Chapter 38

83.8K 4.3K 182
                                    

"Oalah ngono, yok dek melu aku." ujar Pak Joko.

Vincent sedikit binggung dengan ucapan Pak Joko yang mengunakan bahasa jawa. "Rin bapak itu bilang apa."

Karina memutar otaknya setelah ada gambaran dari ucapan Pak Joko dipikirannya, Ia segera mendekatkan mulutnya ke telingga Vincent untuk berbisik " pacarnya cantik ya mas gitu." ujar Karina lirih.

Vincent mengernyitkan dahinya agak tidak percaya. Melihat mereka berdua hanya diam saja tanpa bergeming Pak Bima angkat bicara.

"Ndes nganggo o bahasa Indonesia ndol, cah loro kui wong kuto." ujar Pak Bima yang kemudian diangguki oleh Pak Joko.

"Ayo saya anter ke penginapan." ucap Pak Joko. Mereka berdua membuntuti Pak Joko yang akan mengantarkan mereka dipenginapan. Oh ya Karina berjalan tanpa alas kaki.

Disaat seperti ini perut Karina tidak bisa diajak kompromi, cacing cacing didalam perutnya meronta meminta untuk diisi makanan karena dari tadi siang mereka memang belum makan lagi.

Karina mencolek punggung Vincent dari belakang.

"Ada apa lagi nggak usah nyuruh buat saya gendong kamu lagi nggak mau saya, kamu terlalu berat saya nggak kuat kebanyakan dosa sih." ujar Vincent sedikit berbisik.

Karina mengelengkan kepalanya---mengibaskan tangannya.

"Tanyain ke bapak itu Boss disekitar sini ada yang jualan makanan nggak laper." Karina mengerucutkan bibirnya, terlihat mengemaskan dimata Vincent.

Vincent menghela nafas panjang,"ck". Ia berjalan menyeimbangi langkah Pak Joko.

"Bapak boleh tanya disekitar sini ada kafe nggak." ujar Vincent. Karina terperanjat kaget, bisa bisanya Bossnya malah bertanya seperti itu maksudnya Ia ingin Vincent tanya apakah ada warung terdekat kenapa malah tanya kafe sudah jelas sekali ini perkampungan tradisional dapat dilihat dari suasana desa yang rindang dan asri dipenuhi dengan pepohonan.

"Kafe? Nggak ada disini mas tapi kalo angkringan disini ada kebetulan juga akringannya deket sama penginapan saya nah kita ini sudah hampir sampai." Pak Joko menunjuk pada sebuah angkringan tenda biru   dan sebelah kirinya rumah petak berjejer jejer.

"Mau ke angkringan dulu atau langsung kekamar mas mbak." ujar Pak Joko menawarkan.

"Ke angkringan dulu pak hehehe saya laper." serobot Karina tak tahan menahan cacing diperutnya yang terus konser.

"Saya belum jawab loh." gumam Vincent, ketika Pak Joko dan Karina jalan lebih cepat didepan.

"Juminten ini ada yang mau beli." teriak Pak Joko kepada Mbak Juminten dari dapur angkringan.

"Silahkan duduk dulu mas mbak." ujar Pak Joko kepada mereka berdua.

Karina langsung duduk disebelah ujung tidak sabar menunggu Mbak Juminten dari dapur. Vincent mengeluarkan tisu dari balik jasnya untuk mengelap kursi diangkringan itu, Karina terbelalak heran yang benar saya Vincent membawa tisu dibalik Jasnya itu.

Mbak juminten keluar dengan nampan berisi macam macam gorengan, Bakso bakar, dan 2 gelas teh hangat diatasnya.

"Silahkan dinikmati mbak masnya maklum sudah malam sepi kayak gini jadi cuma nyetok ini doang." ujar Mbak Juminten dengan ramah.

Karina tersenyum mengangguk "terimakasih mbak." Karina langsung memasukan bakso bakar kedalam mulutnya secara perlahan menikmati dengan cocolan sambel kacang yang menggiurkan. Pak Joko pergi kedalam bersama mbak Juminten meninggal mereka berdua untuk makan.

"Kenapa nggak dimakan pak." Karina heran melihat Vincent hanya menatapnya yang masih sibuk mengunyah.

"Ahh tidak tidak higienis." ujar Vincent lirih.

"Bapak yang sopan ini didesa orang nggak usah semena mena kalo mau tetep hidup, nih makan aja daripada kelaperan." Karina menyodorkan setusuk bakso bakar untuk Vincent. Vincent mengelengkan kepalanya "Nggak ahh nanti saya sakit perut."

"Idih sok banget bapak yah." Karina melanjutkan makannya.

Kruekkkekekekk...

"Emm bapak denger suara, kira kira suara  apa pak." Karina terkekeh mengejek ketika Ia tahu itu adalah suara dari perut Vincent.

"Yakin serius nggak mau nih."

"Emang enak."

"Enak lah kayak bakso biasa emm sambelnya enak."

"Ya udah saya nyicip dong, aaa." Vincent membuka mulutnya meminta suap dari Karina.

"Yah udah habis, bapak gorengan aja ya." Karina meletakan tempe goreng ditangan Vincent.

"Saya mau baksonya."

"Nggak mau ih tadi ditawarin pas awal awal soksokan ngga doyan."

"Wleee." Karina memamerkan bakso bakar gigitan terakhir yang Ia gigit dengan gigi serinya, Vincent menarik tengkuk Karina dan mengambil bakso dari bibir gadis itu dengan dengan bibirnya sendiri.

"Eummm enak juga." Vincent tersenyum sadis melihat Karina yang masih terngangga.

"Ekhemm.." suara dekheman dari Pak Joko yang balik dari dapur mengagetkan keduanya.  "Bisa bisanya mereka bercumbu di tempat seperti ini" batin Pak Joko.

"Eh bapak mari makan pak." tawar Vincent.

Setelah mereka selesai makan Pak Joko mengantar mereka ke penginapan, tampaknya penginapan itu memang ramai dari luar rumah bisa didengar riuh para penghuninya.

"Nah hanya kamar ini yang kosong den." ujar Pak Joko.

"Terimakasih pak." Karina langsung masuk kedalam kamar itu duluan.

"Ini buat jaga jaga kalo misal udah nggak tahan bisa langsung tancap gas." Pak Joko menarik telapak tangan Vincent, memberikan sesachet ramuan jamu kuat dan sesachet kondom.

Vincent tercenggang tidak bergeming.

"Ini maksudnya apa pak?." tanya Vincent keheranan.

Pak joko mengangguk menepuk pundak Vincent. "Ingat jadi lelaki harus tahan lama dan strong nggak boleh loyo okeh, semangat anak muda." Pak Joko mengepalkan tangannya ke udara memberi semangat untuk Vincent, tapi Vincent sendiri heran pasti Pak Joko mengira dirinya dengan Karina sepasang suami istri, Vincent mengusap wajahnya kasar .

🌻🌻🌻

🎀🎀🎀

Ayo Vote & Komen biar Akunya semangat lagi update xixixixix.

                               🌻🌻🌻

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Where stories live. Discover now