2. Jangan membantah! 🔪

87.3K 7.6K 822
                                    

Langkah kaki yang begitu cepat dan lebar membawa Vani keluar dari gedung SMA. Sesekali gadis itu menoleh ke belakang untuk memastikan Febri tidak mengejarnya. Jaket Daniel yang melekat di tubuhnya, ia rapatkan.


Gadis itu berhenti tepat di hadapan seorang pemuda yang menatapnya bingung. Kedua alis pemuda itu terpaut melihat sang sepupu yang tampak panik dan terburu-buru.

"Loh, kok Bang Rel yang jemput?" tanya Vani sembari mengusap peluh yang membanjiri dahinya.

"Revan pulang dulu tadi, Geby PMS," jawab Farel membukakan pintu mobil untuk Vani. "Kenapa kok kayak panik gitu? Ada yang ganggu?" tanyanya penuh intimidasi.

Vani menggeleng cepat menyembunyikan rasa panik yang semakin menjadi. Apalagi dari kaca mobil, ia melihat Febri yang berjalan mendekat dengan tatapan tajamnya.

"Nggak papa, ayo pulang!" Vani segera masuk dan duduk di bangku tengah. Mulutnya terbuka hendak menyapa Naya tapi urung kala perempuan itu tampak tertidur dengan nyamannya.

Tatapan Farel bersibubruk dengan mata Febri yang menatapnya dengan tajam. Memilih tak perduli, ia segera memasuki mobil. Matanya melirik Vani yang tampak gelisah.

"Beneran gapapa?" tanyanya mencoba mencari kepastian.

"Gapapa, Bang. Ayo dong! Pengen tidur nih," jawab Vani semakin panik saat Febri sudah berdiri di sisi mobil Farel.

"Ya, udah. Iya," ujar Farel mencoba menepis kecurigaannya. Matanya melirik Naya yang damai dalam tidurnya. Bibirnya mengelas senyum tipis hingga dalam beberapa tangannya bergerak mengelus rambut perempuan itu.

"Cepat dong, Bang Rel!" pinta Vani membuat Farel mendengus. Ia segera melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan sekolah Vani.

Sementara Vani langsung bernapas lega saat mobil yang ditumpanginya telah melesat meninggalkan Febri. Ia menyandarkan tubuhnya dan kembali menghela napas lega. Akhirnya, ia bisa lolos juga dari Febri.

Vani mendengus saat melihat Farel menggenggam tangan Naya. Ginini resiko jika menumpang dengan orang yang sudah punya pasangan, jadi obat nyamuk resikonya. Kenapa tidak ayahnya saja yang menjemput?! Kan kesel juga kalau jadi obat nyamuk seperti ini.

Ting!

Ponsel Vani berdeting sesaat membuat tubuh perempuan itu menegang. Dengan perasaan takut, tangannya bergerak untuk mengambil benda pipih berharga mahal yang berada di dalam tas itu.

Gadis itu menghela napas lega saat tahu, bahwa yang mengirimkannya pesan adalah kembarannya. Ia mengusap peluh yang keluar di dahinya.

"Bang Panul bikin panik aja," gumamnya kemudian segera membuka isi pesan itu.

Bang Panul
[Pulang sama Farel, gua nggak bisa jemput. Lo kan jomblo, jadi bisa sama siapa aja]

Vani mendengus membaca pesan itu, dengan cepat, ia mengirimkan balasan.

[Nggak usah ngehina lo bang. Jomblo gini gua cantik] balasnya.

Vani menatap keluar jendela hingga tak lama ponselnya kembali berbunyi membuatnya kembali memfokuskan perhatian pada benda persegi panjang itu.

Possessive and Psycho Boyfriend [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang