32 - Spesial

59 10 3
                                    

"Mending lo gak usah ke sini lagi, deh." Aka berkata sinis.

Setelah mobil orangtua Kyna pergi, atmosfer di antara Aka dan Ganendra pun makin memanas. Ganendra sebenarnya ingin langsung pergi tanpa bicara. Namun, emosinya sedikit terpancing oleh ucapan Aka.

"Kenapa? Emang lo siapa ngelarang gue dateng ke sini? Lo pengurus RT sini?" Ganendra tersenyum meledek. "Oh ... atau lo preman penguasa daerah sini?"

Mendengar itu, Aka semakin naik darah. Namun, untungnya ia masih bisa mengendalikan diri untuk tidak melayangkan tinjunya dan membuat keributan di lingkungan perumahannya yang tenang itu.

"Gak usah buang-buang waktu lo ngejar Kyna. Dia gak akan mau sama lo." Dengan percaya diri tingkat dewa, Aka mengatakannya sambil melipat kedua tangan di dada.

"Oh ya?" Ganendra tidak mau kalah. Cowok itu juga melipat kedua tangannya di depan dada. "Emang lo siapanya Kyna? Pacar?"

Aka terdiam. Seketika cowok itu ingat obrolannya dengan Kyna semalam. Sampai detik ini, dirinya dan Kyna memang hanyalah teman kecil. Meskipun Aka sudah menyatakan perasaannya, tapi nyatanya Kyna belum memberi jawaban yang jelas. Itu artinya, mereka memang belum meng-upgrade hubungan mereka.

"Kok diem? Ada masalah? Gue tau kok kalian cuma sahabat kecil. Bukan karena omongan mamanya Kyna barusan. Tapi, Kyna sendiri pernah bilang kalau lo itu cuma sahabat kecil." Ganendra menekankan pengucapan kata-kata terakhirnya dengan nada yang dramatis.

Dengan berat hati, Aka tidak bisa membantah atau membela diri karena apa yang dikatakan Ganendra semuanya benar. Namun, dia tidak ingin harga dirinya jatuh begitu saja.

"Nah, emang lo sendiri siapanya? Lo ngerasa spesial buat Kyna? Kalian juga gak lebih dari kakak sama adik kelas."

Ganendra menundukkan kepala, terlihat senyuman sinis di wajahnya sebelum kembali cowok itu mengangkat wajahnya, menatap Aka dengan tatapan tajam.

"Gue gak niat menyombongkan diri, tapi karena lo mancing-mancing duluan, jadi gue bakal kasih tau lo informasi penting." Ganendra mendekatkan posisi berdirinya pada Aka. "Asal lo tau, Kyna pernah naksir gue di SMA dan kita hampir jadian. Kalau menurut lo itu kurang spesial, gue bakal bikin hubungan gue sama Kyna jadi spesial gak lama lagi."

Setelah mengatakannya, Ganendra langsung mengenakan helm dan bergegas menyalakan mesin motornya. Cowok itu tidak tahu lagi apakah Aka menimpali kata-katanya atau tidak, karena mesin motor besarnya sudah cukup bising untuk meredam kata-kata Aka, jika memang cowok itu mengatakan sesuatu.

***

"Kyn, gue gak ngerti apakah lo ini terlalu polos atau lemot. Tapi gue saranin jangan bohongin perasaan lo sendiri." Joana menyarankan.

Kyna yang diberi saran hanya mengangguk dengan pandangan kosong.

"Jangan manggut-manggut aja, lo harus ada action. Aka udah maju selangkah. Nah, tinggal gimana lo aja sekarang. Paham?" Joana ingin kali ini Kyna menjawab dengan suaranya.

"Iya, Jo. Gue paham. Tapi, sebenarnya gue masih mengkawatirkan beberapa hal." Kyna tampak berpikir-pikir.

"Apa?" Joana mencondongkan duduknya.

"Kalau gue pacaran sama Aka, terus hubungan gue ke depannya gak berjalan lancar, gue takut malah kehilangan dia." Belum kejadian, Kyna sudah terlihat sedih dan hampir menangis hanya dengan membayangkannya saja.

Joana menggerak-gerakkan jari telunjuknya di depan hidung Kyna. Mengisyaratkan kalau sahabatnya itu salah. "Gak usah mikirin gituan, Kyn. Basi! Kalau persahabatan kalian sedalam itu, gak akan gampang rusak cuma gara-gara putus cinta. Percaya sama gue."

Love Speedometer (Completed) Where stories live. Discover now