Chapter 25

103K 5K 65
                                    


Karina menuju mobil masuk dengan cepat ke dalam mobil. Wajahnya masam ditekuk seperti cucian yang minta digosok. Matanya masih melirik sinis pada Vincent yang masih berjalan dengan santai menuju mobil.

"Ayo jalan katanya mau balik." Vincent menutup pintu mobil kemudian memasang sealt belt untuk dirinya sendiri.

Karina mulai menyalakan mobilnya. Hingga sampai dijalan tol Karina melajukan kecepatan mobilnya diatas kecepatan maksimal membuat wajah Vincent terukir panik.

"Hey kamu ngapain mau ngajakin mati bareng pelan pelan bisa kan." Vincent yang mulai khawatir menepuk nepuk tangan Karina.

Sampai akhirnya mobil yang mereka kendarai keluar dari jalur tol beralih ke jalan biasa yang menyebabkan mobil yang mereka kendarai terjebak macet.

Sahut sahutan suara klakson terdengar nyaring di telinga Karina membuat emosinya yang sedari tadi ia tahan sekarang sudah ada diubun ubun alih alih diam justru Karina ikut ikutan menekan klakson cepat dan tak beraturan.

"Woe Lo kenapa malah ikut ikutan." Vincent menepis tangan Karina yang memencet klakson seperti orang kesetanan.

Karina mendongakan wajahnya ke luar jendela mengumpat bahkan mengeluarkan sumpah serapah yang mungkin juga cuma beberapa orang yang akan mendengarkan teriakannya karena suara bising kendaraan lebih keras. Setelah dirasa emosinya sudah diluapkan Karina kembali ke posisi semulanya menghempaskan tubuhnya pada kursi kemudi, Vincent yang melihatnya hanya bisa mengidikan bahunya bergidik ngeri melihat kelakuan barbar asisten sekaligus sekretarisnya. Emosi yang ditimbulkan akibat dari kelaparan dan kemacetan ternyata sangat  dahsyat pikir Vincent.

Beberapa menit sudah berlalu namun mobilnya hanya bisa berjalan 1 2 meteran tidak lebih membuat kadar mood Karina menjadi habis kering kerontang terlebih lagi dengan pemandangan para pengendara motor disekelilingnya bukan bukan itu melainkan anak muda mudi itu yang terlihat dari wajahnya umurnya lebih muda dari Karina malah bermesra mesraan ada yang mengelus ngelus paha cewek pasangannya yang dibonceng, ada yang menyenderkan kepalanya ke bahu cowoknya, bahkan dengan manjanya mereka bergelayut memegangi pinggang pasangannya seperti akan terlepas jika tidak dipeluk dengan kencang.

Pemandangan itu jujur membuat jiwa jomblo dalam tubuh Karina meronta ronta. Vincent memergoki pandangan mata Karina yang masih mengamati tingkah laku para muda mudi.

"Makanya cari cowok biar bisa mesra mesraan jomblo akut sih makanya ngiler liat begituan." ucap Vincent tanpa beban.

"Hey jaga ya mulut Anda, kalo gue mau cari cowok itu semudah membalik telapak tangan emang Lo yang cuma bisa di manfaatin cewek doang terus sekarang ditinggalin." Ujaran pedas dari Vincent memaksa Karina mengeluarkan balasan yang lebih pedas. Karina langsung menutup mulutnya dalam hatinya ia meruntuki kebodohannya. "Fix beneran kali ini dipecat deh." Batin Karina.

"Maap maap pak." Karina menangkupkan tangannya meminta maaf kepada Vincent atas kelancangan mulutnya itu. Ia berharap Vincent mau memaafkannya dan tidak memecatnya walau bagaimanapun juga sekarang sulit untuk mencari pekerjaan apalagi jika langsung menjadi sekeretaris di perusahaan yang bonafit.

Vincent melirik sekilas wajah Karina yang minta maaf dengan tulus kemudian memilih untuk mengedarkan pandangannya kearah lain. Vincent memilih tidak meladeni omongan Karina karena ia tau, dirinya juga lah yang memulai perdebatan itu. Ia sebenernya bisa dengan mudah mencari penganti Laura tapi hatinya masih belum bisa dibuka untuk gadis yang lain karena dia masih mengharap gadis itu kembali ke dirinya.

🎀🎀🎀

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Where stories live. Discover now