33 - Tikungan Tajam

68 10 2
                                    

"Mie ayam baksonya ready! Monggo, Non."

Pakde Yono, pedagang mie ayam di kampus itu meletakkan tiga mangkuk mie ayam di hadapan Kyna dan kawan-kawannya. Biasanya, mereka bertiga memesan makan siang dengan menu yang berbeda dengan tujuan saling cicip makanan. Namun, hari ini ketiganya kompak ingin makan mie ayam bakso dan tidak ada yang mau mengalah memesan makanan lain.

"Makasih, Pakde." Sisi menjawab dengan wajah sumringah. Tatapannya tidak teralihkan dari mangkuk mie ayam bakso miliknya.

"Sama-sama. Silahkan menikmati. Minumnya apa, nih? Mau dipesankan ke Bu Marni sekalian atau mau pada pesan sendiri?" Pakde Yono menawarkan jasanya memesankan minuman ke Bu Marni, pedagang jus yang lapak dagangannya bersebelahan dengan miliknya.

"Aku mau jus melon, Pakde. Tolong pesenin, ya." Kyna mengacungkan jari, persis seperti murid di kelas yang berniat menjawab pertanyaan gurunya.

"Siap!" Pakde Yono membalas dengan mengacungkan ibu jarinya. "Non Sisi sama Joana mau apa, nih?"

"Aku alpukat, Pakde," ujar Joana.

"Aku mangga," pesan Sisi.

"Melon, alpukat, mangga. Oke, ditunggu, ya."

Setelah mengulangi pesanan mereka, Pakde Yono lekas-lekas menyampaikan pesanan ketiganya pada Bu Marni. Setelah itu, Pakde Yono langsung kembali disibukkan membuat pesanan mahasiswa lainnya.

Kyna, Joana dan Sisi mulai meracik mangkuk mie ayam masing-masing. Meskipun sama-sama memesan mie ayam bakso, tapi selera mereka yang berbeda membuat isi mangkuk mie ayam ketiganya kini sudah berbeda warna.

Isi mangkuk Kyna terlihat tidak banyak berubah. Dia hanya menambahkan sambal tanpa saus dan kecap. Sedangkan isi mangkuk Sisi kini berwarna hitam pekat, karena cewek itu penggemar berat kecap manis. Dari semuanya, mangkuk Joana mungkin yang paling seimbang komposisi tambahan sambal, saus dan kecapnya.

"Eh, Kyn, waktu lo pergi sama Aka, Ganendra kemarin itu kelihatan bete banget, loh." Sisi mengatakannya sembari sibuk mengaduk-aduk isi mangkuknya. "Lo udah hubungin dia?"

"Udah, lah. Gue juga sebenarnya ngerasa gak enak sama kalian. Sorry, ya." Kyna yang baru menyadari belum meminta maaf dengan benar pada sahabat-sahabatnya ini kemudian menundukkan kepala. Meminta maaf ala-ala tokoh dalam drama korea favoritnya.

"Santai aja, sih, kalau sama kita mah. Yang penting sama Ganendra aja." Sisi mulai menyuapkan makanannya. "Nah, terus si Aka kenapa, deh, ngamuk begitu?"

Joana tertawa di sela kunyahannya. "Kasihan, deh, lo baru dateng, ketinggalan cerita, kan, jadinya," katanya meledek Sisi. "Kasih tau, Kyn. Ntar dia mati penasaran."

"Sialan lo!" Sisi mengumpat.

Setelah puas menertawakan Sisi yang terlihat sebal karena ketinggalan berita, Kyna pun kemudian mengulang ceritanya tadi pagi. Soal respons Ganendra terhadap pesan permintaan maafnya, soal alasan Aka yang tiba-tiba mengamuk, tapi Kyna melewatkan cerita soal Aka yang menyatakan perasaan kepadanya.

Menyadari cerita Kyna kurang lengkap, Joana segera menambahkan. "Dia juga ditembak sama si Aka semalam. Tapi emang dasar lemot, jadi belom dijawab."

"Jo!" Kyna berteriak protes.

"Kenapa? Gak usah dirahasiain. Biar Sisi juga bisa bantu ngasih pendapat. Kan, lo lagi butuh banyak pendapat. Kalau dari gue doang gak seru." Joana memberi alasan.

Setelah dipikir lagi, Joana memang benar. Sisi mungkin sedikit menyebalkan, tapi kalau urusan percintaan, cewek ini cukup layak juga untuk didengarkan pendapatnya.

Love Speedometer (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang