Bagian 10

14.3K 1.3K 29
                                    

Arimbi dapat merasakan tubuh Kaivan yang berdiri dengan kaku. Gadis itu melirik kakaknya yang saat ini menatap keluarga kecil yang terlihat bahagia itu dengan tatapan menyedihkan. Kebingungan, kesedihan, kekecewaan dan kemarahan, semua itu seakan bercampur menjadi satu.

Kaivan merasakan tubuhnya semakin menegang saat melalui matanya langsung dia melihat Clara menghampiri laki-laki itu dan mencium tangannya. Kemudian keduanya tertawa lebar sambil bermain dengan anak yang ada di gendongan Clara sebelum melangkahkan kaki kedalam rumah.

Bukan ini yang aku harapkan terjadi.

"Mas, Clara bilang anak digendongan nya itu adalah anaknya. Dan laki-laki itu adalah Ayah anaknya."

Kaivan tidak bisa membedakan ucapan Arimbi, entah itu pertanyaan atau pemberitahuan. Tapi yang jelas, apa yang dilihatnya saat ini bukan hal yang dia inginkan. Demi apapun, saat ini pasti hanya mimpi.

"Apa Mas belum tau sebelumnya bahwa Clara sudah menikah?" tanya Arimbi saat tidak ada tanggapan apapun dari kakaknya. Gadis itu bahkan sengaja memegang lengan Kaivan untuk menarik perhatian laki-laki itu.

Kaivan tidak tau mana yang lebih menyakiti hatinya ketika Clara yang seakan tidak mengenalinya atau mengetahui bahwa Clara sudah memiliki keluarga kecil.

Karena keduanya memang mampu memporak-porandakan hati Kaivan dalam sekejap.

Setelah tau bahwa masa kerjanya diluar negeri telah berakhir, Kaivan segera mengurus kepulangannya kembali ke Indonesia. Laki-laki itu menyiapkan semuanya seakan-akan terdesak oleh waktu.

Karena nyatanya Kaivan memang didesak oleh perasaan rindunya kepada Clara.

Kepergiannya dulu bahkan kepulangannya sekarang ini hanya dilakukan demi keluarganya dan Clara. Gadis yang diimpikan Kaivan untuk menjadi miliknya hingga maut memisahkan keduanya nanti.

Kaivan mengacak rambutnya dengan frustasi. Laki-laki itu meninggalkan Arimbi yang masih berdiri diteras menuju kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dengan kasar kemudian duduk diatas tempat tidur dengan hati yang berkecamuk.

Memang salahnya yang selama kepergiannya ke luar negeri, Kaivan sama sekali tidak menghubungi Clara. Tapi dia memiliki alasan kenapa dia terpaksa melakukan hal itu.

Namun sepertinya gadis itu sampai sekarang ini tidak mengetahuinya sama sekali.

Bukan ini yang Kaivan inginkan. Dia bahkan sudah mempersiapkan diri agar Clara bisa memukul, menampar atau bahkan marah-marah sepuas gadis itu. Asalkan setelah itu Clara menumpahkan tangisan bahagia atas kepulangannya.

Dan kemudian Kaivan bisa memulai untuk mempersiapkan semua rencananya. Rencana untuk membangun masa depan yang diimpikannya bersama Clara.

Kaivan benar-benar merindukan Clara. Gadis itu semakin cantik, jauh terlihat lebih cantik dibandingkan yang dilihat Kaivan selama ini melalui foto.

Tubuh gadis itu benar-benar terlihat menggoda dan jauh berbeda dari yang terakhir kali dilihatnya. Clara terlihat seperti wanita dewasa, bukan lagi remaja perempuan yang dulu sering mengabaikan penampilannya.

Seharusnya Kaivan sadar bahwa dengan kecantikan itu pasti banyak laki-laki yang mendekati gadisnya.

Oh Tuhan! Membayangkan itu saja bahkan sudah membuat darahnya mendidih seketika. Lalu bagaimana dengan kenyataan yang dia dapatkan beberapa menit yang lalu? Rasanya sangat jauh dari yang bisa dibayangkan.

Apa yang sudah dilewatkan Kaivan mengenai Clara?

Padahal selama empat tahun ini Kaivan selalu mendapatkan kabar mengenai Clara. Kaivan tau bagaimana menyedihkannya Clara saat tidak ada kabar apapun darinya. Clara yang selalu dikelilingi teman laki-laki saat masih kuliah. Keluarga Clara yang sudah menjadi utuh kembali dan membuat gadis itu ceria. Clara yang lulus dengan predikat cumlaude dan menamatkan kuliahnya dalam waktu tiga setengah tahun. Clara yang langsung mendapatkan pekerjaan setelah wisuda.

Welcome My Love [Tamat]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu