Bagian 24

9.4K 905 29
                                    

Siang ini Clara makan di salah satu kafe bersama dengan tiga orang teman kantornya yang dulu diterima dan magang bersamaan dengan gadis itu. Sudah lama mereka tidak berkumpul berempat, sehingga ketika ada satu orang yang mengajak, ketiga yang lainnya langsung mengiyakan.

Pemilihan tempat makan siang mereka disalah satu kafe yang ternyata tidak jauh dari kantor Kaivan sehingga Clara jadi memikirkan laki-laki itu.

Saat makan bersama dengan keluarga Clara tadi malam, Kaivan terlihat tidak terlalu bersemangat dan seakan memiliki beban pikiran yang berat. Bahkan laki-laki itu sedikit lebih pendiam dibandingkan biasanya.

Dan pagi tadi, laki-laki itu juga pergi ke kantor lebih awal dibandingkan jam biasanya. Walaupun Kaivan masih mengiriminya pesan, tapi Clara tetap merasa bahwa Kaivan memang sedikit berbeda.

Clara takut jika laki-laki itu ternyata sedang tidak sehat mengingat sebelumnya Kaivan juga terlalu sibuk dengan urusan keluarganya. Mungkin saja laki-laki itu kurang istirahat.

“Pak Revino memang tampan, tapi sayangnya bukan tipeku,” ucap gadis dengan rambut yang terikat tinggi bernama Helen. Ucapannya dengan suara yang cukup keras itu membuat Clara tersentak dari lamunan singkat.

Bisma, satu-satunya laki-laki yang bergabung dengan tiga orang gadis itu ikut bersuara. “Rasanya aku sudah terlalu sering mendengar karyawan perempuan di kantor bergosip tentang Pak Revino,” komentarnya.

Sejujurnya dia bosan juga jika bergabung dengan teman kantor yang perempuan dan pembahasan mereka pasti terkait dengan laki-laki dikantor yang menarik perhatian.

“Pak Revino kan juga hot, Len?” ucap Fatima mengabaikan perkataan Bisma.

“Karena hot itulah Pak Revino bukan tipeku, Ma. Aku harus bisa bersabar setiap dia jadi bahan lirikan saat kami jalan. Aku gak bisa terus-terusan merasa takut saat ada yang lebih oke dariku mendekatinya,” ucap Helen sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Lebih baik cari laki-laki yang biasa saja. Tampan tapi tidak terlalu hot dan tidak mengundang perhatian kaum hawa.”

Bisma mencibir Helen. “Belum tau juga Pak Revino mau sama kamu, Len,” gumamnya. Helen mendelik kesal kearah Bisma. Laki-laki itu mengangkat bahunya tak peduli.

“Ngomong-ngomong, yang akhir-akhir ini sering datang bersama anak Pak Revino itu siapa, Ra?” tanya Fatima penasaran sambil melirik Clara yang sejak tadi hanya diam.

“Yang dipanggil Bunda sama anak Pak Revino itu gak sih?” tanya Helena menimpali ucapan Fatima.

Fatima menganggukkan kepala. “Apa mungkin dia calon istri baru Pak Revino?”

“Adik almarhumah istrinya Pak Revino,” ucap Clara singkat.

“Kalau belum menikah, Pak Revino bisa turun ranjang tuh,” komentar Fatima.

Helena mengangguk setuju. “Kelihatan cocok mereka," gumamnya. "Tapi biasanya gak gampang untuk perasaan masing-masing kalau turun ranjang. Kalau saudara kandung kan biasanya ada kemiripan tuh. Nanti bisa jadi bahan salah paham. Seperti yang ada dicerita-cerita.”

“Lagi pula cocok atau gak bukan urusan kalian juga,” gumam Bisma. “Gak usah bahas Pak Revino lagi.”

Fatima yang duduk disebelahnya mendorong lengan laki-laki itu. “Kami cuma berkomentar!” ucapnya. “Tapi, kira-kira Pak Revino sekarang memiliki hubungan dengan seseorang gak sih? Aku dengar istrinya juga sudah lama meninggal.”

Clara mengernyitkan kening. “Jangan bicarakan Pak Revino lagi, nanti dia keselek saat makan,” tegur Clara sambil bercanda.

Lagi pula Clara tidak terlalu suka membicarakan atasan yang dia kagumi itu. Rasanya aneh saja karena seakan Clara juga ikut menggosipi Revino walau dia hanya mendengar dan menjawab pertanyaan. Padahal Revino menjadi atasan yang baik dan perhatian kepadanya.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now