Bagian 21

11.3K 1K 27
                                    

Clara sedang melipat mukena dan sajadah milik Arimbi yang baru saja selesai dipakainya untuk melaksanakan Sholat Ashar. Setelah ini, Clara sepertinya harus pulang karena Kaivan sudah menjanjikan untuk membawa gadis itu pulang tidak melewati jam sembilan malam.

Awalnya Brian bersikeras tidak memberikan ijin kepada Kaivan untuk membawa Clara pergi mengantarkan barang milik Arimbi karena Brian menyadari apa yang terjadi diantara keduanya dikamar Kaivan. Brian takut membayangkan apa yang akan terjadi jika keduanya dibiarkan terus berduaan.

Namun setelah Kaivan berbicara empat mata dengan Brian ketika Clara mandi, laki-laki itu akhirnya mampu membujuk Brian untuk memberi ijin dengan meyakinkan bahwa hal yang sama tidak akan terulang kembali.

Clara sangat menikmati waktu yang dikatakan sangat singkat ini untuk berbincang dengan keluarga Kaivan. Awalnya Clara berpikir bahwa mereka mungkin akan menyinggung apa yang dilakukan gadis itu sejak Kaivan kembali. Tapi ternyata tidak sama seperti yang Clara bayangkan.

Kedua orang tua Kaivan masih sama seperti dulu, baik dan ramah. Keduanya memperlakukan Clara dengan sangat baik, bukan hanya sekedar sebagai teman Arimbi melainkan juga seorang gadis yang sedang menjalin hubungan dengan putra mereka.

Karena sifat keduanya yang seperti itu pernah membuat Clara mempertanyakan sikap Kaivan yang menyebalkan sebenarnya diturunkan dari siapa. Dan setelah tau jawabannya dari Arimbi, baru Clara bisa memaklumi. Laki-laki itu memang dulunya tidak pandai bergaul.

Sebenarnya Clara sudah cukup lama berada didalam kamar Arimbi. Kaivan yang meminta Arimbi untuk membawa Clara ke dalam kamar gadis itu beberapa menit sebelum masuk waktu Sholat Ashar.

Hanya saja Clara tidak tau hal apa yang dibicarakan Kaivan dengan kedua orang tuanya sehingga mereka perlu berbicara bertiga.

Apa mungkin laki-laki itu membicarakan tentang ajakan menikah yang dia katakan pagi tadi?

“Letakkan diatas kursi aja, Ra,” gumam Arimbi ketika dilihatnya Clara sudah selesai melipat perlengkapan sholat miliknya. Arimbi memang sedang mendapatkan tamu bulanan sehingga dia hanya menemani Clara di dalam kamarnya. Dia bahkan memperhatikan Clara sepanjang sholat. “Sejujurnya aku masih penasaran satu hal, Ra,” gumam Arimbi.

Clara mendudukkan badannya diatas tempat tidur Arimbi. Matanya langsung menatap Arimbi yang sedang membaringkan tubuhnya dengan nyaman. “Penasaran tentang apa?”

Arimbi bahkan kedua orang tuanya pun sudah menanyakan tentang hal yang membuatnya penasaran. Tapi Kaivan tidak memberi penjelasan dengan benar. Walau kedua orang tuanya tidak lagi bertanya, tapi Arimbi masih ingin tau.

“Tentang luka di sudut bibir Mas Kaivan, Ra. Apa itu dia dapatkan karena ada hubungannya dengan ini?” tanya Arimbi sambil menggerakkan badannya untuk bangkit kemudian menarik turun baju Clara di bagian leher sehingga menampakkan leher gadis itu.

Mata Arimbi tertuju kepada tanda-tanda merah dileher Clara. Dia menyadarinya saat Clara membuka jaketnya sebelum masuk ke kamar mandi. Clara sepertinya tidak sadar karena gerakannya membuka jaket membuat bagian lehernya terlihat sedikit.

“Ya Tuhan,” seru Clara kaget sambil menjauhkan tangan Arimbi. Clara langsung memperbaiki bajunya. “Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu. Aku dan Mas Kaivan tidak sejauh itu,” gumamnya panik.

Arimbi tertawa ketika melihat wajah panik Clara. Wajah gadis itu sudah terlihat memerah hingga ke telinganya.

Clara langsung menggunakan kembali jaketnya yang memang memiliki kerah cukup tinggi untuk menutupi lehernya. Tadi dia sudah menutupi tanda-tanda yang dibuat Kaivan dengan bedak walau mungkin kini sudah luntur. Dia bahkan juga sangat berhati-hati agar bajunya selalu bisa menutupi lehernya.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now