Chapter 53

77K 3.7K 143
                                    

Vote & Komen.

Vincent meletakan Karina turun dari gendongannya ke ranjangnya. Wajah gadis itu yang pucat pasi membuat egonya lumayan luntur, bahkan dirinya membatalkan meeting hari ini agar Karina bisa beristirahat. Vincent juga tidak cukup tega untuk membiarkan gadis yang mulai ia sayangi  pulang sendirian dengan taksi, jadi dia mengantarnya pulang.

"Istirahatlah Aku akan kembali ke kantor." ujar Vincent.

Karina memegang tangan Vincent yang akan pergi.

"Bisa temani Aku."  Karina menatap Vincent dari bawah dengan mata elangnya. Vincent sejenak menatap lalu mengelus puncak kepala Karina.

"Ya udah Aku paham kok  pekerjaan lebih penting buat kamu, kamu bisa pergi sekarang, Aku bisa kok istirahat SENDIRIAN." ujar Karina dengan menekan kata terakhir. Ia menidurkan dirinya berbalik arah membelakangi Vincent.

Vincent mendengus kasar, lalu mendekat dan ikut tidur---memeluk Karina dari belakang. Terbit senyuman diwajah Karina tanpa Vincent ketahui.

"Kamu terpenting bagi hidupku sekarang bahkan kemarin Aku tersiksa tanpa kamu, kamu yang cuek,dingin ke Aku itu nyiksa banget tau." Vincent merapatkan pelukannya.

Karina berbalik menghadap Vincent. Mata mereka bertemu seakan berbicara bahwa mereka merindu satu sama lain.

"Aku juga." Karina tersenyum tulus.

"Kamu masih sakit perutnya." tanya Vincent.

Karina mengangguk, Vincent tidak tega melihat wajah Karina yang tersiksa. Emang sakit banget apa batin Vincent, yang membuat perempuan seluruh dunia ingin menampol kepalanya---untung Karina tidak bisa dengar bahasa kalbu kalau bisa jangan tanya lagi kepala Vincent sekarang ada dimana.

"Aku ambilin obat ya." tawar Vincent mencoba menjadi kekasih yang baik hati,rajin menabung dan tidak sombong.

"Kayaknya obat sama pembalut Aku udah habis deh Vin bisa nggak kamu beliin Aku itu disupermarket depan please." ujar Karina memohon dengan mata berkaca kaca membuat Vincent tidak tega untuk menolak hajat itu.

"Iya Aku beliin dulu ya kamu istirahat." Vincent menyelimuti badan Karina sebelum pergi.

🍁🍁🍁

3 menit Vincent berdiri di rak pembalut matanya memandang sekitar, tangannya dia letakan didagunya artian sedang berpikir keras. Kenapa ada begitu banyak varian sejenis dan bentuk gitu pikirnya, yang mana yang sering Karina pakai, berapa ukuran. Haduh rasanya Ia ingin menangis sekarang jika tidak ingat bahwa dirinya adalah pria dewasa.

Salah satu spg datang menghampiri Vincent, karena Ia rasa pria itu mungkin tersesat.

"Mas cari apa? Pembalut yah."

"Bukan mbak saya cari batu bata." Batin Vincent, kan sudah jelas ini mbaknya malah masih nanya atau inikah modus pdkt cara baru.

"Iya mbak." sahut Vincent.

"Mau yang malam atau siang, yang sayap atau biasa." tawar mbak spg.

"Terserah mbak aja deh, kan mbaknya cewek jadi tau selera cewek juga." jawab Vincent padahal dirinya sebenarnya tidak tau apa yg ditawarkan oleh mbaknya, sayap? Apa itu, siang malam? Emang berbeda.

Akhirnya mbaknya yang memilihkan pembalut.

"Mbak sama cariin obat buat pereda nyeri ya mbak." ujar Vincent.

"Okeh siap mas, seneng ya punya pacar kayak masnya gini pengertian nggak malu disuruh beli ginian." ujar Mbaknya dengan senyum senyum genit.

Vincent hanya tersenyum kaku kayak terpaksa gitu lah.

"Kapan kapan belanja lagi ya mas." Mbak itu mengerlingkan matanya genit ke arah Vincent.

Vincent mengangguk setelah itu lari pergi keluar  dengan bergidik ngeri. "Ihh nggak akan nggak akan lagi ogah."

🍁🍁🍁🍁

Vincent membawa segelas air putih dengan bubur homemade buatannya sendiri walaupun dirinya suka mengandalkan asisten  asistennya untuk memasak sebenarnya dirinya juga handal dalam mengolah bahan masakan hanya saja dia mager untuk melakukan dalam keseharian dan ini juga first  time Vincent mau memasak untuk orang lain.

"Rina makan dulu."

Karina menoleh dan bangun dari tidurannya karena menahan sakit dia tidak bisa tidur sampai ke alam mimpi tadi.

Karina mengambil obat dan air putih. Vincent mencegah tangan Karina yang akan memasukan obat ke mulutnya.

"Makan dulu"

"Enggak ah Aku lagi nggak nafsu buat makan mau langsung obatnya aja." Karina mengeleng.

"Enggak bisa nanti kamu malah tambah sakit, sekarang kamu makan buburnya dulu."

Karina tetap mengeleng dan manyun seperti moncong bebek. "Aku nggak mau makan."

"Aku suapin deh pake mulut kalo kamu masih kekeuh tetep nggak mau makan." Vincent menaik turunkan alisnya mengoda.

Karina terbelalak. Karina tetap mengeleng, dalam hati menantang mana mungkin Vincent mau melakukan hal bodoh seperti itu pasti dia bercanda.

Vincent menyendokan bubur ke mulutnya. Karina terngangga, tanpa menunggu mulut Karina yang tertutup akibat tercenggang Vincent langsung menyatukan bibirnya dengan bibir gadis itu memindahkan bubur didalam mulutnya ke Karina, membuat gadis itu mau tidak mau harus menelannya.

Vincent mengusap bibirnya setelah melepas pautan.

"Mau berapa suap, itu baru satu sendok." ujar Vincent mengoda.

Karina mengeleng dengan cepat dan  segera mengambil mangkok bubur itu dan makan sendiri tidak ingin lagi makan dengan cara begitu, menjijikan.

🍁🍁🍁🍁🍁

Tbc.

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang