Chapter 12

132K 6.4K 174
                                    

"Ra " ujar Karina memanggil Karina dari belakang. Laura menoleh ke belakang.

"Ada apa lagi sih." Laura menatap Karina tajam, sudut kanannya terangkat.

"Biar Gue aja yang ngurusin Vincent biar cepat sadar soalnya urusan kantor numpuk harus cepet cepet diselesein." Karina memainkan jemarinya.

Laura memutar bola matanya malas.

"Kalo numpuk kan bisa dijejerin aja." Ujar Laura tanpa dosa.

Sudut bibir Karina terangkat, otaknya meloading perkataan Laura barusan.

"Lo kan asisten dia, kenapa nggak Lo aja yang beresin." Laura mengangkat alisnya sebelah.

"Ya nggak bisa lah itu bukan hak gue." Ujar Karina melipat tangannya didada.

"Ya terus gimana." Ujar Laura.

"Ahhh gue tau." Ujar Vincent tiba tiba. Vincent  menepis Laura menuju arah Karina. Tangan Vincent mengengam tangan Karina.

"Ayo pulang, kita seleseikan sekarang." Ujar Vincent membuat mereka berdua ambigu.

"Selesaikan apa." Ujar Laura menarik tangan Vincent.

Lagi lagi Vincent menepis tangan Laura. Vincent menuntun Karina untuk berjalan sedangkan Laura ditinggal di belakang.

"Vincent, mau kemana tungguin." Laura menghentak hentakan kakinya kesal melihat Vincent yang malah pergi meninggalkan dirinya dan malah mengandeng Karina.

"Vincent, balik nggak kalo kamu nggak balik, Aku bakalan ngambek."

Vincent berbalik menghadap ke belakang sekilas kemudian melanjutkan jalannya lagi.

Akhirnya Vincent dan Karina sampai di mobil.

"Ambilkan obat di desbord." Ujar Vincent dengan kepalanya yang masih pusing.

"Cuma obat ini yang ada." Karina menyodorkan obat dan aqua yang kebetulan ada disitu.

Vincent meminum obat itu kemudian mengeleng ngelengkan kepalanya. Mengerjap ngerjapkan matanya. Kemudian ia menghela nafas panjang.

"Kau sudah baikan." Ujar Karina.

"Iya sudah, ayo kita kembali ke kantor." Ujar Vincent datar.

****

"Ada apa Lo ngajakin gue kesini." Ujar Devanno binggung tiba tiba Vincent mengajaknya ketemuan padahal sebelumnya mereka tidak pernah dekat sekalipun bahkan perusahaannya tidak menjalin kerjasama dengannya.

Vincent meletakan tangannya ke meja kafe mengetuk ngetukan tangannya. Setelah itu Andri datang membawa koper berisikan uang berjuta juta, Vincent melepas kacamata hitamnya, menyenderkan badannya ke kursi.

"Gue bakal ngasih Lo tambahan modal buat bisnis Lo supaya bisnis Lo bisa lebih maju dari sekarang." Ujar Vincent menaikan kedua alisnya.

Devanno terdiam sejenak mencerna perkataan Vincent, ia tidak mengerti arah pembicaraan itu kata kata yang dilontarkan oleh Vincent membuatnya binggung.

"Maksud Lo?." Tanya Devanno.

"Gue tau sekarang Laura lagi hamil anak Lo." Ujar Vincent mengagetkan Devanno.

"Vin gue nggak pernah." Ucapan Devanno terpotong oleh Vincent.

"Lo nggak perlu lagi nyangkal gue bakal batalin pertunangan gue sama Laura, Gue juga tau kalo selama ini kalian berdua emang udah njalin hubungan."

"Lo harus bertanggung jawab Bro, Gue bakal bantu." Vincent menepuk pundak Devanno. Kemudian ia memakai kacamatanya kembali dan beranjak dari kursinya, lalu pergi di ikuti oleh Andri di belakangnya.

Sedangkan Devanno masih terdiam ditempatnya sejenak, detik selanjutnya ia mengejar Vincent dengan membawa Koper uang yang tadi.

"Vin" Devanno menarik pundak Vincent dari belakang.

"Gue bakal bahagiain Laura dengan usaha gue sendiri." Devanno memberikan kembali koper itu ke Vincent. Andri mengambilnya.

Vincent mengangguk singkat kemudian pergi dari situ.

****

Karina memejam mejamkan matanya dan terus mengunyah makanan yang ada didalam mulutnya itu walaupun rasanya sekarang ia ingin memuntahkannya langsung. Bakwan jagung bikin Mbak Siti memang mantap sekali sepertinya Mbak Siti memberikan 2 sendok upil kedalamnya.

"Gimana neng Karina enak nggak bakwan jagung buatan Mbak?." Ujar Mbak Siti Office girl kantor berusia sekitaran 40 tahunan tapi style gayanya masih seperti mamah muda kekinian.

"Emmh" Karina mengekspresikan kunyahannya dengan santai secara terpaksa agar tidak melukai perasaan Mbak Siti.

"Enak kok mbak, enak enak." Ujar Karina tersenyum semanis mungkin.

Andri tiba tiba masuk ke dalam pantry, Karina yang melihat punggung pria tersebut yang akan kembali ke ruangan kerja kemudian memanggil Andri.

"Andri sini deh." Karina melambaikan tangan ke Andri.

"Cobain deh bakwannya Mbak Siti enak loh gurih gurih enyoy endos deh rasanya." Karina menghabiskan gigitan terakhir bakwannya. Kemudian mencium tangannya sendiri. "Delicious, enak loh nyesel ngga coba, cobain kuy." Ujar Karina tersenyum.

"Iya sini Mas Andri cobain bakwan jagung buatan Mbak dijamin enak loh." Ujar Mbak Siti bangga. Karina mengangguk memberikan Mbak Siti jempol.

Andri mengambil satu bakwan dari piring yang ada dimeja, satu gigitan sudah berhasil masuk kedalam mulut Andri, Andri msngunyah penuh semangat detik detik selanjutnya raut wajahnya berubah, kemudian Pria tersebut memandang ke arah Karina, Karina memutar bola matanya ke arah lain.

"Emmh Bos ada dimana ya Ndri." Karina mengalihkan Andri.

"Ada di Rooftop tuh lagi galau kasihan." Ujar Andri terus mengunyah bakwan itu sampe habis.

Karina ber oh ria.

"Lagi ada masalah soal pertunangannya, Lo samperin gih." Ujar Andri menepuk pundak Karina.

"Lah kenapa gue, ogah ah ntar gue malah yang kena pelampiasan kalo dia mukul gue apa ngapa ngapain gue gimana kan kalo orang lagi kesel suka gitu." Ujar Karina.

"Udah neng samperin aja si Bos kasihan, nih bawain bakwan buatan Mbak aja biar mood si Bos bagus." Ujar Mbak Siti. Andri dan Karina saling menatap kemudian Karina tertawa kecil, "ekhemm" Andri berdehem menghentikan tawa Karina.

"Okeh okeh Mbak bakal saya samperin si Bos." Ujar Karina menyanggupi. Mbak Siti memberikan kresek warna putih dengan isi bakwan.

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang