Bagian 7

12.4K 1.2K 46
                                    

Kaivan kedatangan seorang tamu di rumahnya di hari minggu yang cerah ini. Bukan orang asing melainkan Deri. Temannya itu meminta kesediaan Kaivan agar mau menampungnya beberapa hari kedepan karena Deri sedang melarikan diri dari Ibu kos nya.

Laki-laki itu berpura-pura sedang pulang kampung karena uang kos untuk tiga bulan ke depan belum juga dikirim oleh orang tuanya. Sementara Ibu kos sudah pasti akan menagihnya esok hari.

Dan dia langsung terpikir untuk menumpang di rumah Kaivan di masa pelariannya. Beruntung sekali karena Kaivan mau menampungnya untuk beberapa hari ke depan.

“Ini pasti gara-gara adik perempuanku, Kai. Dia pasti yang lapor kepada Mama kalau aku bolos kuliah karena mendaki gunung lagi,” keluh Deri sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kedua tangannya berada dibelakang kepala sementara kakinya dibiarkan memanjang.

Kaivan tersenyum tipis saat menatap temannya yang terlihat cukup frustasi itu. Kaivan sudah menawari diri untuk meminjamkan laki-laki itu uang, tapi Deri menolak. Deri memilih untuk bersembunyi dulu dari Ibu kosnya. Dia yakin orang tuanya tidak akan tega membiarkannya lama-lama seperti ini.

“Salah siapa coba? Aku sudah bilang sebelumnya kalau pergi mendaki tunggu akhir pekan saja. Kau tidak mendengar ucapanku dan memilih bolos.”

Deri menghela nafas. “Kau benar! Harus nya aku mendengarkan ucapan mu. Ah, ini resiko satu jurusan bahkan dikampus yang sama juga dengan adikku sehingga matanya selalu mengawasi ku dan kemudian melapor ke rumah kalau aku melakukan kesalahan. Semoga saja adikku itu juga sadar bahwa aku dalam masalah saat ini.”

Kaivan mengisi gelas kosongnya dengan air minum. Dia tidak mau repot-repot membuatkan teh atau kopi untuk Deri. Jika laki-laki itu ingin, dia bisa membuatnya sendiri di dapur.

“Hubungi orang tuamu. Minta maaf dan katakan bahwa kalau tidak bayar kos, kau bisa diusir dari sana. Keduanya pasti tidak akan tega menghukum lama-lama.”

“Tunggu dua atau tiga hari ini. Kalau hubungi sekarang, yang ada aku kena ceramah lagi.”

“Kalau begitu, tunggu saja,” gumam Kaivan.

Deri melirik Kaivan yang saat ini sedang minum. “Winda sudah punya pacar lagi. Apa kau sudah tau?”

Kaivan menggeleng setelah satu gelas air putih masuk kedalam perutnya. Cuaca hari ini memang terasa cukup panas. Walaupun tidak sedang berada dibawah matahari langsung, tetap saja Kaivan jadi mudah haus.

Sejak tamparan yang diterimanya dari Winda diteras rumah ini, Kaivan tidak lagi dihubungi gadis itu seperti biasa. Kaivan juga sudah jarang bertemu gadis itu, mungkin karena mereka tidak mengambil kelas yang sama juga.

Lagi pula berita tentang Winda yang didengarnya saat ini menurut Kaivan adalah berita baik. Kaivan tau sikapnya terlalu buruk selama ini kepada gadis itu. Tapi jangan salahkan dia sepenuhnya. Gadis itu yang memaksa Kaivan untuk berpacaran. Dan Kaivan memberikan kesempatan itu kepadanya.

“Bagus kalau begitu. Semoga saja dia tidak memaksa orang lagi.”

Deri memperbaiki posisi duduknya. “Sepertinya keduanya suka sama suka. Tapi setelah dua tahun kalian berpacaran, apa kau tidak memiliki perasaan padanya? Dia kan cantik, Kai?”

Sebenarnya ada yang lebih cantik. Gadis yang aku panggil anak kecil. Kaivan menggelengkan kepalanya ketika sadar pikirannya sudah melantur.

“Dia memang cantik, Der. Aku sebagai seorang laki-laki mengakui bahwa dia itu cantik. Tapi aku tidak ada perasaan padanya walaupun dua tahun itu aku menjadi kekasihnya.”

Winda menyukainya sejak awal kuliah. Hal itu cukup menganggu Kaivan. Teman-teman Kaivan yang tau hal itu mencoba untuk mendekatkan Winda kepadanya.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now