Bagian 14

11.8K 1.1K 24
                                    

Sambil merapikan anak rambutnya yang tidak ikut terikat ketika Clara mengikat rambutnya tinggi-tinggi dengan sebelah tangan, Clara menutup pintu kamarnya. Gadis itu bergerak turun tangga dengan semangat dan berbelok ke ruang makan.

Sebelah tangan Clara yang tidak ikut mengusap perutnya yang lapar membuka penutup makanan yang berada diatas meja makan. Clara tersenyum lebar ketika matanya menemukan sepiring penuh nasi goreng dengan sepotong telur dadar berukuran tebal diatasnya.

Berhubung karena minggu pagi ini adalah jadwal menstruasinya untuk hari kedua, jadi Clara menikmati tidurnya lebih lama.

Ibu memang sudah membangunkannya pagi tadi untuk sarapan bersama. Tapi karena tidak bangun juga, Ibu mengancam Clara untuk tidak akan memberikan sarapan untuk gadis itu.

Ternyata tadi Ibu hanya mengancam ku saja.

“Sudah cuci muka belum, Ra?” tanya Cika.

Cika menemukan adik iparnya sedang menikmati sarapan paginya sendirian di meja makan. Perempuan itu melangkahkan kaki untuk mengambil beberapa keperluan Kirana yang mungkin dibutuhkannya nanti.

“Aku juga sudah mandi, Mbak. Mbak mau kemana?” tanya Clara ketika melihat Cika yang sudah terlihat rapi di jam setengah sepuluh pagi. Bahkan wangi parfum perempuan itu menusuk hidungnya.

Cika menyalin air panas ke dalam termos air yang berukuran kecil, seukuran dengan botol minuman. “Acara ulang tahun Ridha, Ra.”

Clara mengangguk-angguk mendengar jawaban Cika. “Jadi juga acaranya?” tanya Clara sebelum memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya untuk yang kesekian kalinya. Masakan Ibu tidak diragukan lagi rasanya.

Sejak keluarganya sudah kembali bersatu, Clara sudah mulai jarang berada di dapur untuk memasak. Apalagi sejak dia bekerja, Clara tidak pernah lagi memasak karena sudah ada Ibu dan Cika yang mengerjakannya.

Tentu saja masakan kedua wanita itu lebih enak dibandingkan dengan masakan Clara.

“Jadi, Ra. Cuma ditunda seminggu aja, bukan dibatalkan. Kamu mau ikut gak?” tanya Cika.

Berhubung Clara juga sudah mandi, menunggu gadis itu sebentar untuk berganti pakaian tidak akan membuat Cika datang terlambat ke acara ulang tahun Ridha.

“Bukan ide yang bagus, Mbak,” tolak Clara.

Di hari libur seperti ini, bersantai-santai dirumah adalah hal yang sepertinya akan menyenangkan. Entah untuk tidur kembali atau hanya sekedar bersantai didepan televisi sambil merebahkan badan. Dan tidak lupa menikmati cemilan yang dibeli Ibu di pasar kemaren.

“Benar juga sih. Sebaiknya kamu temani Kaivan aja dirumah,” ucap Cika. Perempuan itu terkekeh ketika melihat respon Clara yang terbatuk-batuk.

Clara melototkan matanya. “Mas Kaivan disini lagi?”

Cika mengangguk dengan semangat. “Seperti biasanya. Lagi pula, tidak butuh waktu satu menit juga dari rumahnya kesini, Ra. Mau sampai kapan kamu akan marah terus sama Kaivan, Ra? Nanti kalau dia lelah dan pergi lagi, kamu akan menyesal loh.”

Selain setelah jam makan malam, di hari sabtu dan minggu Kaivan juga tidak pernah absen untuk mendatangi Clara. Laki-laki itu mengajak Clara untuk sekedar makan diluar atau jalan-jalan menikmati hari libur.

Tapi ditolak Clara sehingga membuat keduanya berakhir menghabiskan waktu dirumah Clara.

“Tak lama lagi, Mbak,” gumam Clara.

Clara kembali fokus dengan makanannya hingga sepiring nasi goreng itu habis. Sesekali dia melirik Cika yang juga menyiapkan susu formula dan botolnya sekalian.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now