Bagian 22

10.6K 1K 52
                                    

“Serius sabtu depan, Mas? Kamu mau membuat Ayah dan Ibuku kaget?”

Tadi saja Clara nyaris mengeluarkan bola matanya karena terkejut mendengar ucapan Mama Kaivan. Keluarga laki-laki itu akan datang sabtu depan tapi Kaivan belum memberi tau tentang hal itu kepada Ayah dan Ibu Clara.

Bagaimana Clara tidak akan terkejut coba?

“Memangnya kenapa dengan sabtu depan, Ra? Ini baru lamaran bukan langsung menikah juga. Kalau minggu depan langsung menikah wajar kalau kamu kaget karena memang banyak yang harus diurus dulu. Jika besok pun keluarga ku datang untuk lamaran rasanya tidak masalah,” ucap Kaivan disertai senyum geli dibibirnya.

Clara mendengus mendengar kalimat Kaivan. “Memangnya Mas pikir acara lamaran tidak membutuhkan persiapan?” tanya gadis itu ketus.

Paling tidak rumahnya perlu dibersihkan, keluarganya juga harus menyiapkan hidangan, mengumpulkan beberapa kerabat dekat dan…. Clara mencoba berpikir, hal lain apa lagi kira-kira yang perlu dipersiapkannya?

Intinya, dulu waktu Brian melamar Cika, laki-laki itu bahkan sudah jauh-jauh hari memberi kabar kepada Cika dan orang tua perempuan itu. Bukan mendadak seperti yang dilakukan Kaivan sekarang.

Kaivan mengelus kepala Clara singkat sebelum mengembalikan tangannya ke kemudi mobil. Kaivan rasa Clara hanya sedang kaget. Padahal acara lamarannya minggu depan, bukan esok hari yang bisa membuat Clara kelimpungan.

“Jadi apa kita tunda? Dua atau tiga minggu lagi?” tanya Kaivan bercanda. Tentu saja laki-laki itu tidak serius mengatakannya. Sabtu depan adalah waktu yang sesuai.

“Ya, jangan ditunda juga Mas,” ucap Clara tak terima. “Seharusnya Mas kan memberi tau lebih awal padaku. Agar aku gak kaget seperti tadi.”

Kaivan tersenyum miris. Clara seakan lupa bahwa dia mengabaikan Kaivan sejak laki-laki itu pulang. Bahkan Kaivan baru melamar gadis itu secara langsung tadi pagi. Bagaimana Kaivan bisa memberi taunya sebelum ini?

“Mau tau satu rahasia?” tanya Kaivan setelah terdiam beberapa saat. Laki-laki itu menyempatkan diri melirik Clara sesekali walau jalanan lebih banyak mengambil alih perhatiannya.

“Apa?” tanya Clara.

Kaivan tersenyum sambil memandangi jalanan didepannya sebelum melirik kaca spion mobilnya karena ada mobil lain dibelakang yang membunyikan klakson. Kaivan membiarkan mobil dibelakang mendahului mobilnya.

“Sebenarnya Ayah dan Ibu sudah tau, Ra. Aku rasa Mas Brian dan Mbak Cika juga sudah tau tentang kedatangan keluargaku sabtu besok. Mereka yang lebih dulu tau sebelum aku memberi kepastian pada Mama dan Papa tadi.”

Clara melototkan matanya. Hari ini saja entah berapa kali dia melakukan hal itu. Sejak pagi hingga sekarang sering kali Clara mendapat sesuatu yang sangat mengejutkannya.

“Ceritakan padaku apa yang belum aku ketahui, Mas,” pinta Clara sambil memperbaiki posisi duduknya. Gadis itu melipat tangannya didepan dada.

Clara sudah menghadap sepenuhnya kepada Kaivan sehingga kaki kanan gadis itu kini berada diatas kursi mobil. Ini adalah hal penting yang harus mereka bicarakan sekarang juga.

Hingga Clara lupa bahwa saat ini Kaivan harusnya fokus mengendarai mobil, bukan untuk memberi penjelasan atas tuntutan gadis itu.

Kaivan melirik gadis disebelahnya dan kemudian tergelak. Clara terlihat tidak sabar sama sekali untuk mendengar penjelasannya. Membuat Kaivan rasanya ingin bermain-main dulu.

Tapi melihat wajah Clara yang terlihat serius, Kaivan mengurungkan niatnya. “Aku sudah melamar kamu kepada Ayah dan Ibu untuk yang kedua kalinya, Ra. Jika yang pertama sudah ditolak Ayah dulunya dan yang kedua syukurnya diterima.....”

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now