21 - Sahabat Kecil

54 8 2
                                    

Aka memperhatikan penampilan sosok cewek yang baru keluar dari balik pintu itu secara menyeluruh. Ya, dari ujung rambut hingga ujung kaki tanpa terlewat sejengkal pun. Cowok itu berusaha keras mengatur ekspresi wajahnya sendiri. Ia berusaha memberikan respons biasa-biasa saja, meski sebenarnya ia merasa gemas setengah mati.

Pasalnya, Kyna saat ini masih mengenakan dress piyama selutut over size bergambar beruangnya. Ukuran pakaian yang kebesaran itu membuat tubuh Kyna yang mungil jadi terlihat tenggelam di dalamnya, memberi kesan imut overload bagi Aka.

Belum lagi raut wajahnya. Kyna yang kini berdiri di hadapannya memasang ekspresi wajah malas dan tampak sangat kusut. Rambutnya juga berantakan. Jelas sekali kalau cewek ini belum becermin untuk memperbaiki penampilannya sendiri setelah bangun tidur.

Dan lagi ... apa-apaan noda cokelat di ujung bibirnya itu? batin Aka.

"Halo? Ka? Kok, bengong? Mau ngapain pagi-pagi ke sini?" Tanpa Aka sadari, ia jadi tidak fokus dan tidak mendengar kalau Kyna sudah menyapanya lebih dulu.

"O-oh, iya. Pagi, tetangga kesayangan." Untuk menutupi wajah bodohnya yang baru saja ketahuan memperhatikan penampilan cewek di hadapannya tanpa berkedip, Aka pun menyapa Kyna dengan gaya tengilnya yang berlebihan.

"Apaan sih, lo? Jadi mau ngapain? Awas aja kalau gak penting. Ganggu gue lagi nyantai aja." Merasa pertanyaannya diabaikan, Kyna menjadi semakin kesal.

"Pasti lo lagi sarapan roti cokelat, ya?" tebak Aka.

Mendengar tebakan lawan bicaranya yang sangat akurat, Kyna pun terbelalak, lalu terlihat celingukan sebelum kemudian menjawab. "Kok tau? Lo ngintip ya? Ih, serem lo ah. Gak nyangka selama ini lo suka ngintipin rumah orang," tuduh Kyna.

"Nggak, nggak, apa-apaan lo. Jahat banget nuduh gue tukang ngintip gitu." Merasa dituduh yang bukan-bukan, Aka pun membela diri.

"Terus lo tau dari mana kalau gue lagi makan roti cokelat?" bentak Kyna.

"Makanya kalau makan tuh yang rapih. Itu cokelat belepotan ke mana-mana. Gue jadi ragu umur lo 20 tahun," sindir Aka sambil menyeka noda cokelat di ujung bibir Kyna dengan ibu jarinya.

Wajah Kyna mendadak berubah merah padam. Awalnya, Aka mengira Kyna marah karena ucapannya yang terlalu berlebihan. Namun, dari gerak-gerik Kyna yang secepat kilat menepis tangannya, Aka pun menyadari bahwa wajah Kyna memerah karena cewek itu merasa malu dan salah tingkah.

"Udah, gue doang yang lihat, gak usah malu. Lagian masih cantik, kok." Berniat memberi kalimat hiburan, tapi kalimat itu justru membuat Kyna semakin salah tingkah.

Apaan sih?Aka emang paling bisa ngegombal gini, batin Kyna.

"Oh iya, sebenarnya gue ke sini mau nganterin oleh-oleh dari bunda buat nyokap lo. Nih!" Aka menyodorkan kantong kertas berwarna cokelat yang entah apa isinya. Aka sendiri belum melihat isi kantong tersebut. Ia hanya diminta sang bunda untuk menjadi kurir oleh-oleh. "Kemarin bunda belum sempat siapin, jadi gak ngasih langsung sama lo."

Kyna masih belum bersuara. Cewek itu segera mengambil alih kantong kertas pemberian bunda Aka dan sempat mengintip sedikit apa isinya, tapi ternyata tidak terlihat jelas.

"Kalau yang ini buat lo." Aka kembali menyodorkan sesuatu. Kali ini bukan kantong kertas, melainkan kantong plastik hitam biasa. Ukurannya cukup besar dan dari urat tangan Aka yang terlihat sedikit menonjol, tampaknya benda di dalam plastik itu cukup berat.

Kyna sudah mengantisipasi seberapa besar tenaga yang harus dipersiapkannya kala menerima plastik hitam itu. Tidak seperti isi kantong kertas yang terlihat samar, kali ini Kyna dapat dengan mudah melihat isinya.

Love Speedometer (Completed) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora