Chapter 21

124K 5.5K 13
                                    

"Emm badanmu masih demam ya." Vincent menopang dagunya didepan Karina, Gadis itu melirik sebentar sembari terus menikmati makanannya. Karina beralih meletakan punggung tangannya ke dahinya,sedikit panas mungkin Bossnya itu akan mengizinkannya untuk absen hari ini. "Emm iya panas, pak." Karina mengangguk.

"Saya izinin kamu nggak masuk kerja hari ini." Vincent tersenyum alisnya terangkat sebelah.
Sudut bibir Karina melengkung tersenyum hatinya lega akhirnya ia bisa beristirahat.

"Tapi kamu bisa ngerjain tugasnya disini." Belum selesai bersorak hore dalam hati Karina tadinya ia tersenyum tiba tiba terngangga.

"Udah kamu terusin dulu makannya nanti Andri yang bawa dokumen dokumennya kesini kamu tenang aja." Vincent melengkungkan bibirnya tersenyum meremehkan.

"Hah, are you sure??." Karina memegangi kepalanya. "Ahhh pak kepala saya sakit, awww." Karina pura pura kesakitan.

Tentu saja Vincent tidak percaya dengan trik tipuan receh dari asistennya itu

"Sudah jangan akting kamu, analisis laporannya serahkan jam 08.00 harus kelar okeh." Vincent mengedipkan sebelah matanya. Lalu pergi meninggalkan Karina yang masih diam dalam sarapannya.

******

Tinggg....

Bell berbunyi, Karina langsung melengang membukakan pintu.

Seorang pria berdiri melengkungkan senyum disana menenteng tas hitam yang lumayan cukup besar. "Hay" Andri menyapa Karina dengan menyugarkan rambutnya kebelakang dengan penuh percaya diri. Karina bergidik ngeri lalu mengajak nya masuk ke ruangan tamu.

"Rin lo kemarin kemana aja." ujar Andri.

"Oh itu nggak kemana mana udahlah." Karina menghindari pertanyaan dari Andri dirinya malas menjelaskan panjang lebar ia takut Andri akan mengkhawatirkan terhadap dirinya. Pede.

"Yang bener, kok muka Lo merah gitu kaya udang rebus?" Andri mencondongkan badannya kedepan meletakan tangannya di dahi gadis itu.

"Lo demam, lo nggak enak badan ya." Andri beranjak dari duduknya beralih duduk disebelah Karina. Pria itu mengeluarkan dokumen dokumen itu dari tas. Membuka laptopnya dan menyalakan.

"Udah Lo sana balik aja ke kamar biar ini gue yang ngerjain, gue bisa kok lagian dulu pas si Renata resign gue yang selalu disuruh pak Boss buat giniian jadi tenang aja gue paham." Andri menepuk nepuk pundak Karina.

Karina menarik nafas panjang membuangnya kasar, ia menguncir rambut hitam kecoklatannya kemudian menariknya supaya kencang. Ia mengelengkan kepalanya kesamping kanan dan kiri.

"Udah ngga usah Ndri Gue udah agak mendingan kok."

"Udah sini Gue bantuin."

Karina dan Andri rebut rebutan siapa yang akan mengerjakan masing masing merasa dirinya yang mengerjakan Andri merasa kasihan kepada Karina yang sedang sakit sedangkan gadis itu masih kekeh ingin mengerjakan sendiri.

"Gue aja Rin elu masih sakit." Andri mengeser laptopnya ke depannya.

"Nggak usah gue bisa sendiri." Karina mengeser lagi laptop itu ke depannya.

Hingga akhirnya tangan mereka berdua bertemu saling bersentuhan tindakan sekecil itu mampu membuat degup jantung Andri terpacu kencang dadanya berdesir. Mata keduanya saling bertemu. Dengan susah payah pria itu menelan salivanya. Tidak tidak dia tidak ingin mempunyai perasaan kepada temannya itu menginggat Karina adalah perempuan yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Apalagi sepertinya akan susah membuat Karina mencintainya karena ia merasa dirinya itu mungkin bukan selera gadis itu.

Dikala mereka masih tatapan satu sama lain tiba tiba Karina tertawa terbahak bahak. Dan juga Andri pun ikut tertawa tanpa mengetahui penyebabnya.

"Okeh lah kamu kerjain ya Gue mau istirahat ke kamar bentar." ujar Karina.

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang