11 - Curiga

74 17 0
                                    

Tanpa Kyna sadari, Aka tidak langsung meninggalkan kampus setelah mengantarnya. Cowok itu menjalankan mobilnya perlahan dan berhenti di tempat yang sulit dijangkau pandangan Kyna.

Sorry, Kyn. Gue harus kepoin lo sedikit biar hidup gue tenang, batin Aka.

Aka tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Kyna semenjak cewek itu memijakkan kaki keluar dari mobilnya. Cewek bertubuh mungil dengan ransel yang tak kalah mungil di punggungnya itu kini berjalan dengan caranya yang khas sambil menenteng helm berwarna merah di tangan kanan, serta map plastik transparan berisi kumpulan tugas kuliahnya di tangan kiri.

Kenapa cewek doyan ngeribetin diri sendiri, sih? Padahal kalau pakai tas ransel maroon-nya yang gede itu, dia gak harus repot nenteng map plastik kayak sekarang. Aka terus memerhatikan Kyna yang berjalan cepat dan tampak sedikit kerepotan dengan barang bawaannya.

Belum jauh Kyna berjalan, Aka melihat dua cewek lain menghampiri Kyna. Dari cara ketiganya saling menyapa, Aka bisa mengetahui kalau mereka sangat akrab. Terlihat pula Kyna menyerahkan helm merah itu pada salah satu cewek di sana. Dari penjelasan Kyna ketika mereka dalam perjalanan menuju kampus, helm itu adalah pinjaman dari seorang temannya bernama Sisi.

Hmm, yang itu pasti Sisi. Aka memicingkan mata untuk mempertajam indera penglihatannya. Kalau begitu, yang lebih tinggi itu pasti Joana. Aka menebak-nebak.

Kyna memang jarang sekali menceritakan perihal kedua sahabat ceweknya ini pada Aka. Cowok itu hanya mengetahui sedikit mengenai hubungan ketiganya dan bagaimana sifat khas dari Sisi dan Joana dari obrolan sambil lalunya bersama Kyna. Akan tetapi, Kyna tidak pernah menjelaskan mana Sisi dan mana Joana kepadanya lewat foto.

Menurut cerita Kyna, mereka baru saling mengenal di hari pertama orientasi mahasiswa baru. Kyna yang pada dasarnya cukup kesulitan mengakrabkan diri dengan orang baru, secara ajaib sukses membangun hubungan bersama Sisi dan Joana yang saat itu masih orang asing baginya. Saat menjalani masa orientasi itulah mereka saling mengenal lebih banyak, hingga kemudian mengetahui bahwa mereka memiliki ketertarikan yang sama akan beberapa hal, salah satunya adalah dunia Jurnalistik yang berhasil mengakrabkan ketiganya.

Saat Aka sibuk menerka-nerka, tanpa disadarinya sosok ketiga bersahabat itu perlahan mulai berjalan menjauh dan hampir hilang dari pandangannya. Cowok itu sempat mempertimbangkan untuk turun dari mobil dan mengikuti mereka. Namun, ia segera mengurungkan niatnya.

Kepo boleh, Ka. Tapi jangan lebay juga kali. Lo gak boleh bersikap kayak penguntit. Aka menasehati dirinya sendiri.

Meskipun rasa penasarannya belum tuntas, pada akhirnya Aka memilih untuk kembali dan membenahi rumahnya. Kejadian mati lampu semalam membuatnya sukses mengacak-acak beberapa bagian rumah untuk mencari lilin. Karena tidak berhasil menemukannya, maka Aka pun berinisiatif mengungsi di kedai dan hampir meninggalkan Kyna sendirian. Ya, begitulah kronologi lengkap kejadian semalam.

Tapi, sumpah deh gue penasaran. Cowok yang semalam itu siapa, sih? Apa emang bukan anak kampus sini, ya? tebak Aka.

***

Mama : Sudah sampai kampus, sayang?

Kyna : Udah, Ma.

Mama : Tapi, Aka kemana, ya? Mobilnya belum balik lagi, nih.

Kyna mengernyit sejenak. Ia merasa bingung kenapa sang mama begitu peduli dengan Aka. Kyna memang mengetahui bahwa mamanya sangat ingin mempunyai anak laki-laki dan selama mengenal Aka, sang mama memang sudah menganggap Aka seperti anaknya sendiri. Tapi, biar bagaimanapun, menanyakan keberadaan Aka saat ini rasanya terlalu berlebihan.

Love Speedometer (Completed) Where stories live. Discover now