Bagian 18

11.1K 1K 33
                                    

Kaivan memutar badannya yang saat ini sedang berbaring diatas sofa. Laki-laki itu berbaring sambil memunggungi Deri. Dia menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala.

Kaivan mencoba untuk tidur dengan cara menutup matanya. Tapi suara Deri yang terdengar keras saat berbicara itu sangat mengganggu sehingga dia tidak bisa tidur setelah beberapa menit mencoba.

"Kau tau, dia sekarang sudah seperti robot. Tidur lebih awal, bangun lebih awal dan kemudian kerja gila-gilaan. Diajak hangout selalu saja ada alasan untuk menolak," keluh Deri sambil memperhatikan wajah Justin melalui layar laptop.

Deri sengaja untuk tidak membiarkan Kaivan masuk kedalam kamar laki-laki itu. Deri bahkan sengaja mengambil kunci kamar Kaivan agar laki-laki itu mendengar semua pembicaraannya bersama Justin. Sekaligus menunggu berhentinya hujan yang turun sejak sore tadi agar Kaivan bisa menemaninya keluar untuk mencari makanan.

Tidak ada bahan makanan sama sekali di apartemen mereka karena hari ini pun kedua laki-laki itu tidak pergi berbelanja. Jangankan bahan makanan yang sehat, makanan instan dan cemilan ringan pun tidak ada sama sekali.

Hal yang dilakukan Deri dengan sengaja itu tentunya membuat Kaivan sangat kesal. Kalau saja tidak memikirkan besarnya pengeluaran jika Kaivan memilih untuk menyewa apartemen sendiri, mungkin dia memilih untuk tidak berbagi apartemen bersama Deri.

"Mereka berdua sama saja, Der. Mengingat bagaimana kelakuan Clara disini pun membuat semua keluarga pusing melihatnya. Dia menyibukkan dirinya dengan belajar gila-gilaan. Aku pikir, jika dia lulus dengan IPK 4 pun nantinya akan terdengar wajar dan bukan sesuatu yang luar biasa lagi."

Kaivan dapat mendengar suara tawa Justin melalui laptop yang kemudian diikuti dengan suara tawa Deri setelahnya. Mencoba mengabaikan keduanya, Kaivan memejamkan matanya lebih erat. Berharap sekeras apapun suara Deri, dia bisa tertidur sekarang.

"Apa kau sudah melihat foto yang aku kirimkan? Begitu lah dinding kamarnya. Aku rasa terpisah dengan Clara membuat laki-laki ini menjadi gila!"

"Jika Clara tau foto-foto dirinya memenuhi dinding kamar Kaivan disana, mungkin dia akan takut. Clara mungkin akan berpikir Kaivan terobsesi kepadanya. Menurutmu, apa aku harus memberi tau Clara?"

Kaivan segera membuka mata dan mendudukkan badannya dengan cepat. Tangannya langsung mengambil alih laptop Deri dan meletakkan benda itu diatas pahanya.

"Jangan berlebihan, Justin. Kau sendiri pun tau, aku memajang fotonya tidak sebanyak yang kalian ucapkan sampai-sampai kau dan Deri menganggap ku gila," ucap Kaivan kesal. Matanya menatap Justin yang semakin tertawa. Sudut mata laki-laki itu pun bahkan sedikit berair.

Deri terkekeh sambil beranjak untuk duduk diatas sofa. Dia menyandarkan tubuhnya dan mencoba untuk menyamankan posisi.

Tadi dia memang sengaja duduk lesehan agar bisa melakukan panggilan video bersama Justin tanpa harus memangku laptopnya seperti yang Kaivan lakukan saat ini.

"Kau selalu saja seperti ini, Kai. Dipancing dengan nama Clara dulu baru kau merespon ajakan ku dan Deri untuk berbincang. Apa kau membutuhkanku hanya agar bisa mendapatkan informasi tentang Clara?"

Kaivan menghela nafas. "Tentu saja tidak begitu, Justin. Aku hanya ingin tidur lebih awal"

Deri menyeringai. "Kalau begitu, jangan bertindak seperti yang Justin katakan, Kai. Padahal besok hari minggu."

Justin terlihat menghela nafas. "Waktu memang terasa berjalan cepat jika dijalani. Tapi tidak dengan menyiksa diri sendiri, Kai. Ya ampun, kau sepertinya tidak bisa tertolong lagi. Kalau kau merindukan Clara, kau hubungi saja dia."

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now