Chapter 16(18+)

226K 6.8K 134
                                    

"Kau baik baik saja." ujar Karina prihatin melihat sudut bibir Vincent yang mengeluarkan darah. Karina mengedarkan pandangannya mencari kotak obat di dalam desbord mobil tapi tidak ada. Tanpa pikir panjang Karina langsung mendekatkan wajahnya ke pria tersebut. "Kau mau apa." Ujar Vincent. "Diam" jawab Karina singkat.

Karina mendekatkan wajahnya pada pria tersebut hingga.

Cupp...

Karina menyesap sudut bibir Vincent yang terluka dengan bibirnya. Pria tersebut tersentak kaget, lalu memejamkan matanya membiarkan gadis itu melakukan apa yang ingin ia lakukan.

Tanpa sadar Vincent meraih pinggul Karina membuat gadis itu duduk diatas pangkuannya. Ciuman itu masih berlanjut, Vincent yang mula mula diam saja kemudian justru melumat dan memperdalam ciumannya. Hingga Karina merasakan ada sesuatu yang mengeras di bawah sana. Karina memutar mutarkan kepalanya menikmati ciuman itu. Shittt kenapa dia sekarang justru menikmatinya padahal kemarin ia marah atas tindakan pria tersebut.

"Ah raa" ujar Vincent disela sela kenikmatan mereka sontak itu membuat Karina berhenti lalu kembali duduk ditempatnya ia menyadari bahwa sekarang Vincent sedang membayangkan itu dengan Laura bukan dengan dirinya.

"Ah maaf Gue cuma mau ngilangin darah yang ada di bibir Lo doang." Karina berbicara tanpa memandang Vincent, ia mengedarkan pandangannya ke arah luar.

"Gue juga minta maaf." Desis Vincent. Ia melajukan mobilnya kembali ke perusahaan.
Perjalanan sangat hening tidak ada percakapan lagi diantara mereka sampai tempat tujuan.

***
Karina fokus menatap layar komputernya sedari tadi mengerjakan beberapa laporan yang harus diselesaikan juga hari ini.

"Rin nanti temanin Gue buat cari baju bayi yuk." Vincent mendongakan kepalanya di ambang pintu ruangan Asistennya.

Karina tersentak hampir terjungkal kebelakang karena kaget pria itu tiba tiba datang tanpa mengetuk pintu atau pun salam.

"Ah iya bapak ada yang bisa saya banting, eh maksudnya bantu." Karina mengangkat alisnya sebelah.

"Bapak bapak pala kau." Jawab Vincent.

"Maaf pak mulai sekarang saya akan berusaha formal untuk Anda." Karina tersenyum tipis.

"Alah alah ya udah serah kamu lah."

"Oh ya nanti temenin saya cari baju baju bayi ya." Vincent menatap elang Karina tidak biasa biasanya Vincent bersikap begini biasannya ia cenderung akan memaksa pegawainya untuk melakukan perintahnya.

"Buat siapa pak, Apa Bapak emmmh menghamili gadis, janda atau nenek nenek." ujar Karina tanpa menatap lawan bicaranya gadis itu masih melanjutkan aktivitasnya menyelesaikan laporannya.

Vincent mendekati Karina, menjitak dahi gadis itu membuatnya meringis "cihh okehlah kapan?."

"Sekarang juga."

"Hah Anda yang benar saja pak?."

"Iya bener ayok lah lama kali kau."

"Tapi tugas saya belum selesai pak."

"Biar tugasnya lanjutin si Andri." Vincent langsung menghubungi Andri untuk mengantikan tugas Karina.

"Ih tetep nggak bisa kayak gitu pak kasihan si Andri tau." Karina mempoutkan bibirnya.

"Kalo kamu mau nemenin saya cari baju bayi saya transfer 1 juta ke rekening kamu sekarang."Vincent mengangkat satu alisnya.

Karina beranjak dari duduknya, bibirnya terangkat.

"Hemmm okeh baiklah." Karina tersenyum senang.

Vincent dan Karina sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan di kotanya, mereka langsung menuju ke stan pakaian bayi.

"Kalo bayi Laura laki laki atau perempuan ya."
Vincent mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Karina terbelalak, tangannya menangkup mulutnya.

"Omegat seriously, apa sedang Laura hamil?,anak siapa?, anakmu? Tapi kenapa kamu memutuskan tunanganmu?." ujar Karina kaget.

Vincent melirik Karina sejenak ia berdecak kesal.

"Bukan dia bukan hamil anakku." ujar Vincent datar.

"Hah lah terus ngapain mau beliin dia baju bayi." sahut Karina.

"Lah emang dosa gitu, Aku beliin dia untuk hadiah aja nggak lebih." sahut Vincent.

Karina hanya ber oh ria.



MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Where stories live. Discover now