29 - Cemburu

69 12 2
                                    

Sejak meninggalkan lahan parkir Mall Anggrek, baik Kyna maupun Aka belum mengucapkan sepatah kata pun satu sama lain. Terakhir kali Aka bicara adalah saat cowok itu meminta Kyna mengenakan sabuk pengamannya. Setelah itu, Aka diam saja. Entah cowok itu benar-benar fokus menyetir atau sebenarnya ia sedang memikirkan hal lain.

Karena sikap Aka yang aneh ini, Kyna jadi bingung, bagaimana harus bersikap atau sekedar untuk memulai percakapan dengan cowok itu. Beberapa kali Kyna melirik ke arah Aka yang menatap lurus jalanan di depannya. Padahal biasanya ia tidak pernah secanggung ini saat akan membuka obrolan dengan Aka.

"Ka ...," Setelah menimbang-nimbang situasinya, Kyna akhirnya memutuskan bicara lebih dulu. Sayangnya, Aka sepertinya tidak mendengar sapaan cewek itu.

"Aka!" Kali ini suara Kyna setengah berteriak. Cewek itu juga menyentuh lengan kiri Aka yang memegang erat kemudi.

Aka tampaknya benar-benar sedang melamun. Entah terkejut karena suara keras Kyna atau sentuhan pada lengan kirinya, tapi hal itu membuat laju kendaraannya sedikit oleng. Beruntung, jarak antara kendaraan mereka dan kendaraan lain tidak terlalu dekat, sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.

"Aduh, Kyn! Gue lagi nyetir, nih. Apaan, sih?" Tidak mau ketahuan baru saja berkendara sambil melamun, Aka memutuskan pura-pura kesal dan marah pada cewek di sampingnya.

"Yee, kok nyalahin gue? Lo sendiri yang nyetirnya ngelamun." Tak terima disalahkan, Kyna meninggikan suaranya.

"Kenapa sih pegang-pegang? Genit banget, ih." Aka berusaha mengalihkan topik pembicaraan dengan menggoda Kyna.

Jika dalam situasi normal, Kyna mungkin akan marah digoda seperti itu. Tapi kali ini, cewek itu justru diam-diam tersenyum. Dalam hatinya, Kyna merasa sangat lega karena kecanggungan yang menyelimuti mereka sepertinya sudah mulai mencair.

"Lagian lo gue panggilin gak nyaut. Yaudah gue colek aja."

"Colek? Lo kira gue sabun colek?"

"Ya mirip sih kayak papan gilesannya." Kyna tertawa mendengar leluconnya sendiri.

"Wah, masih zaman papan gilesan? Lo jadul juga ya ternyata."

Keduanya pun mulai tertawa lepas melemparkan candaan-candaan ringan yang memang biasa mereka lontarkan. Sebenarnya Kyna masih penasaran soal insiden di restoran pizza beberapa saat lalu. Tapi, karena tidak mau kembali merusak suasana yang sudah susah payah ia perbaiki, Kyna pun memilih menunda membahas hal itu dan berusaha mencari waktu yang tepat untuk membahasnya.

Apa gue ajakin dia makan dulu ya? Biar suasananya lebih santai, pikir Kyna.

"Ka, makan yuk. Laper ...." Kyna menjalankan rencananya. Cewek itu meremas perutnya dengan gaya yang dramatis seolah dirinya belum makan 3 hari 2 malam.

"Bukannya udah makan pizza?" tanya Aka keheranan.

"Baru makan satu suapan kecil, terus ada yang ngajakin pulang." Kyna melirik Aka, mengamati respons cowok itu yang tampak menelan ludah. "Kalau gue mati kelaparan, salah lo, ya, Ka," ancam Kyna.

"Hah? Jangan lebay!" Aka menatap cewek yang kini mengedipkan sebelah mata kepadanya itu dengan kesal. "Oke, oke, kita makan. Gue traktir sebagai permintaan maaf soal sikap gue yang tadi." Aka menyerah.

"Yeah! Let's go!" Kyna bersorak kegirangan.

"Let's go, let's go aja. Ke mana, nih? Mau makan apa?"

"Hmm ... mie goreng seafood ya, Ka! Boleh?" tanya Kyna dengan manja.

"Boleh, asal jangan minta nambah aja." Aka tertawa melihat Kyna yang cemberut.

Love Speedometer (Completed) Where stories live. Discover now