Episode XLIV

5K 460 46
                                    

Selamat hari Minggu, teman-teman. Semoga masih menunggu kisah cinta Alya yang bertepuk sebelah tangan ini. Jangan lupa berikan votes dan komentarnya. Hatur nuhun. Selamat menikmati.




Prana tidak pernah menyangka jika ia harus kembali ke ruangan yang sama hari ini. Rumah sakit dan segala bau obat-obatan yang selalu membuatnya tidak nyaman. Ia benci rumah sakit.

Rasanya memori kelam tiga tahun lalu kembali berputar dalam kepalanya. Saat seseorang meneleponnya dan memberitahu kecelakaan yang dialami Noëlle, dunia seakan berputar. Ia melihat sendiri tubuh kekasih hatinya yang tergolek tidak berdaya di ranjang rumah sakit. Menjadi saksi bagaimana menurunnya organ vital Noëlle. Sampai akhirnya detak jantung perempuan itu terhenti.

Ia tidak sanggup mengulang kembali proses itu. Rasanya menyakitkan melihat perempuan yang begitu disayanginya terbaring dengan mata terpejam. Setiap detik, seperti ada jarum yang terus menusuk hatinya. Begitu menyakitkan dan membuatnya cemas.

Jeritan Marisa kemarin, saat ia berbicara dengan Mario, seakan menghentikan seluruh peredaran darahnya. Ia melihat tubuh ayah tergolek di sisi ranjangnya. Perempuan itu pingsan. Dokter mengatakan jika tubuh Alya kurang nutrisi dan dehidrasi. Tidak makan dan minum membuat tubuhnya lemas seketika.

Maka di sinilah Prana berada. Menunggui istrinya hingga sadar. Segala doa yang diketahuinya langsung ia rapalkan. Ia hanya ingin memastikan jika Alya baik-baik saja. Istrinya harus baik-baik saja.

Prana tidak akan memafaatkan dirinya bila terjadi sesuatu pada Alya. Tidak akan pernah. Melihat sosok perempuan cantik yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di lengannya membuat hatinya sakit. Begitu banyak luka yang ia torehkan di hidup istrinya.

Kondisi rumah tangga juga kematian Kakek Hamid membuat perempuan itu rapuh. Sangat rapuh hingga akhirnya tidak peduli dengan dirinya sendiri. Alya tidak memiliki gairah melanjutkan hidupnya. Patah hati yang teramat dalam karena kepergian cinta pertamanya membuatnya hilang akal.

"Tolong bangun, Al. Jangan hukum aku dengan cara seperti ini," bisik Prana sambil tangannya terus mengecup tangan istrinya.

Air matanya jatuh. Ia sudah tidak mampu lagi menahannya. Betapa ia merindukan sosok Alya yang ceria. Tawa dan senyum bahagia yang biasanya selalu terukir dari bibir mungilnya. Hal yang ternyata begitu berharga.

Ada banyak hal yang ingin diucapkan pada istrinya. Tentang maaf yang harusnya sejak lama ia sampaikan. Terlalu banyak kesalahan yang telah ia perbuat pada perempuan itu. Tentang terima kasih karena telah menemaninya menjalani hidup. Tentang mimpi dan angan untuk terus bisa bersama Alya.

Betapa ia menginginkan istrinya kembali. Melihat Alya di sisinya-berdua mengarungi maghligai rumah tangga mereka. Saling menggenggam hingga kulit mereka keriput. Ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Alya. Hanya dengan Alya, tidak yang lain.

Ia terlalu bodoh untuk menyadari sosok Alya dalam hidupnya. Terbawa hanyut dalam masa lalu hingga melupakan istrinya sendiri. Setelah semua luka yang ia berikan justru kesadaran itu baru muncul ke permukaan. Perasaan tentang betapa berharganya Alya justru muncul saat luka itu terlalu dalam ia berikan.

Prana hanya mampu berdoa. Semoga masih ada kesempatan untuknya. Ia hanya berharap jika istri cantiknya masih mau menerimanya kembali. Karena ia sadar, kehadiran Alya telah berperan penting dalam kebahagiaan hidupnya.

***

Prana tersenyum. Melihat Alya menghabiskan makan sorenya sudah membuat hatinya sedikit tenang. Perempuan itu terus memasukkan suapan demi suapan nasi dan sayur bening ke dalam mulutnya. Hanya seperti itu sudah membuat Prana setidaknya bernapas lega.

Hari Setelah Kemarin (Selesai)Where stories live. Discover now