdengar sebelum ajakan Ayah Clara kemudian menginterupsi kegiatannya.

“Kamu sama Mbak mu dirumah saja, tidak perlu menyusul kesana. Sebelum zuhur Ayah, Ibu dan Mas mu sudah kembali juga. Ayah pergi dulu,” pamit Ayahnya. Clara dan Cika mengangguk serentak.

Ibu menatap Clara dengan tatapan penuh peringatan. “Sarapan, Ra. Ibu sudah sisihkan sarapan kesukaan kamu tadi.”

Clara mengangguk pelan. “Nanti Clara makan, Bu.”

“Sekarang, Ra. Kalau nanti kamu bukannya sarapan, tapi sudah sekalian makan siang,” tegur Ibu sebelum keluar rumah sepenuhnya. Clara mengangguk lemah. Selain tidak bisa tidur, dia juga memang tidak nafsu makan.

“Jadi, perempuan itu siapanya Kaivan, Ra?” tanya Cika penasaran setelah Ayah, Ibu dan Brian sudah keluar dari rumah.

Cika memang ingin bertanya sejak kemaren siang. Dia bahkan sudah menyempatkan diri untuk masuk ke dalam kamar Clara saat sore hari. Hanya saja, Clara sedang terlihat tidak bisa untuk diajak berbicara, apalagi menyangkut kejadian itu.

“Teman kantornya Mas Kaivan, Mbak. Dia karyawan yang juga pergi ke Jepang sama seperti Mas Kaivan.”

Cika mengangguk mengerti. “Menurut kamu sendiri, apa dia benar-benar hamil?” tanya Cika.

Clara mengangkat bahu. “Saat aku dengar pembicaraan Mas Kaivan dengan temannya, katanya perempuan itu memang hamil, Mbak. Ada surat keterangan dari Dokter juga. Aku hanya tidak tau kenapa dia mengatakan bahwa Mas Kaivan lah yang menghamilinya. Teman Mas Kaivan bilang, perempuan itu memang suka sama Mas Kaivan sudah sejak mereka di Jepang. Menurut Mbak, apa mungkin karena itu alasannya dia menuduh Mas Kaivan?”

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now