Chapter 28

94.3K 4.7K 55
                                    

Vincent menghempaskan badannya di Sofa ruangan tengah. Ia menyuruh Karina untuk membuatkannya jus jeruk karena ternyata akting itu sangat melelahkan sekaligus menyenangkan.

Karina keluar dari dapur membawakan 2 gelas jus jeruk dan beberapa cemilan untuk dirinya dan Bossnya santap.

Karina masih tidak habis pikir dengan Vincent   kenapa lelaki itu rela memberikan barang mahal itu kepada temannya secara cuma cuma ,Ia juga khawatir atas keberlangsungan hidupnya nanti. Karina harap ini tidak akan berdampak pada gajinya yang akan ia terima minggu depan.

"Kenapa liat liat." Vincent terheran melihat Karina yang sedari tadi memperhatikannya.

"Jangan lupa nanti kamu semir sepatu saya yang ada dipojok sana ya." Vincent menunjuk pada sepatu yang biasannya ia pakai untuk bekerja. Karina memang multifungsi bagi Vincent karena dulu semasa Renata yang menjadi asisten Ia tidak pernah menyuruh gadis itu melakukan pekerjaan rumah,  melainkan Vincent mempekerjakan ART.

"Iya nanti." Karina mengambil cemilan itu , memasukan dengan suapan besar sekaligus kedalam mulutnya. Jujur padahal tadi mereka banyak memesan makanan tapi karena untuk menjaga imagenya dia hanya makan sedikit lain hal dengan yang biasa gadis itu lakukan biasanya Karina memilih porsi kuli untuk makanannya apa pun itu.

"Kelaperan?." Vincent sampai mengeleng ngelengkan kepalanya heran dengan Karina.

"Tagihan untuk Tasnya akan saya masukan kedalam pengurangan gajimu ya Rin." ujar Vincent datar.

Ucapan Vincent barusan berhasil membuat kue yang Karina sedang nikmati tersangkut ditenggorokan. Vincent menepuk nepuk tengkuk Karina memberikannya minum agar kue itu lolos tidak menyangkut disana. Memang firasat Karina tidak pernah salah dengan kelicikan Bossnya itu.

Karina susah payah menelan salivanya sebelum memberanikan diri untuk bertanya harga tas tersebut.

"Kira kira tadi harganya berapaan ya Bos." Karina memelankan suaranya dari biasanya kali ini Ia berharap Vincent mau mengasihaninya dan menganggap lunas tanpa harus Karina membayar sepeserpun. Karena bagaimanapun juga Ia tidak menikmati benda itu bahkan melihatnya saja belum.

"Pak tapikan tadi saya nggak nyuruh Bapak buat mbeliin teman saya segala itu kan Bapak sendiri yang ngasih kok malah dibebankan ke saya sih pak." Karina melayangkan protes dengan nada lirih Ia berharap besar Vincent melupakan itu dan mengikhlaskannya karena mungkin bagi Vincent itu adalah hal kecil dan tidak perlu dipermasalahkan. Tapi bagi Karina itu adalah pemborosan yang haqiqi dimana seharusnya Ia sudah bisa membeli seblack sampai segerobak geboraknya.

"Tapikan itu tadi saya buat totalitas akting doang atau kamu mau saya ambil lagi tasnya terus bilang kalo kita cuma bohongan." Ancam Vincent dengan wajah nyaris tanpa ekspresi serta tanpa dosa.

"Tidak ada jalan lain ini adalah jalan ninjaku." Terbesit di otaknya untuk merayu lelaki tersebut. Persetan dengan harga dirinya sekarang mungkin ini dosa dan 10% akan berhasil namun hanya inilah cara yang dapat ia lakukan.

Karina mendekati Vincent yang masih ada di Sofa. Gadis itu menatap liar Vincent. Pria itu terbelalak tidak menduga Karina akan melakukan seperti itu. Karina membuka 2 kancing atas kemeja mengoda Vincent untuk bermain dengannya bahkan gadis itu mendorong Vincent agar tiduran disofa sedangkan dirinya bergelayut diatasnya.

Jantung Vincent mulai berdetak tak karuan meskipun Ia sudah beberapa kali digoda oleh para jalang jalang di kantornya termasuk Laura mantan tunangannya ia tidak pernah merasakan segugup ini. Pelipisnya mulai mengucurkan keringat.

Melihat tidak ada pergerakan perlawanan dari Vincent justru sekarang Karina yang binggung sendiri harus melakukan apa seterusnya dia belum pernah melakukan adegan adegan dewasa bahkan saat dirinya menonton drama china, drama korea, atau drama manapun itu Ia selalu menskip adegannya bukan karena Ia tidak normal namun rasanya Ia belum kuat untuk menontonnya walaupun umurnya sudah cukup umur.

"Cukup cukup." Vincent membuang badan Karina yang menindihnya ke lantai, pria itu merapikan pakaiannya.

Hal itu membuat Karina dapat bernafas dengan lega. Tapi Ia berusaha membuat ekspresi kecewa didepan Vincent.

"Saya ada syarat buat kamu membayarnya, besok malam ikut pergi dengan saya." Vincent pergi meninggalkan Karina yang masih terpaku berpikir mencerna perkataan Vincent.

"Apa karena dia lihat gue tadi bisa kaya gitu dia mau jual gue ke om om." batin Karina. Pikirannya sudah melayang kemana mana.

🍷🍷🍷

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang