Bagian 19

10.6K 978 22
                                    

Ada yang berbeda dengan Kaivan hari ini, lebih tepatnya sejak mereka mendapat kabar bahwa masa kerja mereka di Jepang selesai beberapa hari lebih awal dibandingkan jadwalnya. Deri sangat merasakan perubahan itu bahkan hingga sekarang.

Hal itu membuat Deri bertanya-tanya, kenapa Kaivan terlihat bersemangat sementara dirinya tidak sama sekali?

Sebenarnya Deri tidak habis pikir kenapa Kaivan menolak tawaran kantor pusat agar dia memperpanjang masa kerjanya di Jepang dengan kenaikan jabatan yang akan diterima laki-laki itu disini.

Gaji yang didapatkan Kaivan setelah naik jabatan tidak lah main-main besarnya. Kaivan juga akan mendapatkan fasilitas lain seperti rumah dan juga mobil.

Tapi semua tawaran itu tidak membuat Kaivan terlihat tertarik sama sekali.

Ah, andai saja dia yang mendapatkan tawaran itu. Deri pasti tanpa pikir panjang akan langsung menerimanya.

Lagi pula orang tuanya pasti tidak akan peduli jika dia kembali atau pun tidak karena statusnya sebagai anak yang susah diatur sudah melekat sejak lama.

Dan juga penilaian kinerja Kaivan jauh berada diatas dibandingkan dengan Deri. Walaupun tawaran Kaivan akan berlaku untuk orang lain, Deri juga belum tentu akan mendapatkannya.

Jika diingat-ingat lagi bagaimana Kaivan bekerja selama empat tahun ini, laki-laki itu memang pantas mendapatkan tawaran yang menggiurkan seperti itu.

Kaivan sudah sangat lancar menggunakan bahasa Jepang padahal saat awal-awal di Jepang laki-laki itu cuma baru bisa sedikit-sedikit. Sementara bahasa Inggris, Kaivan sudah menguasainya sejak lama.

Pekerjaan yang dilakukannya juga sangat baik, sehingga Kaivan sering mendapatkan pujian dari teman kerja ataupun atasan mereka.

“Kau tau, Kai? Aku bersyukur karena kau aneh seperti ini disaat kita sudah akan pulang. Kalau tidak, mungkin aku akan stress selama empat tahun karena melihat tingkah laku mu yang tidak seperti biasanya,” gumam Deri pada akhirnya. Sejak tadi dia menahan diri untuk tidak menegur Kaivan. Walau pada akhirnya dia menyerah juga.

Deri memperhatikan Kaivan sambil merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur didalam kamar Kaivan. Karena bosan sendiri, Deri mendatangi Kaivan dan menemukan laki-laki itu sedang terlihat sibuk sendiri.

Penerbangan mereka dijadwalkan besok lusa. Deri masih bersantai-santai dan belum berkemas sama sekali. Sementara Kaivan, sejak mereka menyelesaikan keperluan terakhir di kantor siang tadi sudah mulai membereskan barang-barangnya.

Kaivan mendorong kopernya ke dekat lemari. Memastikan kopernya terletak dalam keadaan yang benar. Kemudian dia memperhatikan beberapa pakaian yang sengaja masih diletakkan didalam lemari untuk dia gunakan selama dua hari kedepan sampai keberangkatannya nanti.

Karena terlihat tersusun dengan rapi, Kaivan mengalihkan pandangannya. “Kau tau, Der? Lebih baik kau keluar kamar ku dan mulai mengemasi pakaianmu yang banyak itu, sebelum perasaanku memburuk karena hanya mendengar perkataanmu.”

“Kau terlihat sangat senang. Aku rasa perasaanmu tidak akan memburuk,” gumam Deri percaya diri. Ketika Kaivan hanya diam, Deri berdecak. “Baiklah, aku akan diam,” ucapnya karena merasa Kaivan sedang kesal.

Kaivan beranjak mendekati dinding kamarnya yang masih terdapat beberapa foto Clara yang dipajang disana. Tangannya mulai bergerak untuk melepaskan foto-foto itu satu per satu.

“Ngomong-ngomong,” gumam Deri setelah beberapa menit kamar Kaivan di landa keheningan. “Kenapa kau menolak tawaran kerja itu, Kai?”

Kaivan menghela nafas. “Baru beberapa menit yang lalu kau bilang akan diam,” sindirnya.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now