Bagian 20

12.6K 1.1K 78
                                    

Hari ini tepat satu minggu lamanya Kaivan tidak muncul dihadapan Clara. Membuat gadis itu semakin cemas dan juga gelisah.

Setiap pagi sebelum berangkat kerja, sore setelah pulang kerja dan malam sebelum tidur Clara selalu menyempatkan diri untuk memastikan keberadaan Kaivan dirumah laki-laki itu.

Bahkan karena sudah terlalu sering mendatangi rumah Kaivan, Bi Imah menawarkan diri untuk memberi tau Clara jika saja Kaivan sudah pulang. Wanita itu  merasa kasihan melihat gadis itu yang menatap sendu ketika dia mengatakan bahwa Kaivan belum pulang.

Clara memiliki nomor Kaivan karena laki-laki itu sebelumnya sering menghubunginya. Tapi Clara tentu memiliki ego yang tinggi sehingga berat baginya untuk menghubungi Kaivan terlebih dulu. Walaupun hanya untuk bertanya mengenai keberadaan laki-laki itu saat ini.

Bertanya pada keluarganya pun percuma. Ayah menyuruh Clara untuk menghubungi Kaivan langsung, begitu pula dengan Ibu dan Brian. Berbeda dengan Cika yang selalu meledek Clara dengan mengatakan bahwa Kaivan sudah menyerah dan meninggalkan Clara lagi.

Tapi, apa benar Mas Kaivan menyerah?

Pertanyaan itu selalu membayangi Clara setiap saat. Membuat Clara merasa bimbang ketika sedang memegang ponselnya.

Hubungi atau tidak?

Rasanya Clara hendak menangis. Apa selama ini dia bodoh karena terlalu mengikuti keinginannya untuk membalas Kaivan? Dia bahkan menahan rasa rindu dan keinginannya untuk memeluk erat laki-laki itu.

"Ya ampun, semakin lama kamu terlihat semakin menyedihkan, Ra."

Di sabtu pagi yang cerah seperti saat ini, bukan ketenangan yang didapat Clara untuk menetralisir perasaan gundahnya melainkan ejekan dari sang kakak ipar ketika dia baru menampakkan wajahnya di pintu rumah.

Cika terlihat sedang berdiri dibawah sinar matahari, mengingat saat ini waktu yang tepat untuk menjemur Ana dibawah sinar matahari pagi. Sementara Brian duduk diatas kursi yang ada di teras rumah sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Dan memang Clara tidak akan menemukan Ayah dan Ibunya pagi ini karena memang sejak kemaren sore keduanya sedang pulang ke kampung halaman. Kepergian mendadak karena ada saudara jauh yang meninggal dunia. Sore nanti keduanya mungkin akan kembali.

"Apaan sih mbak? Aku baru bangun dan belum mandi, jadi wajar kelihatan suntuk.”

Clara mengelak karena memang sepertinya dia terlihat menyedihkan lagi pagi ini. Dia memang belum mandi dan baru sempat mencuci wajah dan menggosok gigi nya.

Sejak terbangun dini hari tadi, Clara tidak bisa tidur kembali. Jadi sepertinya dia butuh air hangat untuk mandi pagi ini.

"Ya sudah kalau begitu,” ucap Cika sambil mengangkat bahu. Bibir perempuan itu kemudian menyeringai, “Tapi Ra, sudah cek Kaivan belum pagi ini?"

Clara mengalihkan perhatiannya kearah rumah Kaivan. Terlihat sebuah mobil yang Clara tau mobil itu adalah milik Kaivan. Tanpa Clara sadari, Brian dan Cika menatap wajah gadis itu yang terlihat sangat lega.

Ternyata Mas Kaivan sudah kembali.

"Semalam Kaivan mampir kesini setelah kamu masuk kamar. Dia kembali cuma sendiri karena mau jemput barang katanya. Tuh! Hampir selesai masukin barang ke mobil."

Setelah memahami perkataan Brian, tubuh Clara menegang. Gadis itu melihat Kaivan yang beberapa kali memasukkan tas dan beberapa barang lainnya ke mobil, sebelum akhirnya tidak menampakkan diri lagi setelah masuk kedalam rumah.

Clara berdiri dalam diam. Matanya masih tertuju kearah pintu rumah Kaivan, menunggu-nunggu laki-laki itu keluar walau sesekali melirik Brian dan Cika yang kembali menyibukkan diri dengan apa yang keduanya kerjakan.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now